16

569 85 15
                                    




.
.
.
"Lee Jieun, apa katamu? "geram Suga dengan tatapan marah.

"Kim Seohee. Akulah yang membunuhnya. "

Melepas pelukan, Suga berbaring telentang dengan jari yang memijat pangkal hidungnya.

"Sudah ku katakan padamu. Kau tak mengenalku, bagaimana bisa kau mencintaiku. Aku.. "

"Cukup Jieun !  Hentikan ! "bentak Suga.

Jieun diam tak melanjutkan ucapannya. Pertama kali Suga membentaknya. Menatap punggung Suga yang terbangun, duduk di tepi ranjang sebelum akhirnya berdiri, berjalan keluar kamar dan meninggalkan Jieun disana tanpa sepatah kata lagi.


•••••


Tuan Lee hanya mengangguk,  saat sekretarisnya mengatakan jika Heiran datang dan ingin bertemu dengannya. Setelahnya wanita muda dengan balutan blus putih dengan rok span cokelat muda itu keluar, Heiran berjalan masuk masih dengan keanggunan dan kecantikan yang selalu dia tampilkan. Paling tidak begitulah dirinya menjaga image menjadi istri pemilik perusahan besar itu. Meski gosip simpang siur sudah menyebar diseluruh penghuni gedung itu.  Meskipun begitu tak ada yang berani berkomentar secara gamblang karena yang terlihat tetaplah yang terbaik. Tak ada yang percaya kecuali mereka yang ikut andil di balik tembok yang tak nampak.

Berdiri dari kursi kerja,  berpindah pada sofa yang berada diruangannya,  berhadapan dengan Heiran yang sudah terlebih dahulu duduk disana,  dengan senyum palsu yang tak jelas untuk apa dia tampilkan. Jelas itu sangat tak berguna dan sia-sia.  Namun juga dibalas senyuman oleh tuan Lee, tak ingin kalah dalam permainan. Jika saja orang lain melihatnya,  mereka tampak seperti sepasang suami istri dengan rumah tangga yang tenang. Lagi-lagi hanya melibatkan beberapa pihak yang juga nampak baik di depan.

"Ada perlu apa kau datang kesini? "

"Apa seperti itu sambutan untuk istrimu?"

Tuan Lee tertawa remeh,  mendadak sangat terhibur bagaimana akting wanita yang masih menjadi istrinya itu. Menyandarkan punggung dan menyilangkan kakinya setelah sedikit melonggarkan ikatan dasi yang tadinya tersimpul rapi di hem biru muda yang ia kenakan hari ini.

"Apa yang kau inginkan?  Uang lagi? "imbuhnya.

Menaikkan alis dengan senyum yang semakin merekah, Heiran menjawab.
"Ahhh...aku memang sangat menyukai uangmu,  suamiku.  Tapi bukan itu tujuanku.  Aku hanya ingin berterimakasih karena kau tak jadi mengirimku ke dalam tahanan,  aku tau kau tak bisa melakukan itu padaku,  suamiku."

Heiran menjadi sangat menghibur saat seperti ini.  Wanita yang menjadi musuh tapi juga menjadi istri karena kesalahannya.

"Sejak awal aku memang tak ingin memenjarakanmu,  Kim Heiran. Itu terlalu ringan untukmu, aku tak menyetujuinya. Anakmulah yang menginginkankannya. Kau lihat dia terlalu melindungimu. "

"Kim Seokjin.....di memang benar-benar anakku . Bagaimana pun dia hanya ingin melindungiku."

"Karena tempat itu memang paling aman untukmu.  Kau bisa hidup lebih lama disana. "

Heiran tertawa.  Basa-basi yang terlalu memakan waktu.

"Jihoon ahh...tak usah terlalu lama. Dimana kau menyembunyikannya? Aku tau kaulah yang sudah mengambilnya. "

Tuan Lee tentu tau apa yang menjadi tujuan Heiran. Sertifikat kepemilikan rumah sakit,  juga yayasan panti asuhan milik suaminya dulu. Meski suaminya telah meninggal,  namun rumah sakit dan yayasan itu tetap berjalan dengan baik sampai sekarang dibawah pimpinan adik suaminya.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang