01

4.3K 586 54
                                    

⏱️00.05

HOWEEEKKKKKK

Mendengar istrinya yang kembali mengalami mual berat, Jisung segera bangun dari tidurnya dan menghampiri istrinya di kamar mandi.

Tanpa disuruh, Jisung memijat tengkuk leher Aileen dan tangan lainnya mengusap perut Aileen.

“Mual banget, Ai? Mau ke dokter?” tanya Jisung khawatir.

Aileen menggeleng pelan.

HOWEEKKKKK

Jisung sama sekali tidak merasa jijik. Malah Jisung khawatir setengah mati walaupun ia tau ini wajar.

Tiba-tiba suara ribut menghampiri mereka. Tak lain adalah Brian dan Bian yang saling lomba cepat-cepatan menghampiri Aileen.

“Mah! Mama gapapa?” tanya Brian dengan muka pucatnya.

Ehm.. Mama gapapa kok. Wa—HOWEEKKK.”

Bian yang melihat itu segera memegangi rambut mamanya. Sedangkan Brian berinisiatif mengenggam tangan mamanya.

HOWEEKKKK..

“Astaga Ai, kok parah banget sih? Dulu kamu hamil Brian sama Bian aja gak separah ini.”

“Wahhh jangan-jangan dedenya kembar pah!” ucap Brian dengan wajah berbinar-binar.

“Kembar jidatmu!”

“Kembar jidatmu!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Rasa bersalah menyelimuti perasaan Aileen. Bagaimana tidak? Karenanya semalam, suami dan anak-anaknya jadi begadang karena khawatir dengannya.

“Brian Bian gak usah sekolah ya? Ngantuk banget kalian keliatannya..” bujuk Aileen.

Jelas anak-anaknya ini kelihatan ngantuk sekali. Lihat saja, sekarang kedua anaknya itu tengah memeluk Aileen dari samping kanan dan kiri Aileen.

“Bian ulangan mah..” ucap Bian dengan suara serak khas bangun tidurnya.

“Brian harus bayar utang kantin mah.. kata tantenya kalo hari ini gak bayar juga, Brian gak boleh lagi jajan di kantin..” curhat Brian.

“Kamutuh kebiasaan, Bri. Kan mama udah bilang, kalo beli apa tuh langsung bayar! Uang banyak dipake buat apaan tau.”

“Bukannya gak mau bayar maahh, cuman akutuh kebiasaan lupa.”

“Ya makanya jangan dibiasain!”

Brian mengerucutkan bibirnya.

“Sok imut lo najis.” cibir Bian.

“Yaudah kalian dianter papa aja ya? Bahaya kalo bawa motor lagi ngantuk begini.”

Akhirnya Brian dan Bian menyetujui mamanya.

“Halo?” Jisung turun dari tangga dengan telpon yang menempel pada kupingnya.

“Oh? Udah ada sekretarisnya?”

“Saya percayakan kepada kamu interviewnya. Ingat, sekretaris akan sering bekerja langsung bersama saya. Pastikan sekretarisnya benar.”

Sekarang Jisung sudah tak lagi bekerja di perusahaan Hyunjin. Sudah lama tidak. Karena Jisung memutuskan untuk membangun perusahaannya sendiri walaupun pada awalnya tidak mudah.

Selesai dengan telponnya, Jisung memasukkan hpnya ke kantong celananya. Ia menghampiri Aileen dan mencium kening Aileen lembut.

“Kenapa sung?” tanya Aileen sambil membenarkan dasi Jisung.

“Dahlah nyamuk kita.” Brian menarik Bian untuk siap-siap sekolah.

Jisung melingkarkan tangannya pada pinggang Aileen, “Sekretaris aku yang kemarin berenti. Untung ada gantinya cepet.”

Setelah selesai membenarkan dasi Jisung, Aileen meletakkan kedua tangannya pada pundak Jisung, “Owalah.. syukur deh. Aku udah siapin bekal buat kamu bawa ke kantor.”

“Nanti aku pulang kantor kamu mau nitip apa gak? Di rumah sendiri gapapa?” tanya Jisung lembut.

“Mau nitip pecel lele dong, mauu sambelnya tapi. Kamu fokus aja kerja, jangan mikirin aku. Aku gapapa kok di rumah sendiri udah biasa. Titip jemput anak-anak aja nanti kalo kamu udah pulang kerja. Mereka ada pelajaran tambahan sama mau ngebasket juga.”

Jisung mengangguk kemudian mencium kening Aileen lama, “Yaudah tuh anak-anak udah. Aku berangkat dulu.”

“Hati-hati papa.”

YOUNG ENOUGHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang