Ancaman

56 12 49
                                    

Arjuna

Angel : jun tolongin gue.

Setelah membaca pesan itu, tanpa berpikir panjang gue langsung pergi ke rumah Angel. Gue tahu rumahnya karena beberapa kali pernah mengantarnya pulang.

Ketika gue sampai dirumahnya, tidak ada siapapun, hanya ada satpam diluar. Dan dengan ditemani satpam rumah angel, gue berlari menuju kamarnya. Lalu, yang gue lihat Angel ketakutan disudut kamarnya, menahan tangis.

"Ngel?" Gue mendekat,"ada apa?" tanya gue selembut mungkin, karena keadaan Angel yang jauh dari kata baik.

Tanpa gue duga, Angel memeluk gue dengan erat, menangis sejadinya, mencoba menjelaskan ketakutannya. Bahkan tubuhnya gemetar hebat. Perlahan gue balas mengusap punggungnya mencoba menenangkan.

"Pak, bisa cek tas itu?" pinta gue, ketika melihat kotak yang berada didekat nakas.

Satpam tadi mengangguk terlihat kebingungan melihat Angel. Dan ketika membuka kotak tersebut, dia berjengit sambil menutup hidungnya juga menjauhkan kotak itu."Kenapa, Pak?" tanya gue kaget.

"Bangkai tikus, Mas."

Angle kembali menangis kencang. Sebelah tangan gue merangkulnya dan satu lagi gue pakai untuk menarik kotak itu sedikit lebih dekat melihat isinya.

Dan benar saja, disana ada bangkai tikus dengan wajah yang ditutupi foto Angel menggunakan paku. Dan gue menemukan secarik surat yang berisi "Jangan dekati Arjuna."

Rahang gue mengeras, lalu dengan kencang menutup kembali kotak itu."Buang aja, Pak," pinta gue.

"Jun ...," gumam Angel bergetar.

"Iya, gue disini." Gue sedikit melepas pelukannya,"Lo istirahat, oke?" ujar gue, lalu membawanya mendekati kasur.

"Gue takut," lirihnya.

"Ada gue," ujar gue menenangkan.

Siapa yang berani-beraninya melakukan ini?"Apa Diandra? Yang kirim ini, Jun?" tanya Angel lemah.

"Gue takut darah, Jun. Apalagi itu isinya ancaman, gue beneran takut. Gue mohon, seandainya yang ngelakuin ini dia, lo bilangin berhenti gue nggak kuat. Dari kemaren gue udah dapet terror, sampe kaca kamar gue pecah."

Gue tertegun sesaat, apa mungkin benar Diandra?

"Gue akan cari tahu, lo istirahat. Gue tungguin."

Dan beberapa menit kemudian nafasnya mulai teratur, gue menyelimutinya, dan pergi keluar. Sebelum pergi, gue menitipkannya pada satpam juga ART yang entah baru datang darimana.

"Dimana?" tanya gue di telpon.

"Rumah. Ngapain lo? Mau ngapel?"

"Serius dulu. Lo hubungin Andra sama Irsyad. Gue butuh bantuan kalian."

Setelah mematikan sambungan, gue segera menyalakan motor dan pergi menuju rumah Johan.

***

"Lo curiga sama Diandra?" tanya Irsyad.

"Jangan gegabah, lo nggak percaya sama cewek lo, Jun?" timpal Johan.

Gue diam tak menjawab, semua masih abu-abu, melihat tak ada bukti yang ditinggalkan dikotak itu, sial.

"Mending gini, deh. Lo tanya Angel dulu gimana kronologinya. Baru deh cari tahu. Soalnya ini bener-bener keterlaluan sih, apalagi sama psikis angel," tutur Irsyad.

"Andra mana, sih?" tanya gue, karena sedari tadi dia sama sekali belum menampakkan diri.

"Katanya nganterin cewek, nggak tahu deh," sahut Irsyad.

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang