Kita Ini Apa?

67 12 19
                                    

Arjuna

"Oke, jadi gue putuskan untuk hari minggu, kita gak jadi latihan. Karena gue tahu kalian butuh istirahat, gue yang akan ngomong langsung sama Ambar." Ucap gue ditengah perkumpulan basket pagi ini.

"Setuju gue Jun, kita juga harus ada istirahatnya jangan sampai pas hari H kita drop." Sahut Ifal.

Gue mengangguk paham."Ada pertanyaan lagi?"

"Kalo gak ada, gue cukupkan sekian. Semangat buat latihannya, kita harus memberikan yang terbaik." Tambah gue.

Kami pergi ke masing-masing kelas setelah melakukan tos bersama."Gila, masa temen lo ini kemarin abis latihan basket kerumah gue buat nyari cara bujukin Diandra." Johan geleng-geleng dengan merangkul gue.

"Gue juga liat walpapper Hp nya foto Diandra pas diacara pesta Dewi." Sahut Andra.

Irsyad mendecak."Buset dah, bucin bener belum juga jadi."

Andra terkekeh."Kalo dijadiin, ada kata putusnya, kalo temenan doang mah gak bakal ada putusnya. Masih bisa nyantol sana sini lagi. Tehnik."

Johan menatap malas."Itu brengsek namanya. Diandra itu bukan cewek bloon kaya gebetan lo. Dia pasti mikir-mikir kali, kalo Arjuna gak nembak-nembak nyari yang lain dia. Banyak yang demen juga, cantik, abis itu pinter juga, ada Ambar yang stay."

Johan itu racun bikin gue bener-bener kepikiran."Semua butuh proses." Sahut gue.

Irsyad menjentikkan jarinya."Nah bener, pastiin dulu perasaan Diandra, ambil hati temannya."

Johan menoyor kepala Irsyad."Kok hati temennya, nyet."

"Iya lah ogeb, kan cewek tuh kadang perasaannya juga dikendaliin temennya. Bayangin, kalo lo pacaran terus gak direstuin temennya, berantem dikit nih, terus dia curhat sama temennya disuruh putus pasti."

Andra mengelus dagunya dan ikut menyahut."Bener juga ya, nemu otak dimana nih, tumben bener."

Irsyad mendelik tak suka."Lah, gue walaupun jomblo dari orok juga senior. Mama Dedehnya orang-orang."

Johan meringis geli."Idih, najisin jangan?"

Gue menghela nafas jengah."Udah iyain aja sih, umur gak ada yang tau." Ucap gue membuat Irsyad mengumpat.

Sampai ditangga menuju kelas, gue melihat Diandra yang sepertinya baru dateng."Pantes gue deg-degan ada Diandra ternyata."

Gue menatap tajam Johan yang sekarang cengengasan."Buset, pawangnya ganas ya, Diandra." Ucapnya menyenggol dua manusia laknat lain.

Mereka mengangguk."Yang onoh jangan digoda kata gue juga." Kata Andra.

"Ngantin yok, jangan ganggu orang yang mau HTS-an." Celetuk Irsyad membuat gue ingin mengumpat.

Andra mengernyit heran."HTS apa deh?"

Johan merangkul keduanya."Hubungan tanpa status goublok." Ucapnya dengan nada lembut membuat gue terkekeh.

Selanjutnya, gue gak tau apa yang mereka bicarain karena tujuan mereka kekantin. Gue neneruskan langkah untuk kekelas namun, langkah gue terhenti diambang pintu karena Diandra menghalangi.

"Ya, ampun kelas gue..." Gumamnya. Gue ikut melihat keadaan kelas yang--Oke, kayak kelas orang gila.

Dengan iseng gue meletakkan dagu gue diatas kepala Diandra membuatnya menoleh kaget."Ih!" Dia memukul dada gue.

Gue terkekeh."Apa? Masih pagi udah ngedumel aja bu sekretaris." Ujar gue mendahului nya pergi ke bangku.

Gak berselang lama, empat teman kelas gue datang membuat kami menoleh."Jodi, Kemarin lo piket kan sama Riana?" Tanya Diandra menatap Jodi dan Riana.

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang