05

3.5K 515 85
                                    

Aileen sedaritadi mondar-mandir di kamarnya. Sudah jam segini kenapa Jisung belum juga pulang? Pikirannya tak bisa lagi positive thinking. Ditambah pikirannya tentang sekretaris Jisung yang berani itu. Astaga..

“Telpon jangan?” gumamnya.

Aileen memijat keningnya, “Astaga..”

Ceklek..

“Loh Ai? Ngapain? Kok belum tidur?” tanya Jisung dengan muka lelahnya.

Aileen hanya menggeleng dan merebahkan tubuhnya di kasur. Membelakangi Jisung.

Jisung hanya bisa menatap heran Aileen. Hari ini Jisung capek bukan main. Takut emosinya kepancing. Akhirnya Jisung memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.






















Grepp...

Jisung memeluk Aileen dari belakang. Ia menyembunyikan mukanya pada ceruk leher Aileen dan mengecupnya sesekali.

“Kenapa, hm? Mau cerita?”

Aileen diam. Enggan untuk merespon. Ia masih kesal dan pikirannya masih dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif. Ya, wajar sih. Di posisi seperti ini, istri mana yang gak waspada?

Dasar! Tadi nungguin, sekarang sok ngambek.

“Kok diem? Aku tau kamu belum tidur.”

“Kamu marah sama aku?” tanya Jisung lembut.

Sabar banget asli aduhhh idaman.

“Ai.. aku lagi capek. Tolong to the point aja, kamu kenapa?”

“Gapapa. Ayo tidur, udah malem.”

Jisung hanya bisa menghela nafasnya. Ia mulai memejamkan matanya dan tangannya yang daritadi memeluk Aileen kini mengusap perut Aileen.

“Good night, I love you.”

Yahh mewek dah Aileen..

Sarapan kali ini terasa sangat canggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarapan kali ini terasa sangat canggung. Terutama bagi Brian. Karena Brian adalah anak yang bawel dan Bian cenderung pendiam. Mamanya tampak tidak memiliki mood yang baik. Sedangkan papanya juga—entah.. seperti sedang lelah? Atau bingung? Merasa gak enak? Entah.

Brian berdeham. Namun tidak ada yang menoleh. Sungguh, Brian merasa diabaikan.

“Aduhhh ini kenapasih? Kok diem-dieman.. aneh banget. Kita gak pernah diem begini kalo lagi ngumpul.”

Bian akhirnya menoleh. Namun hanya sekilas. Karena detik berikutnya, Bian kembali melahap rotinya.

“Mah, mama kenapa? Gak biasanya ma—”

“—makan dulu, Bri. Nanti kamu telat ke sekolah.” potong Aileen.

Brian akhirnya sadar. Saat ini, ia perlu diam saja.

“Papa berangkat. Ai, aku berangkat yah.” pamit Jisung tiba-tiba.

Dari sini, Brian sadar. Letak masalah ada pada Aileen.

Kalau ada anak yang terus belajar tanpa henti, maka Bian sudah pasti anak yang dimaksud itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ada anak yang terus belajar tanpa henti, maka Bian sudah pasti anak yang dimaksud itu. Isi ponselnya bahkan penuh dengan aplikasi-aplikasi edukasi. History Youtubenya pun tak jauh dari pembahasan materi. Sosial media? Hampir tidak ada. Bian hanya memiliki Instagram. Itupun ia hanya mengikuti beberapa orang yang mengajarkan materi-materi.

Intinya, di dunia Bian hanya belajar.

Seperti sekarang, ketika anak-anak lain tengah menikmati jam kosong dengan tidur, bermain hp, gibah, dan lain-lain, Bian asik sendiri di perpustakaan dengan tumpukan buku-buku tebal.

Tak ada pelajaran yang tak Bian suka, bahkan matematikapun menjadi pelajaran favorit Bian.

Bian juga hobi mempelajari bahasa-bahasa. Bahkan di umurnya yang segini, ia sudah fasih 10 bahasa. Yaitu, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Korea, Bahasa Jepang, Bahasa Jerman, Bahasa Spanyol, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Thailand, dan Bahasa Perancis.

Bian hampir dapat dibilang bisa semuanya. Salah satunya masak. Masakan Bian bahkan dapat menyaingi Gordon Ramsay. Iya, Chef Internasional itu.

Siapa sih yang gak mau jadi pacarnya Bian? Bahkan beberapa laki-laki aja sampai jatuh cinta sama Bian.

“Permisi.. boleh duduk disini?” tanya seorang perempuan.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari buku, Bian hanya mengangguk.

Anak perempuan itu—Alana namanya.

Alana sangat terkenal di sekolah. Bahkan satpam aja tau siapa Alana dari sekian banyaknya murid di sekolah ini.

Alana, si bodoh yang tak bisa pintar.

Sekilas, orang-orang akan menilai seorang Alana adalah anak kutu buku yang pintarnya bukan main. Karena Alana selalu membawa buku kemana-mana untuk dipelajari. Alana juga sering menghabiskan waktunya di perpustakaan. Kalau ada waktu luangpun, Alana akan pergi ke perpustakaan umum untuk mempelajari buku baru.

Usaha tidak akan menghianati hasil.

Itu adalah omong kosong menurut Alana. Ia sudah sangat serius belajar terutama sejak masuk SMA. 80% waktunya ia gunakan untuk belajar. Namun—ulangannya tak pernah lebih dari angka 50.

Entah dimana letak kesalahan belajarnya.

YOUNG ENOUGHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang