02

1.1K 118 2
                                    

•••••

"Jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya? "

"Akan aku ikuti permainannya. Tujuanku hanyalah laki-laki itu. "

"Lihat.....kau sungguh sangat kejam.  Wanita itu sudah sangat menyulitkankannya. Dan kau justru menjadikannya umpan hanya untuk menghancurkan laki-laki yang justru menyayanginya. "

Laki-laki berwajah pucat itu menampakkan smirk di bibirnya sambil memainkan gelas wine yang berada di tangannya.

"Itu pointnya Joon. Aku akan menanganinya, kau fokuslah saja pada perusahaan. "

"Ckckck. Dan kurasa kau lebih kejam terhadapku Yoon. Kau asik bersenang senang dan menyuruhku mengurusi perusahaan dengan segala kepusingan di dalamnya. Kau memang tak punya hati. "

Tak ada jawaban lagi dari sang lawan. Hanya senyum samar dengan salah satu sudut bibir yang terangkat,  kemudian menyesap wine yang berada di tangannya.

•••••

"Ahjumma,  kau pikir akan berhasil dengan semua usahamu? kau hanyalah benalu yang tak tau malu akan posisimu, dan aku tak akan dengan mudah membiarkanmu. "
Wanita yang menjadi lawan Jieun hanya tersenyum meremehkan. Menatap penuh angkuh kepada anak tiri perempuannya.

Saat yang sama wanita itu menyadari kehadiran suaminya - ayah Jieun ,dari belakang gadis itu berdiri yang membelakangi pintu utama saat ini,  dengan cepat merubah mimik wajahnya menjadi wajah menyedihkan atau lebih tepatnya menjijikan di mata Jieun.

"Heol,  apa kau sedang bermain drama. Wanita sepertimu tak pantas mendapat kasih sayang dari appa ku? " mata wanita itu terlihat berkaca,  Jieun sadar perkataannya keterlaluan.  Tapi dia sangat paham,  sekasar apa pun perkataannya tak mungkin membuat wanita itu menangis. Karena ini bukan pertama kalinya mereka berperang seperti itu,  sudah entah keberapa kali,  puluhan atau bahkan ratusan. Karena Jieun memang tak pernah menerima wanita rubah itu sejak pernikahan dengan ayahnya. Sejak awal Jieun menyadari jika pernikahan itu tidak sehat. Ada sesuatu yang mengganjal.  Setiap ingin mengungkapkan apa yang dia tau pada ayahnya, pasti berakhir pada dirinya yang salah.  

Kim Heiran, yang sudah berganti menjadi Lee Heiran sejak pernikahan itu, tiba-tiba menangis tersedu,  menghambur melewati Jieun, ke arah suaminya yang baru saja membuka pintu. Membuat Jieun memutar tubuhnya, melihat ayahnya yang sudah mendekap wanita itu. Jieun menarik sudut bibir samar. Menyadari jika dia akan mengalah lagi saat ini.

"Yeobo,  maafkan aku...aku memang tak pantas menjadi istri yang baik untukmu. Aku sudah menganggap putrimu juga putriku.  Tapi dia masih belum bisa menerima ku sebagai ibunya.  Hikss. "

Heol. Rubah ini. Batin Jieun.

"Lee Jieun. Minta maaflah kepada ibumu. "tegas Tuan Lee. Tidak berteriak tapi penuh penekanan. Menatap Jieun tajam dengan sorot mata lelahnya sepulang kerja. Bukan niat Jieun sengaja membuat keributan dan menambah lelah ayah nya saat ini. Salahkan wanita itu yang selalu memancing dan mencari masalah dengan Jieun.

Jieun menarik napasnya kasar.  Tak ingin ribut dengan ayahnya. Jieun membalas tatapan ayahnya kemudian turun kearah Kim Heiran yang terlihat tersenyum samar,  senyum penghinaan untuk Jieun atas kemenangannya. Untuk saat ini.

"Ibuku?  Ibuku sudah meninggal appa.  Dan aku tak pernah menerima wanita manapun menggantikan ibuku. "

"Lee Jieun jaga ucapanmu! "bentak Tuan Lee. Suara keras itu sudah sering menusuk rungu Jieun sejak kehadiran wanita itu dirumahnya.  Ayahnya berubah, kasih sayangnya pada Jieun seperti menguap dan hilang entah kemana.

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang