Cemburu

71 11 12
                                    

Diandra

Aku mencari Aca diperpustakaan, tadi kami janji untuk bertemu disini. Dan aku menemukannya dipojok perpus.

"Sendirian aja, mba." Kataku terkekeh.

Dia melirikku sesaat dan tersenyum samar."Lagi ngapain, sih? Tumben." Ucapku.

Kali ini dia menutup bukunya."pulang sekolah bisakan temenin gue? Elo yang paling bisa biasanya."Ujarnya membuatku mengernyit.

"Temenin apaan, deh." Tanyaku.

Dia mengehela nafas sejenak."Gue ada tugas mading, disuruh dokumentasi yang latihan basket."

Aku mengernyit lagi."Buat apa?"

"Buat ditempel dimadinglah tai! masa di tempel dijidat lo." Dia mendengus kesal.

"Ih! Kurang kerjaan banget nempelin foto mereka!"

"Gak tau, katanya buat pembakar semangat aja buat tim basket. Lo tau sendiri anak basket itu jajaran buaya tukang tebar pesona. Jadi, fotonya dipajang itu keuntungan banget."

Gue menganggukkan kepala."Cerdas."

"Lo mau kan temenin gue? Sial, gue harus nungguin mereka sampe beres lagi buat ambil dokumentasi mereka pas akhir-akhir."

Aku terkekeh pelan."Nyesel ya, ikut ekskul? Mending kaya gue santuy, gak ada kerjaan."

Dia mengedikkan bahu."Kalo elo, gak ada kemauan."Ujarnya tertawa pelan membuatku mendelik.

"Gimana, Ajun?" Tanyanya membuatku teringat kejadian kemarin saat dia mencium pipiku.

Aca mendengus geli."Dih najis merah gitu pipi lo."

"Nggak dih, enak aja!" Elakku. "Kenapa apanya?" Tanyaku.

Dia menghembuskan nafas pelan."Gue tau lo deket kan sekarang sama dia? Gue percaya sih, Ajun gak kaya temen-temennya yang suka sepik-sepik najis. Tapi ya ... namanya cowok kan ada khilafnya."

Aku terkekeh pelan."Cewek juga ada khilafnya Ca, gak cowok doang, sentimen bener dah sama cowok."

Aca memutar bola mata."Ya, kan cowok emang gitu njir. Gue gak masalah sih, kalo elo nyaman sama dia. Kalo ... sama dia bikin lo bahagia, gue dukung. Tapi, jangan sampe lo jatuh sendirian Di, itu pesan gue."

Aku sempat tertegun mendengar penuturan Aca, namun akhirnya aku mengangguk.

Kami akhirnya berjalan menyusuri koridor untuk kembali ke kelas. Sampai dikelas, aku melihat kelasku kacau. Kelas 2AI gini banget gak ada guru astaga.

"Gila, kelas gue." Ujar Aca setelah mendudukkan dirinya dibangku depanku.

"Dari mana aja dah lo berdua." Tanya Iren.

"Tau dih, di chat gak dibales."Timpal Nara mencebikkan bibirnya.

Aku menghela nafas lelah."Dari perpus."

Lalu pandanganku teralihkan karena suara Johan."Eh, Riana ngaca mulu lo. Cewek kenapa dah doyan ngaca."

Riana menatap Johan tak suka. Lalu Andra merangkul Johan."Pantesan ya, kebanyakan cewek tahu diri karena sering ngaca, gak kaya elo." Ujarnya menoyor pelan kening Johan. Membuat Johan mengumpat.

Johan menganggukkan kepalanya."Cowok selalu salah."

Kemudian dia beralih kearah Dewi. Emang ya, dia itu niat banget bikin emosi orang, ngalahin pelakor hujatan ibu-ibu. Dan herannya, aku masih memperhatikan tingkah bobroknya.

"Buset, lagi vc-an lo, Wi?" Tanya Johan.

Dewi memutar bola matanya jengah."Penting banget jawab jawaban lo?"

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang