“Oper Bi!” teriak Brian.
Menunggu waktu yang pas, Bian akhirnya mengoper bola pada Brian. Bola tersebut langsung ditangkap Brian dan dilempar ke ring basket.
“MASUK!”
“HUAAAAAAAA KAK BEBE KEREEENNNN”
“GILADONGGG GANTENG BANGET JODOH ORANG!”
“JODOH GUE ITU WOI!”
“KAK BRIANN!! AKU SAYANG KAKAK!!”
“KAK BIAN! AKU BISA BUKTIIN KE KAKAK KALO AKU LEBIH MENARIK DARI SUSUNAN KALIMAT DI BUKU PELAJARAN!”
Yaaa, seperti biasa Brian sok tebar pesona. Beda dengan Bian yang memasang muka datar dan tidak tertarik sama sekali dengan para perempuan-perempuan yang tengah menatap mereka kagum. Mereka berdua kini beristirahat.
Oh, ngomong-ngomong. Mereka memang terkenal di sekolah sebagai Bebe. Teorinya simple. Karena inisial mereka berdua B dan kalau disebut jadi BB.
Bian melempar botol minum ke Brian. Kemudian ia kembali membaca buku fisikanya.
“Gue ranking satu juga di IPS kaga kayak lo tuh. Terlalu ambis tau gak?”
Nah. Walaupun kembar, mereka tetap memiliki jalannya masing-masing. Brian ambil jurusan IPS, walaupun nakal tapi pintar. Beda dengan Bian di IPA yang dingin tapi pintar.
“Gue gak ambis. Hobi baca aja. Gak kayak lo hobi nyebat.”
Brian menatap Bian terkejut, “Wah..wah..bangsat, tau darimana lo?!”
“Beberapa hari lalu waktu Pak Bambang nyita rokok dari kelas lo, itu rokok lo kan.”
Brian mengalihkan pandangannya, “Bukan tuh.”
Bian menatap Brian jengkel, “Orang yang kalo lagi ngejawab matanya ngarah ke kanan, kemungkinan besar dia lagi bohong.”
Brian menatap Bian sebal, “Jangan cepu ke mama lo!”
“Urusan lo kalo mau mati duluan. Ngerasa keren lo nyebat-nyebat?” respon Bian.
“Iye-iye ah gak nyebat lagi gue."
Kringg..kringg..
Brian menunjuk hp Bian, “Telpon tuh.”
Bian menyalakan mode loud-speaker.
“Bian.. t-tolong mama..”
Reflek Bian dan Brian langsung berdiri dan khawatir.
“Mama dimana?!”
“M-mama.. di sekitar supermarket deket sekolah kalian.. i-ini mama d-diikutin orang.”
“Bajingan!” pekik Brian.
Segera Brian dan Bian berlari secepat mungkin mendatangi mamanya. Meninggalkan barang-barang mereka begitu saja.
Aileen berjalan secepat mungkin. Di belakang ada satu pria berbadan besar yang sedaritadi mengikutinya. Bahkan secara terang-terangan menatap Aileen.
Aileen sudah telpon Jisung, namun gak diangkat. Sepertinya Jisung sedang meeting. Brian juga ditelponin gak diangkat. Hpnya mati. Untung Bian angkat telponnya tadi.
Entah mau jalan kemana lagi karena di depannya adalah jalan buntu.
GREPPP
“HWAAAAA!!”
Orang itu menarik lengan Aileen.
“LEPASSS!!” Aileen berusaha memberontak sebisa mungkin.
“BANGSAT!”
Tiba-tiba seseorang menendang punggung pria itu hingga pria itu tersungkur. Tanpa memberikan waktu sedikitpun, seseorang itu berhasil mengunci pergerakan pria itu sambil menelpon kenalannya.
“Cepet kesini, ada yang perlu lo urus.” perintahnya entah pada siapa di ujung telpon.
Aileen menghela nafas lega. Tapi beberapa detik kemudian, ia tersadar sesuatu. Orang yang baru saja menolongnya ini—tampak familiar.
“Kok kayak kenal..” gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG ENOUGH
Romance𝘈𝘵 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵, 𝘪𝘵 𝘸𝘢𝘴 𝘛𝘰𝘰 𝘠𝘰𝘶𝘯𝘨. 𝘉𝘶𝘵 𝘯𝘰𝘸, 𝘪𝘵 𝘪𝘴 𝘠𝘰𝘶𝘯𝘨 𝘌𝘯𝘰𝘶𝘨𝘩. Cover by @grapicvii