8 - Tugas Pertama Madam Wibawa

2.4K 235 5
                                    

Siang menjelang sore di salah satu mall bergaya Eropa itu Yuki sibuk keluar masuk outlet, menarik lengan Elvina. Haku yang berjalan bersama Rudi hanya tertawa-tawa kecil melihat Elvina yang sedang merasa tersiksa itu. Haku masih mengingat cerita mamanya itu di dalam mobil, bahwa ia tidak menyukai mall. Oleh karena itu Haku yang cukup mengerti banyak hal, sangat terhibur melihat ekspresi mamanya.

Kemudian mereka masuk ke outlet yang Yuki janjikan sebagai outlet terakhir. Khazana. Elvina berhenti sebentar saat melihat nama itu. Nama yang sama seperti nama neneknya. Sudah lama ia tidak menemuinya. Saat ini ia bisa dengan bebas menemui neneknya, tanpa perlu memikirkan apapun. Ia pikir neneknya akan mau menemuinya setelah sekarang ia tak lagi tinggal bersama ibunya.

"Kak, ayo!" Panggil Yuki.

Saat Elvina masuk, Yuki sudah memilih tiga gaun berwarna hitam, maroon dan biru tua. Elvina menyukai gaun yang berwarna biru tua itu.

"Aku coba yang ini dulu, ya." Yuki mengangguk.

Elvina masuk ke ruang ganti dan memakai maxi halter top velvet dress berwarna biru tua itu. Gaun polos nan elegan yang menempel pas di tubuhnya. Ia sangat menyukainya, meskipun gaun itu mempertontonkan punggungnya yang cantik. Gaun itu tampak sangat cocok dengan dirinya. Ia mengikat rambut panjangnya itu dan keluar dari bilik ganti. Yuki dan Haku yang sudah duduk di sofa, di depan ruang ganti itu, terpesona melihat Elvina yang sangat anggun.

"Ya Tuhan, Kak. Cantik sekali! Kakak suka gaun itu?" Tanya Yuki. Elvina mengangguk senang, "Cantik kan mama kamu, Haku?"

"Iya. Mama El selalu cantik." Mereka tertawa senang mendengarkan celotehan Haku, "Nanti papa pasti mimisan lihat mam--mbh." Yuki membekap mulut keponakannya itu.

"Haku! Dengar dari mana itu?"

"Haku intip anime yang aku tonton, Kak."

"Papa bilang gak boleh bohong, Tante. Kan tante yang ajak aku." Jelas Haku, polos.

"Ampun, Kak." Elvina pura-pura mencubit lengan Yuki.

"Gak boleh sembarangan nonton anime ya, Haku. Nanti mama cubit kayak tante barusan."

"Iya, Mama... Maaf." Elvina tersenyum.

Yuki membayar gaun tersebut, lalu mereka berencana makan sebelum pulang. Saat mereka keluar dari outlet itu, mereka berpapasan dengan Helen, yang tiba-tiba berhenti di hadapannya.

"Wah kita bertemu terus. Sepertinya takdir, Vin..." Gadis itu menyapa Elvina. Yuki mendekat, "Ini calon anak tirimu juga?" Tanyanya. Menggoda.

"Ak--"

"Iya. Ini anak tiriku yang lain. Tuhan memberkati hidupku, sehingga aku tak perlu hamil demi mempunyai anak." Jawab Elvina. Dingin.

"Oh my God, how old is your fiancée, Vin?"

"So old, that you won't snatch him away from me. Maybe?"

"Apa kamu bilang?"

"Kamu dengar dengan jelas kan tadi? Ayo, anak-anak." Ajak Elvina.

Helen menghentikan Langkah Yuki yang berjalan di belakang Elvina.

"Hati-hati. Dia ular berbisa. Menikahi papa kalian demi uangnya saja." Helen berbisik pada Yuki.

"Tidak apa-apa, Tante. Kami keluarga naga. Ular tidak bisa menjatuhkan kami. Apalagi ular seperti tante." Balas Yuki di depan wajah Helen, lalu meninggalkan Helen.

"Tante?" Yuki tersenyum sombong di depan wajah kebingungan milik Helen itu, lalu pergi.

"Ayo, Mama." Ajak Yuki pada Elvina. Mereka tertawa-tawa.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang