Janji

49 9 68
                                    

Arjuna

"Jadi, lo putus?" tanya Ari saat mengambil botol minumannya dari dalam tas.

Gue bergumam sebagai jawaban lalu merebahkan diri dilapangan. Ari manggut-manggut lalu mengeluarkan handuk kecilnya.

"Pantes, sih. Lo dilapangan terus, nggak aneh. Cewek pengennya diperhatiin mana tahan dicuekkin," ujarnya. Lalu dahinya berkerut seperti menyadari sesuatu."Atau ... gara-gara Angel?" tanyanya lagi.

Gue memejamkan mata tanpa menjawab. Percuma juga, toh nggak ada yang tahu permasalahan sebenarnya terkecuali Johan.

Ari menyenggol kaki gue."Heh, beneran?" desaknya.

Gue berdecak."Nggak, elah. Emang harusnya aja putus," jawab gue seadanya.

Ari masih mengernyit tampak tak puas dengan jawaban gue."Lo tahu nggak? Anak-anak Kencana tuh ada yang ngincer Diandra, gue tahu dari Ifal," akunya.

Dengan gerakan cepat, gue mendudukkan diri."Siapa?" tanya gue.

Ari mengedikkan bahu."Nggak tahu, kayaknya kalo denger lo putus bisa aja si Ifal kasih nomernya Diandra."

Ah uya gue baru ingat kalo dulu Ifal sempat mendekati Diandra makanya punya nomer ponselnya.

"Dih, awas aja si Ifal," sahut gue sewot membuat Ari mencibir.

"Lo sadar nggak sih udah mantanan? Ngapain putus kalo masih sayang?"

Gue melengos."Ada, lah. Yang pasti nggak usah deket-deketin Diandra sama orang," kata Gue ketus.

Ari menghembuskan nafas pelan."Hm, entar gue bilangin. Tuh ada Angel, gue balik."

Gue menoleh dan benar Angel sedang berjalan kearah gue. Ia sempat tersenyum singkat pada Ari lalu mendudukkan diri di samping gue.

"Belum pulang?" tanya gue.

Dia berdeham pelan lalu menoleh."Belum nih," sahutnya.

"Lo masih suka dapet terror?" tanya gue mendadak teringat.

Angel menggeleng."Terror itu dateng kalo gue sama lo sering ketemu kayaknya. Kita udah lama nggak ketemu kan."

"Sori ya, Ngel. Gara-gara gue. Tapi, kayaknya bukan Diandra pelakunya," kata gue membuat nya menoleh.

"Tapi ... kenapa diandra nggak pernah dapet terror? Padahal kan dia yang pacar elo," sambung Angel.

"Gue juga nggak tahu kalo itu. Mungkin karena Diandra punya banyak temen sangar dan julid," canda gue sembari terkekeh.

Angel hanya tersenyum menanggapi."Gue ... iri sama Diandra. Dia punya banyak temen yang care sama dia, yang bisa lindungin dia, beda sama gue. Cuman anak pindahan," gumamnya.

"Lo punya gue, Ngel," sahut gue membuat kami tiba-tiba sama-sama terdiam."Maksudnya, lo kan temen gue juga. Jadi, jangan menganggap diri lo nggak punya temen,"

Angel mengangguk."Makasih, ya."

Gue balas tersenyum namun baru sadar saat melihat wajahnya yang pucat dan suaranya juga sedikit serak."Sakit, ya?" terka gue.

Dia tersenyum tenang seraya memainkan bola orange didepannya."Gue setiap hari juga sakit," sahutnya.

"Maksudnya?"

"Gue ada leukimia, Jun,"

Gue tertegun lama, mencoba mencerna kalimatmya."Ngel?"

Angel mengangguk."Gue sakit, tapi ... udah lama gue nggak check. Keadaannya makin parah pas gue ke rumah sakit minggu lalu, gue nggak bilang sama orang tua gue," gumamnya.

RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang