23 - Mimpi dan Kilas Balik

2.1K 205 5
                                    

Note from me:

Terima kasih. Doumo arigatou. Vielen lieben Dank... untuk yang sudah membaca, memberikan vote dan mendukungku sejauh ini. Berat rasanya harus berpisah dengan salah dua tokoh favoritku dari beberapa fiksi yang kubuat. But the story has always its end. Berikut adalah dua episode terakhir Kesempatan Kedua. Kisah tentang Ryuu dan El. Enjoy.

--------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------

"Menyerahlah, Rivan... Aku sungguh sudah lama kehilangan cinta kepadamu."

"Sama sekali, Vin?"

"Ya, sama sekali. Bersyukurlah dengan apa yang kamu miliki saat ini."

Percakapan singkat itu masih diingat oleh Rivan. Sudah berbulan-bulan sejak kejadian penyekapan itu. Rivan sempat ditangkap karena terlibat, namun Ryuu membantunya, karena Rivan memang tidak berniat melukai siapapun. Para anak buah Kougyou berhasil diringkus dan otak jahat dibalik pimpinan Kougyou yang saat ini difabel adalah Anisa Kanigoro. Rupanya Anisa mengalami depresi berat pasca melahirkan dan membuat jiwanya sangat terganggu. Ia sempat dirawat di klinik sakit jiwa milik kerabatnya di Belanda, namun ia melarikan diri dan bertemu dengan Nathan, pimpinan Kougyou. Kougyou yang pernah dendam pada Kyoudai dan Ganendra dipengaruhi oleh Anisa. Saat ini Kougyou hanya tinggal Nathan dan beberapa orang kepercayaannya. Ia menyesali pernah dibutakan oleh cintanya pada Anisa, yang sebenarnya sudah dicoret dari daftar keluarga Kanigoro, karena meninggalkan putranya dan meninggalkan rasa malu pada keluarga besarnya. Anisa adalah penyebab kepindahan sebagian besar keluarga Kanigoro ke Filipina. Saat ini Anisa kembali masuk ke dalam rumah sakit jiwa di tanah air.

Rivan menggeleng-gelengkan kepalanya jika mengingat peristiwa itu. Ia tak pernah bermimpi terlibat dalam peristiwa penuh darah dan pertarungan seperti di film-film. Sejak ia melihat Elvina yang ia rasa sudah tak memiliki hati itu, ia memutuskan untuk menyerah dan mengikuti saran Elvina untuk lebih mensyukuri apa yang sudah ia miliki.

"Kenapa, Sayang, senyum-senyum sendirian?" Tanya Helen yang membawakannya teh hangat.

"Tidak. Hanya teringat kejadian konyol. Bagaimana hasil cek kesehatan dengan mama tadi?"

"Mama senang, Van!"

"...?"

"Aku hamil. Sudah enam minggu." Helen tampak sangat bahagia.

"Benarkah??" Helen mengangguk, "Ah aku akan menjadi ayah! Kemarilah!" Rivan berdiri dan memeluk istrinya, "Apa mama sudah pulang?"

"Iya tadi langsung pulang, katanya mau ke rumah oma dan memberitahu kabar baik ini." Jawab Helen.

"Ah.. Syukurlah. Ayo duduk. Jangan terlalu lelah, ya..." Helen mengangguk senang akan perhatian suaminya.

Rivan menyeruput tehnya, "Aku ingin bertanya, Sayang..."

"Apa?"

"Anak siapa itu?"

Bagai disambar petir wajah Helen langsung memerah masak dalam beberapa detik.

"Apa maksud kamu??? Kamu pikir aku berselingkuh?"

"Ssssh... Tenang... Tenang, Sayang. Bukan begitu. Aku percaya kamu tidak selingkuh dan aku percaya kamu hanya mencintaiku. Tapi aku tidak percaya kalau itu adalah anakku." Jelasnya tenang.

Plakk!

"Dasar brengsek! Kamu lelaki jahat!" Ujar Helen setelah menampar Rivan. Ia akan meninggalkan Rivan yang masih duduk di balkon.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang