7 - Hari Pernikahan

2.7K 240 4
                                    

Ballroom mewah itu disulap menjadi taman bernuansa sakura di dalam ruangan, lengkap dengan kolam koi buatan. Meja dan kursi tamu di atur dengan cantik dan alami. Di atas meja-meja itu sudah terdapat nama dan souvenir berupa koin emas seberat lima gram, juga voucher belanja bagi setiap nama yang tercantum di papan nama. Ryuu Danar Wibawa berdiri di depan sana menunggu pengantinnya. Elvina tampak seperti putri dari negeri dongeng, dalam balutan lace long sleeve ball gown berwarna putih itu. Gadis yang memegang tangan ayah tirinya itu memasuki ballroom. Ia menahan keterkejutannya saat melihat situasi di dalam. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena menolak untuk dilibatkan dalam semua perencanaan pernikahannya. Ia biarkan Ryuu dan keluarganya yang mengatur semua.

"Daddy, ada berapa tamu yang diundang?" Bisik Elvina pada Daniel sambil berjalan menuju Ryuu dan berusaha tetap tersenyum.

"150 orang."

"Ap--?"

"Ssst." Daniel menghentikan anaknya itu dari segala celotehan, "Banyak orang melihat ke arah kamu, nak..." Elvina tersenyum.

Sementara di depan sana, tatapan Ryuu terpaku pada Elvina yang seolah menghipnotisnya. Gadis yang selalu tampak cantik di wajahnya itu kemudian tersenyum kepadanya. Membuatnya tambah kaku dan beku, sementara di dalam sana jantungnya berdebar-debar. Bukan hanya dirinya, beberapa anak buahnya yang terbiasa melihat Elvina di rumah pun terpukau, melihat madam mereka yang benar-benar tampak seperti seorang ratu. Elvina menyambut tangan Ryuu sambil tersenyum.

"Bukan pesta besar hm, pak Wibawa?" Bisiknya pada Ryuu sambil tersenyum.

"Tamuku hanya 20 orang, El... Trust me..." Jawab Ryuu.

Hmm... Pasti tamu papa mertua dan mama yang banyak. Pikirnya.

Prosesi dimulai. Pernikahan itu diselenggarakan dengan tertutup dan para tamu tidak diperkenankan untuk mengambil foto selama acara. Para pengusaha besar dan beberapa selebritas menghadiri acara tersebut. Semua terkagum-kagum pada pengantin wanita yang cantik itu. Cukup banyak orang yang baru mengetahu bahwa Elvina adalah putri pertama Tirta, termasuk Surya, yang tentu saja kaget, karena ia baru mengetahui yang dinikahkan pada putra mahkota HS Holdings rupanya Elvina, bukan adiknya. Surya mengetahui latar belakang Elvina, namun slogan Tirta Group adalah profesionalitas dan Elvina sangat profesional, hingga membuatnya merasa tertipu.

Dua insan itu masih saling menatap. Mereka tak pernah saling mengenal sebelumnya dan memulai sebuah ikatan pernikahan tanpa embel-embel cinta. Keduanya hanya merasa muak dengan satu kata yang terlalu sering diucapkan dan disalahgunakan itu.

"I, Ryuu Danar Wibawa, take you, Elvina Tirta, to be my wedded wife. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to care and to cherish 'till death do us part. I promise to look into your eyes just like I do now, with soulful amazement. I will always strive to be the man you believe I can be. I can't wait to spend the rest of my life with you and hereto I pledge you my faithfulness."

Dalam janjinya sama sekali tak ada cinta, tapi mengapa aku malah merasakannya? Jantung gadis itu berdebar kencang. Ia tenggelam dalam tatapan pemuda di depannya yang seolah tak pernah menghafal janji pernikahannya itu.

"You may kiss the bride."

Ryuu merasa canggung dan malu-malu. Tapi tidak dengan Elvina.

"I'm sorry I have to do this." Bisik Ryuu.

"I know. It's OK."

Pelan-pelan Ryuu menempelkan bibirnya ke bibir Elvina. Ia hanya menempelkannya saja. Lalu melepaskannya.

Mereka duduk dengan khidmat mengikuti keseluruhan prosesi hingga akhirnya bagian akhir, yakni berfoto dengan pengantin, berdansa dan makan malam. Namun pasangan pengantin itu tidak bergerak dari meja mereka. Ryuu tahu betul Elvina sedang kesal, meskipun sepanjang acara ia tersenyum. Elvina memperhatikan setiap tamu yang tak begitu ia kenal, selain Deasy, atasannya dan beberapa dewan direksi dari Tirta Grup. 150 orang baginya sudah terlalu banyak. Selain Ryuu, Hanan menangkap kekesalan menantunya itu.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang