:: Duabelas

974 149 23
                                    

🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

Kyuhyun memarkirkan mobil sembarang. Tidak menghiraukan teguran yang nanti akan ia dapatkan dari pihak kedisiplinan kampus.

Tubuh itu tidak juga keluar. Mata yang selalu tampak pekat darinya bergerak menjelajah. Seperti ada sesuatu yang ia cari.

Beberapa menit Kyuhyun habiskan dengan melakukan hal tersebut hingga akhirnya dia menyerah. Napas panjang keluar melampiaskan sesak dari paru-paru.

Tangan tersebut bergerak membuka kaca jendela. Mengakibatkan semilir angin yang berhembus menerpa sebagian wajah hingga menerbangkan helaian rambut yang hitam legam.

Kyuhyun menyandarkan tubuh secara kasar. Memejamkan mata sejenak mencari ketenangan dan kedamaian. Dia lelah menghadapi keadaan.

Tidak berselang lama, sebuah suara berhasil menyapa gendang telinga. Tanpa repot-repot terjaga, Kyuhyun tahu siapa yang berusaha mengusiknya.

"Mencari Seohyun, kan?" Jonghyun bertanya dengan smirk khasnya meskipun ia tahu tidak akan mendapat jawaban.

Tapi, suara hati tidak bisa ditahan lagi. Dia ingin sekali meneriaki sang sahabat, menyeru bahwa seorang Cho Kyuhyun tetaplah Cho Kyuhyun. Pria biadab yang tidak bisa mengabaikan tanggung jawab, pria lemah yang tidak bisa menghilangkan rasa bersalah. Jonghyun berani bertaruh, di dasar hati sahabatnya masih tersisa ruang kemanusiaan. Hanya saja, selama ini pria itu mencoba sok tidak peduli yang akhirnya menjadikannya pribadi apatis.

Lagipula, untuk apa Kyuhyun datang ke kampus jika tidak ada mata kuliah? Dia bukan mahasiswa sejati, yang sewaktu-waktu rindu belajar. Dia juga bukan mahasiswa rajin, yang selalu mencari perpustakaan.

"Sebelum kemari, aku sempat bertemu dan berbincang dengan dia."

Kyuhyun seketika membuka mata. Untuk apa sahabatnya mengatakan hal ini padanya? Kyuhyun tetap membisu, tidak menunjukkan ketertarikan atas bahasan tersebut. Lalu, tubuhnya segera beranjak. Menjauh dari sang sahabat. Menjauh dari setiap kalimat yang berhubungan dengan Seohyun.

Jonghyun menghela napas pelan. Kyuhyun memang berkepala batu, berego langit dan berkepribadian es. Penyatuan sempurna sebagai manusia paling menyebalkan.

"Aku menjumpainya di pemakaman."

Dalam langkah kelima Kyuhyun, Jonghyun sudah kembali berada di dekatnya, mengucapkan suatu informasi yang anehnya berhasil mengusik keingintahuan atas gadis itu.

"Kompleksnya sangat mewah. Apa gadis dari golongan sosial mampu membeli tempat peristirahatan dengan harga selangit? Bukankah untuk membiayai kuliahnya—"

Ucapan Jonghyun terhenti.

Bukan karena decakan Kyuhyun, melainkan akibat dua orang mahasiswa sedang tergesa-gesa mendekati mereka. Ekspresi yang terlihat tampak garang, mimik mukanya merah padam menahan amarah. Jonghyun menelan liur dengan serat, ia bisa membaca jika situasi akan berubah tegang, tubuh tersebut semakin merapat pada sang sahabat yang tetap tenang di tempat.

Behind The Love LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang