Kasih sayang Papa

11 2 20
                                    

Arjuna

Setelah menempuh perjalanan sekitar sepuluh menit tadi, lengan gue diseret masuk ke dalam bioskop dengan film pilihan Angle. Gue menonton film tanpa minat, benar-benar hanya menemani karena gue enggak begitu menikmati semua semenjak datang kesini.

"Jun, mau popcorn?" tawar Angel ditengah gelapnya bioskop.

Gue hanya menggeleng pelan tanpa menoleh. Sampai, gue merasakan genggaman disela-sela jari gue."Dingin." Angel terkekeh singkat.

Namun, gue lagi-lagi membiarkannya untuk berbuat semaunya dan kembali fokus pada layar dihadapan gue, walaupun pikiran gue entah berkelana kemana.

Sampai film selesai, Angel kembali membawa gue ke pusat pembelanjaan. Tempat dimana Diandra dan Andra bersama, tempat ... entahlah ini mungkin terdengar tidak tahu diri, namun gue merasa terkhianati melihat kebersamaan mereka kemarin disini.

"Udah beli keperluan camping Jun?" tanya Angel ditengah kegiatannya memilih pakaian.

"Sebagian," sahut gue seadanya. Sedikit takjub juga pada perempuan ini, karena sejak tadi hanya dia yang bertanya dan gue yang hanya menjawab singkat.

"Mau beli sesuatu? Yang belum ... Lo beli?" tanyanya lagi, kali ini tangannya menutup layar ponsel gue yang tengah gue gunakan.

Menghela nafas pelan, gue memasukkan ponsel kedalam saku. Oke, gue hanya perlu meladeninya sebentar lagi, mungkin."Lo aja, Ngel. Gue enggak butuh apa-apa."

Angel mengangguk dengan ekspresi kecewanya namun tidak berlangsung lama. Sedikit banyak gue tau, kalo Angel pandai bermain ekspresi.

"Menurut lo bagus ijo tosca apa biru?" Kali ini Angel menyodorkan 2 pakaian hangat ke arah gue.

"Lo suka warna apa memangnya?" tanya gue sedikit heran, karena gue bahkan enggak pernah tahu selera dan warna kesukaannya.

Dia tersenyum lebar."Dua-duanya. Makanya gue bingung, jadi cocok mana?"

Gue mengangguk-angguk lalu menunjuk warna biru dengan garis hitam dibagian lengan. Senyum Angel kian lebar, seolah apa yang baru gue lakukan adalah sebuah kebahagiaan besar untuknya.

"Oke." Dia berjalan menjauh ke arah kasir meninggalkan gue dengan beberapa belanjaan miliknya.

Sambil menunggu, gue mendudukkan diri sembari bersandar, lalu gue sedikit mengernyit saat melihat 2 perempuan yang terlihat sedang sibuk memilih pakaian ditoko seberang. Entah merasa diperhatikan atau apa Nara akhirnya menoleh melihat gue, lalu setelah mencolek Iren, mereka menghampiri gue dengan wajah permusuhan.

"Ngapain?" tanya Nara setelah berada dihadapan gue.

Gue mengangkat sebelah alis."Emang tempat ini punya nenek moyang, lo?"

Nara berdecih dengan wajah muak."Lagi jalan lo sama Angel?" tanyanya lagi.

"Ngapain nanya kalo tau?" sahut gue berusaha untuk tidak ketus padanya. Beralih melihat kantung belanjaan mereka, gue mengernyit melihat belanjaan sebanyak itu."Abis belanja keperluan camping?" terka gue.

Dan wajah keduanya makin mengeruh."Lagi beli kado sama perlengkapan buat rayain ulangtahun, buat besok," jawab Iren.

Gue mengernyit mendengarnya lalu tak lama melebarkan mata teringat sesuatu. Besok 17 April."Hari ulang tahun ... Diandra," gumam gue.

Nara memilih pergi setelah berdecih pelan. Sementara Iren menatap gue dengan wajah tenangnya."Diandra sakit, susah makan juga, belum lagi gue selalu ngeliat dia ngelamun. Gue kasih lo kesempatan Jun buat datengin Diandra, untuk ... coba hibur dia. Gue tahu ada yang belum selesai diantara kalian sekalipun status kalian udah putus," ujar Iren.

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang