EPILOG

3.3K 286 60
                                    

"Hai, El."

Suara yang sangat kukenal itu membuatku membuka mata dengan sigap. Seseorang duduk di sebelah ranjangku. Tubuh, aroma, rambut gondrong dan wajah yang sangat kukenal dan tak pernah sedetik pun kulupakan. Saat aku terbangun, dia berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku. Aku menangkis tangan itu untuk kemudian melemparkan diriku pada pelukan yang kurindukan selama berpuluh tahun itu.

"Kenapa kamu lama sekali, Bos? 48 tahun aku menunggumu."

"Hmm... Sepertinya doa bocah-bocah itu menahan kita untuk bertemu." Ucapnya lembut. Aku memukul dadanya, "Yang penting aku sekarang datang kan?" Aku memberikan senyum terbaikku pada suami tampanku.

Suami tampanku? Hal itu membuatku ingin segera melihat diri sendiri. Kujatuhkan pandangan pada tanganku. Ah, keriputku hilang! Ini adalah tanganku lima puluh tahun yang lalu. Tattoo jimat jepang berwarna merah bertuliskan nama Ryuu dalam kanji ini masih sangat cantik.

"Ada apa, Sayang?"

"Tidak. Aku hanya sangat merindukanmu."

Ryuu tersenyum. Sebuah senyuman yang membuatku menangis. Menangis bahagia. Kerinduan yang terpendam selama puluhan tahun itu membuncah. Membuatku tak memedulikan anak-anak dan cucuku yang mengelilingi ranjang dimana tubuhku terbujur kaku. Mereka menangis. Haku-ku yang bahkan akan memiliki seorang cucu itu menangis paling keras. Memang lembut hati anak itu. kelembutannya berhasil membawa dirinya menjadi pelukis yang terkenal hingga se-Asia. Tidak hanya melukis. Tapi Haku bisa membuat patung dan juga bermain musik. Aku bangga pada anak-anakku.

"Aku bahagia karena mereka tidak pernah bertengkar." Ucapku pada Ryuu.

"Sudah pernah kubilang kan, kamu ini ibu yang baik." Pipiku pasti memerah, "Kamu selalu menggemaskan, El." Ryuu mencubit pipiku, "Ayo..." Ajaknya. Aku mengangguk.

Sekilas aku melihat wajah tuaku. Cantiknya wajah yang tersenyum itu. Lalu aku berbalik. Menggamit tangan orang yang selalu kucintai sepanjang hidupku.

"Kamu kenapa tidak menikah lagi?" Tanyanya.

"Kamu pikir menikah itu permainan. Lagipula siapa yang mau menikahi ratu kesatria?" Ucapku dengan sombong.

"Sombong ya sekarang, Nyonya."

"Ih kenyataan kok."

"Baik... Baik... Jadi siapa yang memimpin HS?"

"Akari ha ha.. Anda senang ya tebakannya dulu benar?"

"Aku hebat kan?"

Aku menahan tangan Ryuu.

"Sebentar, Ryuu."

"Hm?"

Aku mundur beberapa langkah lalu melompat ke arahnya. Ia langsung menangkap dan memelukku.

"Aku mencintaimu, El..." Ucapnya. Biar kujawab dengan ciuman saja.

Terima kasih untuk Kesempatan Kedua-nya, Tuhan.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang