Berbeda

56 9 28
                                    

Diandra

Sejak tadi aku memperhatikan sikap Arjuna yang ... aneh. Dia seperti menghindariku dan seperti gak nyaman ketika aku menyapanya.

"Dra!" Panggilku.

Andra menoleh sekilas lalu menghampiriku. Aku baru sadar kalo dia sedang berbincang dengan Bunga, yang ku ketahui gebetannya.

"Kenapa, Di?" Tanyanya.

Aku mengusap tengkuk seraya meringis."Gue ... ganggu, ya?"

Andra terkekeh pelan. Dia memang laki-laki yang santai dan bikin lawan bicaranya nggak merasa terintimidasi atau pun nggak nyaman."Nggak elah, santuy."

"Eungg ... tapi lo lagi PDKT." Ujarku sembari tertawa canggung.

Andra tergelak."Sama, Bunga? Gosip, lah itu." Ujarnya membuatku mengernyit.

Tatapan merasa bersalah tadi ku ganti jadi delikan tajam."Gosip, gimana? Jangan bilang lo PHP-in, dia? Ih, lo tuh emang buaya, ya." Andra emang terkenal playboy dibanding Johan yang cuma sepik doang. Emang sih, dia cocok jadi playboy. Selain friendly, dia juga ganteng dan jago basket, nggak beda jauh sama Arjuna.

"Eh buset, biasa aja gak usah melototin. Bunga itu tetangga gue, nyokapnya titipin dia ke gue, dia kan baru kelas sepuluh."

"Lho, bukan berarti dia gak ada sesuatu kan sama, lo?" Ujarku.

Dia kembali terkekeh."Bunga udah punya gebetan kali. Suka curhat sama gue, bahkan gue yang suka anterin dia ketemuan, karena takut sama nyokapnya."

Aku menggeleng prihatin."Sadboy."

Dia menjawil hidungku."Gak usah songong ye, mentang-mentang punya pacar."

Aku mengerucutkan bibir."Lo makanya tobat, jangan main cewek mulu. Serius kali-kali. Lo gak tau sih, gimana rasanya mencintai seseorang dengan tulus."

"Tergantung. Kalo perasaannya terbalas ya, seneng. Kalo nggak ya ... sakit kan?"

"Lo ganteng, cukup menyenangkan dan ..." Aku menatapnya dari atas sampai bawah."Bisa sih, jadi boyfriendable. Apa yang harus dikhawatirin? Pasti cewek mauan aja di deketin elo, apalagi dedek gemes lo itu."

Andra tertawa pelan."Gue merasa tersanjung dapet pujian dari ibu negara, Arjuna."

"Harus." Balasku dengan cengiran.

"Jadi, ada apa gerangan elo nyamperin, gue?"

Ah ... iya, aku sampai lupa tujuanku datang kesini."Eung ... lo ngerasa aneh nggak sih, sama sikap Arjuna hari ini?" Tanyaku hati-hati.

Andra tampak berfikir sejenak."Iya sih, seharian ini dia kayak banyak ngelamun, diajak bercanda juga gak nyambung. Ada masalah?"

Aku menggeleng."Gue juga bingung. Dia kayak jauhin gue banget." Lirihku.

"Nanti gue coba ngomong, jangan sedih, oke? Akhir-akhir ini gue sibuk OSIS sih, Di. Jadi ya ... gak tau secara detail apa yang mereka omongin atau lakuin."

Aku mengangguk."Makasih lho Dra, sebelumnya."

"Santai. Gue juga ngerasa aneh aja sama anak dugong satu itu." Ucapnya membuat kami terkekeh bersama.

Selanjutnya, aku melihat langkah seorang perempuan yang aku yakini bernama Angel yang belakangan ini jadi pusat perhatian seantero sekolah. Andra mengikuti arah pandangku."Bening ya, kayak air wudu." Dia terkekeh dan aku merasa nggak terhibur dengan ucapannya.

"Hai Dra." Sapa Angel. Oh, mereka udah saling kenal?

"Eh, hai, Angel." Sapa Andra tak kalah ramah.

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang