Elvina dan Ryuu baru saja keluar dari kediaman Tirta. Mereka berpamitan usai makan siang bersama. Ryuu tahu betul hubungan Elvina dan ibunya tidak pernah baik-baik saja, meskipun tadi mertuanya itu bersikap sangat baik padanya.
"Jangan salah paham padaku, El. Mamamu yang mengundang kita makan siang. Bukan keinginanku." Ujar Ryuu. Elvina melirik ke arahnya.
"Terima kasih untuk pengertianmu, Ryuu. Aku sungguh tidak tahu apa salahku. Tapi aku benar-benar merasa aku ini anak tiri."
"Ssst... Sudah." Ryuu mengambil tangan kanan Elvina dan mengelusnya, "Lain kali kita mencari alasan saja ya, agar tidak perlu datang." Lanjut pemuda itu. Elvina tersenyum menatap suaminya.
"Aku sungguh ingin memelukmu, Bos."
"Apa aku harus menepi dulu?"
"Jangan. Jangan. Kita pulang saja. Haku kelelahan setelah bermain dengan Elvan." Jawab gadis itu dengan wajah memerah. Ia melihat Haku yang duduk tertidur di jok anak di kabin belakang.
"Kamu ini bisanya menggodaku saja, El." Ujar Ryuu. Elvina tertawa.
"Kamu ingin kugoda, Bos?"
"I dare you, sweetheart." Jawab Ryuu.
Elvina tersenyum dan melemparkan pandangannya ke luar jendela mobil. Sekilas ia teringat wajah Airin yang sejak kemarin mengganggunya. Gadis yang tampak tak suka melihatnya. Tapi kebodohannya cukup terjadi di kehidupan yang lalu saja. Untuk kehidupan yang saat ini sedang ia jalani, ia hanya berharap ia lebih kuat agar bisa menjaga apa yang menjadi miliknya. Elvina menoleh ke kursi belakang dan menatap Haku dengan lama. Ia menyadari dirinya mulai merasa tamak dan memiliki Haku, hingga anak itu sudah masuk ke dalam daftar kepemilikan dalam hidupnya.
"Ada apa, El?" Elvina menyadari genggaman tangan yang rupanya belum terlepas itu. Tapi ia tak akan melepaskannya lebih dulu.
"Tidak ada apa-apa. Hanya saja..."
"Hm?"
"Aku mulai merasa tamak."
"Maksudmu?"
"Kita menikah baru kemarin-kemarin, tapi aku sudah merasa serakah pada kalian. Aku tidak bisa membayangkan jika ada orang lain yang mengambil kalian dari hidupku." Ucapnya dengan tatapan yang masih menempel pada wajah manis Haku. Ryuu menggenggam erat tangan istrinya. Ia sangat memahami perasaan Elvina. Mobil itu menepi.
"Tak apa, El." Ryuu mendekat pada wajah Elvina, "Aku pun sama." Ia mencium bibir istrinya dengan lembut dan Elvina tidak hanya diam.
"Apa kita sudah sampai?" Tanya Haku yang tiba-tiba terbangun dan membuyarkan keromantisan dalam mobil di pinggir jalan yang sepi itu. Pasangan itu tertawa lagi.
"Kutukanmu, Bos.. Ha ha ha.." Ujar Elvina pada Ryuu yang hanya tersenyum. Selalu seperti ini. Pikir Elvina menertawakan Ryuu.
"Belum sampai, Nak. Sebentar lagi." Ryuu menjawab pertanyaan Haku.
Tak lama kemudian mereka melalui gerbang rumah itu. Matahari masih bersinar terang. Mereka berpapasan dengan sebuah motor yang tampak terburu-buru dari dalam. Elvina mengenali pengendara dan penumpang itu.
"Eh itu seperti Nancy." Ujar gadis itu. Ia bisa melihat jelas wajah dibalik kaca helm yang bening.
"Siapa?" Tanya Ryuu, berusaha tenang dalam kepanikannya.
"Yang dibonceng Asep itu tadi. Nancy itu teman sekantorku."
"Oh begitu. Mungkin mirip. Itu pacarnya Asep. Aku sering melihatnya di garasi. Tapi aku tak tahu siapa namanya." Ryuu memberhentikan mobil dan keluar untuk membukakan pintu Elvina, kemudian pintu Haku. Hal kecil yang menurut Elvina sangat romantis. Ryuu menggendong Haku yang masih terlihat mengantuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua
RomanceEmpat tahun berpacaran, tiga tahun menikah, tidak menjamin seseorang mengenal pasangannya dengan baik. Rivan menikahi Elvina ternyata hanya sebagai alat untuk bisa menjadi pemilik saham di Tirta Grup. Setelah keinginannya tercapai, Rivan berubah dan...