17 - Opname

2K 229 6
                                    

Minggu malam di acara pernikahan Rivan dan Helen. Elvina merangkul tangan Ryuu yang gagah dalam setelan merah maroon, warna yang sama seperti longdress yang Elvina kenakan. Ryuu mengikat rambutnya rapi. Sedangkan Elvina menggerai rambutnya, namun dengan hiasan rambut cantik di sebelah kanan kepalanya.Warna mereka sengaja sangat mencolok. Malam ini Ryuu akan memberi sedikit kejutan pada Helen. Pesta pernikahan modern itu diselenggarakan dengan megah. Seperti impian Helen sejak masih SMA. Elvina melihat ke arah Rivan. Di kepalanya, ia sedang memukuli Rivan dalam pakaian pengantin itu.

Sampah sialan! Membiarkan istri sendiri ditiduri oleh orang asing, karena takut oleh ibunya. Aku malu sekali pada diriku sendiri, karena sudah menghabiskan empat tahun berhargaku untuk mencintai sampah sepertimu, Rivan. Amuknya dalam hati, dengan tangan yang meremas kuat tangan Ryuu.

Ryuu berbisik dan berjanji pada istrinya, mereka hanya mampir memenuhi undangan saja dan akan langsung pulang begitu memberi hadiah pada Helen. Dari kejauhan Elvina melihat pasangan itu mengenakan pakaian biru tua dan silver yang mewah. Mereka berdua melangkah mendekat ke pelaminan. Awalnya Helen belum menyadari kehadiran Elvina yang masih sedikit berbicara dengan ibu Rivan. Beramah tamah dengan senyuman yang sama-sama palsu. Begitu mendekat, Helen fokus pada laki-laki yang ada di belakang Elvina. Ia mendadak gemetar.

"Van... Kamu undang Vina?" Bisik Helen yang mendadak pucat, "Dengan siapa dia datang?"

"Aku kan sudah bilang padamu aku mengundang Vina. Masa kamu lupa? Itu suaminya." Jawab Rivan. Heran.

"Apa?"

"Kenapa?"

"T-tidak. Tidak apa-apa." Tubuhnya semakin gemetar.

Ryuu dan Elvina semakin mendekat.

"Pak Rivan, selamat ya.. Semoga langgeng." Elvina menjabat tangan Rivan. Tampak tulus tapi palsu.

"Makasih sudah datang, Vina dan ..." Jawab Rivan sambil menjabat tangan Ryuu.

"Ryuu. Selamat pak Dewanata."

"Terima kasih, Ryuu."

Elvina sudah mengucapkan selamat pada Helen, giliran Ryuu yang membuatnya ketakutan setengah mati. Ryuu mendekat pada telinga kanan Helen, namun kedua matanya menatap ke arah Rivan yang juga sedang melihatnya dengan aneh.

"Masih ingat padaku, Nona? Tenang, kau tidak berhutang apapun padaku. Kami tahu segalanya tentangmu." Rivan dengan jelas mendengarnya. Ia melihat Ryuu tersenyum licik padanya. Setelah Ryuu pergi lutut Helen terasa lemas. Ia terduduk di kursi pelaminan.

"Apa maksud dia tadi? Kenapa kamu mengenalnya, Helen?" Bisik Rivan sedikit marah.

"Ah a-aku pusing, Rivan." Ucap Helen. Rivan mengkhawatirkan istrinya itu.

"Duduk dulu saja. Biar aku yang menyambut tamu."

Wajah Helen yang berbahagia tiiba-tiba hilang. Di kepalanya sibuk membuat asumsi-asumsi. Ia tidak tahu orang yang hampir dijebak itu ternyata adalah suami Elvina dan orang itu masih mengingat wajahnya. Elvina menikah dengan seorang pengusaha kan? Siapa sih dia? Aku tak pernah melihat wajahnya dimana-mana. Kalau dia mengadukan kejadian itu pada Rivan bagaimana? Gemetar tangan gadis itu.

Ryuu dan Elvina menahan senyuman menang mereka sambil keluar dari gedung itu. Tentu saja Elvina sudah tahu, bahwa Helen salah satu penjebak suaminya. Tapi di sisi lain ia merasa kasihan pada Helen yang tidak pernah puas dengan yang ia miliki. Sehingga ia selalu menghalalkan segala cara untuk mencapai yang lebih.

"Kita pulang ini, Bos?" Tanya Elvina, saat Ryuu memasangkan seatbelt-nya. Seperti sudah menjadi kebiasaan bagi Ryuu.

"Kita makan malam dulu ya." Jawab Ryuu. Elvina mengangguk.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang