05

746 99 10
                                    


Seminggu sudah Jieun berada dirumah Suga. Melakukan akitivitas yang kelewat berat tiap harinya,  bagi Jieun. Membuat tubuhnya merasakan lelah yang sangat luar biasa.  Merasakan sakit di badannya, meski selalu dia abaikan.

Jieun sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya yang sekarang meski lebih tepatnya hanya sebagai pembantu dirumah itu.  Tapi jujur dia merasa lebih baik , tak ada gangguan dari ibu tirinya sama sekali.  Bahkan dari info yang dia dapat Heiran tak melakukan pergerakan sama sekali.  Meski berpikir sedikit aneh,  tapi itu melegakan dan harus tetap waspada. 

Hidup Jieun cukup aneh dan rumit.  Selalu merasa aman juga bahaya dalam waktu bersamaaan. Meski Heiran adalah musuhnya tapi fakta jika selama ini mereka tinggal se atap, dirumah besar milik ayah Jieun.

Seperti biasa pagi ini Jieun bangun pagi dan menyiapkan sarapan untuk Suga juga untuk dirinya , masih taat pada peraturan Suga- sarapan bersama.

Sempat sekilas menatap heran ke arah Suga yang berjalan mendekati meja makan.  Pasal nya ada yang berbeda pagi ini,  tidak ada setelan jas atau pakaian rapi.  Suga yang tengah menarik kursi dan duduk di meja makan masih mengenakan pakaian santainya,  kaus abu gelap yang terlihat longgar, juga celana kolor hitam pendek yang menampakan kaki mulus rampingnya. Tak ingin bertanya,  karena sedang malas, Jieun memilih diam tak ingin ambil pusing.

Seperti biasa,  mereka menghabiskan sarapan dengan tenang,  tanpa obrolan. Dan Suga selalu selesai duluan,  berakhir pada kedua tangan yang dia lipat di depan dada,  duduk bersandar pada sandaran kursi,  dan paha yang bertumpu.  Menatap Jieun yang selalu akhir menghabiskan sarapannya.  Karena harus menunggu makanan miliknya benar benar dingin barulah dia akan memakannya. Padahal hanya sepotong roti yang tak panas,  ada yang mengganjal di hati Jieun hingga pagi ini ia tak berselera untuk sarapan.

Dan hanya sebatas formalitas untuk duduk disana. Karena Suga itu pria kelewat aneh,  dia akan marah karena Jieun yang tak sarapan dengannya  atau tak menghabiskan makanannya. Seperti yang terjadi 3 hari yang lalu,  saat Jieun memang tak berselera untuk sarapan, karena kondisi tubuhnya yang tak baik, meski dia berusaha bersikap biasa di depan Suga. Dia sengaja hanya menyiapkan sarapan untuk Suga dan kembali ke kamarnya karena tak enak badan. Tanpa diduga Suga menghampiri Jieun ke kamar dan meracau tak jelas.

"Sudah ku bilang kau harus sarapan denganku. "

"Aku sedang tak berselera. Kau sarapanlah sendiri hanya untuk hari ini. "

"Kalau gitu buang saja. Aku juga tak berselera. "uncapnya sebelum pergi dan benar meninggalkan sarapannya tanpa menyentuh sedikut pun saat siang Jieun mengeceknya.

Masih bercokol di otak Jieun akan sosok Suga sebenarnya.  Lakilaki itu terlalu misterius. Sebagai seorang yang tak pernah mengenal sama sekali sebelumnya Suga terlalu banyak tahu tentang Jieun. Namun yang aneh,  Jieun sama sekali tak merasa takut ataupun terancam akan Suga.

Suga menatap Jieun yang kembali menyuapkan potongan kecil rotinya tanpa selera. Jelas terlihat dari pergerakan tangannya yang tak semangat juga tatapan kosong yang entah kemana.

"Apa kau lelah? "

Jieun menatap Suga yang tengah menatapnya lekat. Menunggu akan jawaban darinya.

"Tidak. Aku menikmatinya. "

"Kau sakit? "

"Aku baik-baik saja. "

Suga mengangguk kecil juga tak ingin berdebat dengan Jieun.
"Aku ingin pergi siang ini. "ucapnya lagi.

Aku tak tanya dan bukan urusanku. Batin jieun . Tak menjawab dan melanjutkan menyuapkan potongan roti lagi ke mulutnya.

"Bukankah kau ingin mengunjungi temanmu.  Mau pergi denganku? "

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang