*Jieun*
Sejauh mana yang aku ketahui? Atau bagian mana yang belum aku ketahui? Entahlah. Mengetahui seluruh fakta hanya akan menambah rasa sesak dan sakit yang telah lama bersarang di dadaku. Aku ingin berhenti, tapi jiwaku sudah terlalu jauh terjerumus disana. Dalam kebencian juga dendam yang tak bisa dihindari.
Semakin aku mengetahuinya, hanya akan membuatku semakin lelah, karena aku harus melarikan diri lagi. Melarikan diri dari semua kejadian, semua fakta, dan semua kenangan yang menyesakkan. Aku membenci ayahku, aku membenci ibuku, aku membenci wanita itu, aku membenci semua yang berada di sekitarku yang membuatku merasakan semua ini. Aku benci. Aku benci hidupku.
Ayahku tak pernah menganggapku, meski tak terlihat seperti itu. Ibuku meninggal sewaktu aku masih kecil, begitulah cerita yang aku terima. Karena aku sama sekali tak mengingat sedikitpun kenangan bersamanya. Atau memang ibuku sengaja meninggalkanku setelah kelahiranku?
Aku tumbuh dirumah besar, tak kekurangan apa pun, kecuali kasih sayang. Tubuhku lemah sejak aku kecil, tapi aku tak pernah mengeluh dan memilih diam hingga tak ada satupun yang menyadarinya.
Ayahku menikah dengan Heiran diusiaku yang masih kecil. Aku bahagia awalnya. Karena pernikahan itu membawakan Seokjin yang selalu menemaniku sejak saat itu. Menjadi kakak tiriku yang baik juga melindungiku. Bahkan tak berselang lama bayi laki-laki yang sangat lucu hadir, menambah kebahagianku .
Namun kebahagianku tak berlangsung lama. Usiaku 5 tahun waktu itu, belum genap satu tahun adik dan pengasuhnya menghilang entah kemana. Ibu tiriku tak menyanyanginya selayaknya anak sendiri, bahkan tak pernah menggendongnya sama sekali. Aku sangat ingat, bahkan bayi itu masih terlalu kecil tapi wanita itu membuat pipinya mengeluarkan darah karena perbuatannya. Aku menangis karena mengetahuinya, setelah itu akulah yang menjadi sasaran kemarahannya. Memukulku kemudian kembali mengurungku ke dalam kamar.
Adikku tak kembali lagi setelah itu, aku tak bertanya lagi, bahkan ayahku diam seolah tak terjadi apa pun. Semua kenangan itu menyakitkan.
Tahun berganti dengan cepat, aku tumbuh besar juga dengan cepat meski melaluinya dengan sangat lama dan tersiksa. Aku tak pernah bertemu ayahku, beliau jarang pulang dan sering keluar negeri. Dan Heiran semakin sering memukulku, bahkan di depan Seokjin yang hanya menatapku diam tanpa bisa berbuat apa-apa meski setelah itu dia menolongku.
Ayahku akan dirumah sesekali dan kita makan bersama dengan suasana mengerikan, Heiran akan melunak saat ayah dirumah, setidaknya dia tak akan memukulku dan mengurungku. Aku mulai membencinya dan benciku tumbuh semakin besar bersama bertambahnya usiaku, karena aku mulai sadar dan bisa berpikir semakin jauh.
Semakin mendekati remaja aku semakin tahu, rumah tangga ini palsu, pernikahan ini palsu. Terlebih saat fakta yang ku ketahui untuk pertama kalinya. Buku diary yang tak sengaja aku temukan dan aku baca saat aku dikurung di gudang bawah tanah. Buku diary milik almarhum ibuku. Dan aku juga mulai membencinya sejak saat itu. Benci dengan kehidupanku yang ternyata tak ada artinya.
Sejak saat itu aku selalu berdoa agar malaikat maut cepat mendatangiku dan menyudahi kehidupanku. Tapi doaku sama sekali tak terkabulkan. Bahkan aku tumbuh sampai belasan tahun selanjutnya, menjalani hukuman yang seharusnya bukan untukku, tapi membuatku menabung dosa dengan seluruh kesakitan ini.
.
.
.Menarik kaki bersamaan selimut yang tersampir menutupi kakiku, kepalaku manyandar di sofa empuk yang sangat nyaman dikamar Jungkook. Bukan pertama kali aku berada disini, tapi pemandangan di balik kaca depanku tetaplah lebih menenangkanku daripada pil yang aku minum satu jam lalu. Karena pil-pil itu tak berpengaruh lagi ditubuhku, kesakitan menjalar keseluruh saraf di tubuhku, pil penenang yang seharusnya membuat mataku terpejam menjemput lembutnya kehidupan di alam bawah sadar pun tak berefek juga, aku bisa meminumnya lagi, tapi aku tak ingin merasakan kesakitan yang lebih parah dan membuat Jungkook semakin khawatir dan terbebani.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
أدب الهواة[ COMPLETE ] Cinta. Hati. Ketulusan. Kebodohan. Penyesalan. Penyesalan memang terkadang datang terlambat. Menyerangmu saat semuanya telah pergi dan menghilang. #minyoongi #leejieun #jeonjungkook