Bonchapt #1

3.3K 448 29
                                    


Pagi yang ceraahhhh~


“Mah, liat tuh, Kak Brian sama Kak Bian perebutan lagi nganter aku ke sekolah!” keluh Brina.

“Gue yang anter!” Brian merampas kunci mobil dari Bian.

“Apasih lo! Gue duluan!” Bian kembali merampas kunci mobilnya.

“Lo mah kalo ada cowok yang godain Brina cuma lo sinisin! Emang tu cowok bakal pergi kalo cuma lo tatap?! Cinta yang ada nanti dia ama lo tolol!”

“Heh inget ya lo udah berapa kali lo gebuk anak orang gara-gara dia cuma nyapa Brina!”

“Antisipasi itu namanya bodoh!”

“Lo-nya aja lebay! Nanti—”

“UDAH!” teriak Aileen. Anak kembarnya itu semakin jadi sejak Brina beranjak dewasa.

Aileen mengambil kunci mobil lain, “Brina berangkat sama papa.”

“MAH! KOK GITU?!” protes Brian dan Bian.

Aileen menatap mereka kesal, “Kalian itu! Mau Brina jadi anti sosial hah?!”

“Maaaaahhhhh” rengek Brian.

Akhirnya, Jisung yang mengantar Brina.

Akhirnya, Jisung yang mengantar Brina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Jisung, Aileen, Brian dan Bian sudah duduk manis di meja makan untuk makan malam. Namun Brina tak kunjung turun.

“Kok Brina belum turun yaa? Tidurkah?” tanya Jisung.

“Lagi maskeran kali, pah.” tebak Brian yang sudah hafal kebiasaan adik perempuannya itu.

“Ah masa maskeran selama itu?” curiga Aileen.

Bian berdiri dari duduknya, “Bian cek.”

Brianpun akhirnya ikut berdiri, “Yok.”















Ceklek

“Lah? Napa lo?” tanya Brian heran begitu melihat Brina dengan fever patch yang menempel di jidatnya.

Meja belajar Brina penuh dengan kertas yang berserakan. Laptop yang menyala dua-duanya dan juga handphone yang menyetel video cara mengerjakan tugasnya.

Bian menghela nafas, ia menghampiri Brina di meja belajarnya. Satu tangannya ia letakkan di meja untuk menopang tubuhnya dan satu tangannya lagi mengusap kepala sang adik.

“Mana yang susah, hm?” tanyanya.

Tiba-tiba Brina menutup mukanya dengan kedua tangannya. Tak lama, tubuhnya bergetar dan isakan mulai terdengar.

“Brina gak paham.. Brina gak ngerti.. hiks.. temen-temen Brina semuanya bisa, Brina doang yang enggak. Gak ada contekan dimana-manaa.. hiksss..

Brian terkekeh, ia menghampiri Brina dan menoyornya pelan, “Gitu aja nangis, bocahh. Lo kan bisa tanya gue sama Bian bodoh. Kita langganan juara 1 loh.”

Brina menatap Brian dengan mata berairnya, “Tapi kan kalian sekolah udah berapa tahun yang laluuu, pelajaran sekarang udah beda jauhh”

Bian berdecak, ia duduk di samping Brina, “Mana sini gue kerjain.”

Tak lama, Bian terkekeh begitu melihat tugasnya.

“Lo kerjain udah berapa jam?”

“6 jam..” lirih Brina.

“5 menit kelar sama gue.” ucap Bian sambil mengerjakan tugas Brina.

Brian tersenyum, “Ini kenapa pake fever patch segala? Demam?” Brian meletakkan punggung tangannya pada kening Brina.

“Udah sana rebahan, gue bawain makanannya.” perintah Brian.

Brina hanya mengangguk pasrah. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang.

Hhh andai kepintaran kakak-kakaknya menurun pada Brina.

Hhh andai kepintaran kakak-kakaknya menurun pada Brina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Kesialan menimpa Brina. Ia harus mengurus kedua kakaknya di rumah karena mama menemani papa yang akan melakukan pekerjaan di luar kota.

“Kaaaakkkkkkkkk Briaaannn Kaaakk Biaannn bangun donggggg!!!”

Sudah 15 menit Brina berusaha membangunkan kakak-kakaknya yang tertidur pulas mentang-mentang hari ini hari Minggu.

“hhh..”

Brina mengambil nafas sebanyak mungkin,


“BANGOOOONNNNNNNN!!!!!! BANGUN ATAU TAK GUYUR KALIAN PAKE AIR SEEMBER?!!!’


Setelah berhasil membangunkan kedua kakaknya, Brina memasak makanan. Setidaknya walaupun kepintaran kedua kakaknya dalam pelajaran tak menurun padanya, Brina pintar memasak.

Ia memasak bubur abalone andalannya.

Bubur abalone sebenarnya adalah menu andalan Brina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bubur abalone sebenarnya adalah menu andalan Brina. Karena saat Brina memasak yang lain, Brian pasti banyak komplain. Entah rasa masakannya aneh, atau rasa masakannya tak cocok di lidah Brian dan lain-lain. Beda halnya dengan Bian yang makan apa adanya. Gak cerewet seperti Brian.

“Enaaaakkkk! Mau nambaaahhh..” ucap Brian.

“Ih kaaakk, Brina cuma masak segituu. Udah habisin dulu, besok Brina masak lagi.”

Brian hanya bisa memasang raut sok sedih.

Bian menatap Brian geli, “jiji bangsat.”
























Okay kayaknya cukup satu aja bonchaptnya😌😌

YOUNG ENOUGHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang