Kesempatan

53 9 30
                                    

Diandra

"Kamu nggak bisa, ya?" tanyaku. Aku dan Arjuna tengah berada diruang basket sekarang, hanya tersisa beberapa orang disini. Bahkan, teman-teman Arjun juga sudah pergi.

"Di, kamu bisa sendiri kan?" balas Arjuna terlihat jengah.

Aku termenung sejenak, perubahan itu semakin nyata."Padahal kamu sibuk terus belakangan hari ini," lirihku.

Arjuna menoleh dan menghembuskan nafas pelan."Kamu bisa pengertian dikit nggak, Di? Hidup aku bukan cuma tentang kamu."

"Aku nggak minta aneh-aneh kok. Cuma minta temenin ke makam nenek."

"Udah sore," jawab Arjuna cuek,"lain kali, bisa? Kalo mau sekarang, ajakin orang aja. Aku capek."

Aku meremas ujung bajuku, mataku tiba-tiba memanas."Ya, udah kalo capek. Besok, bisa?"

Arjuna terdiam lama, lalu menggeleng."Besok aku masih ada latihan," tolak nya, lalu menggendong tasnya dipundak kiri dan berjalan menuju pintu.

Sekarang, air mataku sudah lolos begitu saja. Rasanya menyesakkan, padahal aku sama sekali tidak menuntut waktunya, nggak berniat mengganggunya. Aku hanya minta waktunya sebentar saja.

"Aku nggak pernah ganggu kamu, Arjuna. Waktu kamu, milik kamu. Aku juga masih pacar kamu, Jun. Sekalipun hidup kamu bukan hanya tentang aku, aku tetep pengen ngabisin waktu sama kamu, walaupun sebentar," ucapku, membuat langkahnya terhenti.

"Kita selama ini sering ngabisin waktu bareng, kita juga sekelas. Kamu tahu nggak? Hubungan juga butuh jarak, butuh ruang rindu."

Aku menunduk mencoba menghapus air mata yang berdesakkan keluar."Kata siapa? Jarak itu bikin renggang. Nggak ada jarak yang mendekatkan menurut aku, Arjuna. Ruang rindu yang kamu maksud itu hanya alibi."

"Terus? Kamu maunya gimana?" tanya Arjuna yang masih membelakangiku.

"Aku pengen kamu ngerti. Aku nggak butuh ruang rindu atau semacamnya seperti apa yang kamu maksud. Aku hanya pengen sama kamu."

"Kamu nggak bosen?" tanya Arjuna lagi membuatku tersentak.

"Maksud, kamu? Ya, enggak lah!"

"Kalo aku, iya."

Aku kembali tertegun, tidak percaya perkataan itu keluar dari mulutnya."Kamu ngomong apa?" Aku melangkahkan kaki sehingga tepat berada dibelakangnya.

Arjuna membalikkan tubuhnya, menatapku dengan sorot yang tidak bisa ku jelaskan."Kamu selalu gini, nuntut aku ini itu. Belum lagi kamu cemburuan dan banyak tingkah. Cowok mana yang nggak risih dan bosen ketika diperlakukan seperti itu, Diandra?"

Aku terperangah, kepalaku tiba-tiba pening mendengar penuturannya."Aku pernah nuntut kamu apa? Aku cemburuan karena sayang sama kamu! Wajar!"

"Pulang. Aku capek." Jawabnya.

"Tanpa sadar kamu yang udah membentang jarak sama aku, Arjuna. Semenjak ada Angel. Kenapa? Aku pikir kamu beda, ternyata sama aja. Kamu disodorin cewek cantik mau aja, apa kabar sama janji kamu yang nggak akan bisa mencintai perempuan selain aku, itu?

Aku melihat nafas Arjuna memburu, bahkan dadanya naik turun tak beraturan."Jangan bikin aku marah, Di."

"Apa? Kamu selalu gitu, tiba-tiba berubah. Kalo aku ada salah bilang."

"Cukup sampai sini," ujar nya pelan sebelum pergi begitu saja.

Aku menepuk dadaku kuat kuat, berharap rasa sesak itu hilang. Kepalaku pusing, sama sekali nggak ada makanan masuk dari pagi. Tiba-tiba pandanganku mengabur, dan semua gelap.

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang