07

3.6K 566 79
                                    

Mata Bian dengan teliti memperhatikan Alana yang sedang belajar. Well, mudah saja bagi Bian untuk mengetahui dimana letak kesalahan belajar Alana.

Pulang sekolah tadi, Bian menepati ucapannya. Ia mengajak Alana ke suatu tempat yang menurutnya sangat pas untuk belajar.

 Ia mengajak Alana ke suatu tempat yang menurutnya sangat pas untuk belajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perpustakaan kota ini cenderung sepi. Mungkin karena letaknya yang tertutupi beberapa kafe dan toko baju. Sayang sekali, padahal menurut Bian, buku disini limited edition. Jarang tersedia di perpustakaan pada umumnya.

"Jadi, Bi?"

"Belajar itu jangan dihafal. Otak lo gak mampu nginget materi pelajaran selama itu. Lo belajar juga cuma baca sama tulis, apa yang masuk ke otak? Belajar bakal lebih efektif kalo lo memahami. Bukan menghafal. Terus juga, jangan males buat ngulang materi. Lo tipe anak yang kalo udah belajar bab baru, lo gak akan ngulang bab lama. Bahkan pelajaran di SMA aja masih ada yang nyambung sama pelajaran di SMP." jelas Bian panjang kali lebar.

Alana mengangguk setuju, "Bener sih.. berarti gue harus—"

Kringg..kringg..

Bian mendapat panggilan suara dari mamanya.

"Hm."

"Bi, kamu lagi apa? Kalo udah selesai pulang ya? Kita jemput papa, makan malem di luar aja yuk."

"Ok."

Bip.

"Intinya belajar harus dibawa fun, bukan tuntutan. Udah kan? Ayo pulang. Gue anter."

Sejak kecil, Jisung dan Aileen selalu mengajarkan anaknya untuk bertanggungjawab. Hal sekecil apapun, mereka mau anak-anaknya menyadari betapa pentingnya tanggungjawab.

 Hal sekecil apapun, mereka mau anak-anaknya menyadari betapa pentingnya tanggungjawab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mah.. ih apaan sih bajunya begitu. Liat tuh tuh pundaknya keliatan!" Brian terus mencoba untuk menaikkan baju mamanya.

 Liat tuh tuh pundaknya keliatan!" Brian terus mencoba untuk menaikkan baju mamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ihh emang begini modelnya."

"Ayo jalan, keburu malem." Bian mengambil kunci mobil di meja bar.

"Mah, nanti jalan jangan jauh-jauh dari kita!" pesan Brian.

"Loh? Kok gitu?"

"Kita lebih tau pikiran laki-laki mah."
















Sesampainya di kantor, mereka menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak? Aileen yang secantik itu, sebody-goals itu, seanggun itu padahal anaknya sudah sebesar ini.

Anaknya pun tak kalah cakep. Brian yang aura fakboinya terpancar dan Bian yang dingin-dingin menghanyutkan. Mereka berdua berhasil membuat para perempuan di kantor Jisung klepek-klepek salah tingkah.

Pas sekali, mereka berpapasan dengan Jisung dan-Jana. Mereka berdua tampaknya baru selesai meeting. Bisa-bisanya Jana mengambil kesempatan membersihkan jas Jisung. Menyadari kedatangan orang asing, Jana berinisiatif menghampirinya.

"Maaf, ada perlu apa—"

Aileen jalan begitu saja melewati Jana dan merentangkan tangannya.

Jisung yang paham dengan maksud Aileen membawa istrinya ke dalam pelukan hangatnya. Dikecupnya kening sang istri lama.

Jisung sesayang itu sama Aileen sampai tidak memperdulikan tatapan karyawan-karyawannya. Bahkan mulut Jana sampai terbuka lebar.

"Kok tumben dateng ke kantor, hm?" tanya Jisung lembut.

"Kenapa? Gak suka?"

Jisung sontak menggeleng dan tersenyum, "sukaa, seneng banget didatengin istri ke kantor. Capeknya ilang."

"Aku ngidam. Aku ajak Brian sama Bian juga sekalian makan malem bareng. Mau?" Aileen menekankan kata ngidam dengan sengaja. Jana yang mendengar hal itu semakin terkejut.

Jana bahkan sampai bolak balik menatap Aileen dan Bebe. Masih tak percaya dua remaja tampan yang berada di hadapannya ini adalah anak dari bosnya yang-masih muda..

Bahkan dirinya langsung insecure begitu mengetahui istrinya Jisung se-sempurna ini fisiknya. Bagaimana bisa anak dua, tetapi tubuhnya masih seperti anak SMA? Masih kencang dan mulus.

"Mau banget, yuk sekarang."

"Pah." panggil Brian dan Bian secara bersamaan.

"Iyaa yuk makan."

"Oh, Jana, kamu tolong urus sisanya ya." perintah Jisung.

"I-i-iya p-pak.."

Seperginya keluarga bahagia itu, teman-teman Jana menghampirinya.

"Gue bilang juga apa, Pak Jisung punya istri, punya anak. Gak percayaan sih lo."

"Tapi emang sih, gak heran Jana gak tau. Istrinya paling tiga tahun sekali ke kantor."

"Kalo istrinya begini sih.. mundur gue. insecure anjir."

"Iyalah mundur! Pak Jisungnya aja sesayang itu sama istrinya, gak liat apa?"

"Istrinya Pak Jisung mah serbuk berlian, gak kayak lo kentang."

YOUNG ENOUGHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang