Tentang Kebahagiaan

48 10 30
                                    

Arjuna

"Kak Ajun!" Gue membalikkan badan dan mendapati Maura tersenyum menghampiri.

"Kakak mau pulang?" tanyanya.

"Iya. Kenapa, Ra?"

"Aku mau bahas soal olimpiade fisika yang paket satu kak, ada soal yang aku gak ngerti."

Gue menimang sesaat lalu memutuskan mengangguk. Sambil menunggu Diandra.

"Mau dimana?" tanya Maura.

"Terserah."

Dia hanya manggut-manggut."Di cafestar yang deket lapang aja, gimana? Sambil numpang wifi," tawarnya dengan terkekeh.

"Boleh," jawab gue.

Gue memutuskan untuk memberitahu Diandra karena gadis itu sangat sensitif terhadap Maura.

Aku bahas soal olimpiade sama Maura dulu di cafestar. Kalo kamu udah selesai, kesini aja atau mau tunggu dimobil juga boleh.


Kami duduk bersebelahan lalu memesan minuman."Milk shake aja, gimana? Aku traktir deh," ujar Maura sambil membuka bukunya.

Gue tersenyum kecil."Boleh."

Selama kami membahas soal olimpiade, nggak jarang gue lihat dia sesekali curi pandang dan seperti ingin berkata sesuatu."Ada yang mau ditanyain lagi, Ra?"

"Eungg ... ada, tapi bukan tentang soal," jawabnya ragu.

Gue mengangguk pelan sambil membereskan buku milik gue yang sempat dikeluarkan."Tanya apa?"

"Itu ... Eungg anu ..." ujar nya gugup.

"Santai Ra, nggak akan gue telen kok," canda gue sambil terkekeh.

Dia meringis."Kakak pacaran ya, sama kak Diandra?"

Gue tersenyum tipis."Iya, baru sih, tapi udah lama deket. Kenapa?"

"Ah ... gitu. Nggak kok, aku cuman penasaran aja, soalnya sering liat kalian bareng. Waktu kemarin-kemarin, aku tanya ke kak Diandra katanya nggak, aku sempet ragu, sih."

Gue tertawa kecil."Baru kok jadiannya. Mungkin waktu itu kami belum pacaran."

Dia hanya manggut-manggut."Langgeng ya, kak."

Gue membalasnya dengan senyuman dan aamiin paling serius didalam hati. Tepukan lembut dibahu gue membuat Maura tersentak. Gue menoleh dan mendapati Diandra membawa tas nya dijinjing.

Diandra keliatan ceria, tapi gue tahu dibalik itu, ada umpatan yang akan tersembur kalo seandainya nggak ada Maura disini. Gue meraih tangannya dan menyuruhnya duduk disebelah gue.

"Hei, udah selesai?" tanya gue selembut mungkin walaupun gue tahu ini sia-sia.

Dia tersenyum paksa."Udah. Kamu udah selesai atau ... masih mau ngobrol-ngobrol?" tanyanya sarkas.

"Aku pulang dulu ya kak," pamit Maura pelan.

Gue hanya mengangguk dan Diandra hanya tersenyum samar. Setelah Maura nggak ada, Diandra menyenderkan tubuhnya dikursi cafe.

"Aku lagi capek Jun, enggak mau cemburu dulu," katanya.

Gue menghela nafas dan tertawa mendengar penuturannya."Nggak apa-apa, masih ada hari esok buat kamu marah-marahin aku."

Dia tersenyum kecil lalu menyandarkan kepalanya dilengan gue. Dirasa posisi itu kurang nyaman, gue merangkulnya."Pulang?" tawar gue.

Dia menghela nafas lelah."Nanti, ya? Seharian ini kamu sibuk basket," terangnya sambil mengerucutkan bibir.

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang