"Cheers!" Suara dentingan gelas itu tak terdengar ditelan suara musik yang cukup keras. Ryuu tidak pernah menyukai kegaduhan kelab malam jika bukan untuk menghormati ajakan klien dan rekan bisnis.
Di suatu sudut pub itu, dua orang laki-laki dan seorang wanita sedang merencanakan sesuatu. Wanita itu adalah Helen. Ia datang ke tempat itu karena dipanggil oleh bos salah satu kompetitor HS Holdings, untuk menemani Ryuu. Helen tidak tahu siapa orang yang akan dijebaknya. Yang jelas, ini adalah ketujuh kalinya Helen mengambil tawaran bos perusahaan konstruksi itu. Tentu saja Helen tidak pernah menolak. Ia hanya perlu bertelanjang, membuat adegan seperti berhubungan intim lalu diambil foto dengan tidak mengekspos wajahnya. Foto-foto itu akan disimpan dan suatu hari akan digunakan sebagai ancaman.
"Aku tidak harus berhubungan badan dengannya kan?" Tanya Helen.
"Kamu keberatan? Ini bukan pertama kalinya kan?" Helen terdiam. Dua laki-laki itu tahu rahasianya, "Tenang, Rivan tak akan tahu."
"Oke. Aku tidak keberatan. Lagipula dia menarik."
Untuk satu kali foto saja, Helen mendapat bayaran enam kali gajinya. Bagaimana bisa ia menolak uang sebanyak itu dalam beberapa menit?
"Sudah sana. Kamu tunggu di kamar ini." Salah satu dari mereka memberikan kunci akses pintu kamar hotel di lantai atas pub itu.
Setelah menghabiskan setengah gelas champagne itu, ia merasa sakit kepala. Di matanya semua berputar. Ia mencari-cari anak buahnya yang tak nampak satu pun batang hidungnya.
"Kenapa, Pak Wibawa?" Tanya salah satu rekannya.
"Tidak apa-apa."
Salah satu rekannya itu memanggil dua lelaki yang tadi duduk bersama Helen. Keempat orang lainnya merasa bingung, namun si dalang utama itu menyuruh mereka tenang. Dua orang bawahannya itu membawa Ryuu.
"Aku akan dibawa kemana?"
"Ke tempat istirahat, Pak." Ia yang sedang tak karuan itu menurut.
Sial tubuhku terasa panas sekali. Ada yang menaruh sesuatu di minumanku. Ia agak panik.
Saat memasuki kamar, mereka membaringkan Ryuu, lalu mundur, sementara Helen ikut naik ke atas ranjang. Helen membuka jas Ryuu, lalu membuka kancing kemeja laki-laki itu. Meskipun dalam pengaruh obat Ryuu yang setengah sadar dapat jelas melihat wajah Helen.
"Pembunuh." Katanya lemas.
"Aku tidak akan membunuhmu, sayang. Aku akan menghiburmu malam ini." Ryuu menarik tengkuk perempuan itu lalu berbisik ke telinganya.
"Pembunuh." Kali ini Helen mengernyitkan keningnya tak mengerti, sebelum...
Brukk.
"Aah!!" Ryuu mendorong gadis itu hingga terjungkal keluar ranjang. Ryuu mencoba turun dari tempat tidur itu.
Ryuu terhuyung saat ia berdiri dan mencoba keluar dari kamar itu. Untungnya saat memasuki kamar tadi ia sempat menekan sesuatu di alat penyeranta yang tersambung dengan beberapa anak buahnya.
"Bawa lagi dia ke tempat tidur dan cepat lepaskan pakaianmu, wanita bodoh!"
Brakk!
Enam orang masuk dengan mendobrak pintu yang kokoh itu, lalu menodongkan pistol ke arah mereka. Tiga orang yang di dalam kamar itu terkejut dan mereka mengangkat tangan mereka.
"Diki, bawa aku pulang!" Sigap Diki dan Edo, anak buahnya, membopong tubuh Ryuu.
"Kalian urus masalah disini." Perintah Diki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
RomanceEmpat tahun berpacaran, tiga tahun menikah, tidak menjamin seseorang mengenal pasangannya dengan baik. Rivan menikahi Elvina ternyata hanya sebagai alat untuk bisa menjadi pemilik saham di Tirta Grup. Setelah keinginannya tercapai, Rivan berubah dan...