Cewek gue

62 11 28
                                    

Diandra

Aku tertawa melihat Johan jatuh dari bangku karena joged-nya yang terlalu berlebihan."Anjir Dra, kenapa lo geser bangkunya setaan!"

Andra dan Irsyad tertawa."Lagian lo nyet, biasa aja!"

Aku mencari sosok Arjuna yang sedari tadi tidak ku temukan dimana pun."Ih, ini apaan deh." Heboh Nara.

Spontan aku, Aca dan Iren melihat kearah ponselnya dan mendapati snapgram Lintang--si ketua Osis yang berisikan foto dia dengan perempuan cantik, putih bak model.

"Anjirr patah hati gue!" Sahut Iren.

Nara mencebikkan bibir."Populasi cogan menipis cuy, udah mulai taken semua."

Aca meringis."Temen-temen lo tuh." Ujarnya sambil menyenggolku.

Aku menepuk pundak Nara dan Iren."Sabar, cewek kentang kayak kita ini bisa apa?"

Iren terkekeh."Mana ada kentang! Kita tuh cuman tak tersentuh doang karena punya mamih." Ujarnya memeluk Aca.

"Diandra pengecualin, ya." Sahut Nara membuatku mendelik.

"Lah iya, yang ini mah digas terus soalnya. Lagian ini Arjuna hello! mamih aja bisa luluh." Ujar Iren.

Aca mendelik tak suka."Gue gak luluh ya, sama Ajun! cuma ... kasih kesempatan aja bisa gak bahagiain temen gue."

Aku ikut memeluk Aca."Aaa cocwitt."

Kedatangan Johan dan antek-anteknya membuat kami melepaskan pelukan."Idih ngeri, pelukan sesama jenis."

Kami menatap Johan tak suka dan dibalas cengiran."Eh gibah dong biar rame!" Ujarnya menepuk meja.

"Gak ada otak!" Sentak Iren memukul lengan Johan.

"Ren, jangan pegang-pegang napah. Ada hati yang harus kujaga." Ujar Johan melirik Aca yang menatapnya kejam.

Aku terkekeh."Nyari mati ya, temen lo!" Ujar ku kepada Andra yang berada disampingku.

"Johan mah punya nyawa sepuluh." Ujar Andra ikut tertawa.

"Si monyet dikata gue kucing." Sahut Johan

"Eh, tapi gini-gini dia mau ikut seleksi olimpiade katanya." Ucap Irsyad yang dibalas gelak tawa kami.

Iren tertawa paling keras lalu menyahut."Olimpiade? Ya, ampun punya otak aja nggak!"

"Eh, tapi enak gak punya otak hidupnya gak pusing." Kata Irsyad menimpali.

"Yang penting gue setia." Jawab Johan memainkan jambulnya.

Aku meringis melihatnya."Gak usah sok tampan gitu, gak cocok, muka lo kayak gembel." Kataku dan disambut gelak tawa lainnya.

"Iya kan, menurut lo yang paling ganteng sealam jagat raya ini hanya Arjuna Adikara Faresta." Sahut Johan.

Aku berdecak."Bacot!"

Ponselku berdering dan menampilkan nama ayah disana. Namun, belum sempat mengangkatnya langsung dimatikan, aku mengernyit heran.

Setelah mengirimnya pesan, aku kembali menggulir beranda IG sekedar melihat-lihat. Namun, suara Satria mengintrupsiku. Dan yang lainpun ikut menoleh.

"Di, dipanggil noh."

Aku baru ingin bertanya namun Satria sudah berlalu. Aku pamit kepada manusia-manusia dimeja ku lalu berjalan kedepan pintu kelas.

Kudapati Maura berdiri disana. Aku sempat bingung, ada apa dengan perempuan ini tiba-tiba ke kelasku dan mencariku.

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang