Kak Taehyung... (Jisoo x Taehyung #Vsoo)

Kak Taehyung #19

Mohon perhatian dan mohon maaf
Sebelum kalian baca ceritanya aku mau kasih tahu kalau aku ada sedikit revisi
Disini Jisoo sama Taehyung yanh tadinya saudaraan tiri karena Ibu Ayah mereka nikah aku rubah
Disini Jisoo adalah anak angkat yang diangkat keluarga Taehyung pas masih dua tahun
Makasih

Perasaan itu mudah sekali berubah-ubah, mempermainkan hati tempatnya singgah. Kadang membuatnya bimbang dengan rasa gundah yang tak kunjung sudah. Mungkin fitrahnya memang seperti itu. Bahkan manusianya juga tak bisa memilih pada siapa rasanya muncul dan untuk siapa hatinya jatuh. Sama seperti Jisoo. Awalnya ia hanya mendengar Taehyung yang berujar jika kita tak bisa memilih pada siapa hati kita akan jatuh. Dan kini Jisoo benar merasakannya, persis seperti apa yang Taehyung rasakan. Mencintai seseorang yang tak seharusnya ia cintai. Bagi Jisoo mungkin Taehyung akan tetap menjadi kakak laki-lakinya selamanya.

Sudah hampir dua bulan sejak Jisoo menyadari betul rasanya. Keduanya kembali dekat seperti dulu. Taehyung banyak berubah saat dengannya. Seperti es di dalam tubuh Taehyung mencair. Anggap saja Jisoo egois, karena ia merasa bahagia saat Taehyung hanya bersikap hangat padanya namun masih sedikit beku dan kasar saat dengan yang lainnya.

Tak peduli seberapa berat hari yang Jisoo hadapi, cukup dengan kehadiran Taehyung rasanya semua itu bukan lagi apa-apa. Menguap entah kemana. Perasaan itu makin lama makin tumbuh tanpa peduli status apa yang mereka miliki.

Nyonya Kim dan Tuan Kim senang melihat putra putri mereka kembali rukun tanpa tahu penyebab dibaliknya. Hanya senang rumah terasa lebih hangat dengan banyaknya cengkrama. Tidak ada lagi sikap dingin atau canggung antar sepasang saudara.

"Ayo kejar bolanya!" Taehyung mendribble bola basket di tangannya seraya berjalan mendekati Jisoo yang mulai kelelahan. Sudah setengah jam Jisoo mencoba mengambil bola itu dari Taehyung namun tak juga dapat. Baju seragamnya juga sudah mulai lusuh. Keduanya bermain bola basket setelah pulang sekolah.

"Capek, nggak dapat dapat" Jisoo mengembungkan pipinya, ia kesal.

"Ah payah" Taehyung melempar pelan bola berwarna jingga itu yang langsung di sambut Jisoo dengan sumringah. Rasanya lega sekali bisa menyentuh bola yang cukup lumayan itu. Pasalnya sejak tadi Jisoo hanya berlari-lari tanpa bisa meraihnya. Bisa dikatakan hanya Taehyung yang bermain basket sementara dirinya hanya ikut berlari-larian saja.

"Yang duluan masukin ke ring dibeliin sepatu ya?!" Jisoo berlari memasukan bola itu ke dalam ring. Gadis itu bahkan membuat kesepakatan sendiri, dan beruntungnya bolanya masuk.

"Loh nggak bisa, kita nggak ada kesepakatan"

"Berarti mau nggak mau harus deal, bolanya udah masuk" Jisoo menjulurkan lidahnya mengejek seraya menarik pipinya ke bawah menggunakan telunjuknya.

Taehyung menahan gemas, ia mengambil langkah panjang untuk menghampiri Jisoo kemudian meraih lengan kurusnya. Dalam sekali tarikan Jisoo sudah jatuh padanya, menabrak dada bidangnya yang kemudian ia peluk dengan senang hati. Taehyung tidak tahu bagaimana meluapkan rasa gemasnya, tidak mungkin laki-laki jangkung itu mencium Jisoo di lapangan basket sekolah.

"Lepasin, gerah" Jisoo memberontak ingin dilepaskan. Tubuh kecil itu memang sangat merasa gerah, bahkan peluhnya menetes dimana-mana. Tak beda jauh dengan Taehyung. Hanya saja laki-laki itu malah tampak lebih memukau ketika berkeringat dengan surai yang di sisir ke belakang juga kancing kemeja yang dibuka seluruhnya, menyisakan kaos hitam sebagai dalaman.

Bukannya melepaskan rengkuhannya, Taehyung justru mengeratkan lingkaran tangannya. Terasa lebih menyenangkan ketika Jisoo kesal. Wajahnya lucu sekali. Ah bahkan ketika Jisoo diam saja Taehyung tetap mengagumi wajah bak peri itu. Tubuh tegap itu mundur seraya mengaduh ketika satu cubitan lolos di perutnya. Satu-satunya cara supaya Taehyung berhenti adalah dengan mencubitnya.