11

3.2K 510 11
                                    

"Brian, lo dipanggil kepala sekolah." ucap ketua kelas Brian.

Brian berdecak. Iapun sadar, Alana langsung menatapnya dan menghampirinya.

"B-bri.."

Brian berdiri, ia menatap Alana, "Lo diem aja. Belajar yang bener." sebelum meninggalkan kelas, Brian mengacak rambut Alana.

" sebelum meninggalkan kelas, Brian mengacak rambut Alana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian duduk di hadapan kepala sekolah. Takut? Tidak. Di ruangan inipun ada Arel yang menatapnya remeh.

Tanpa basa-basi, kepala sekolah memberikan sebuah kertas kepada Brian. Disana tertera jelas kata skors.

"Kamu di skors selama dua minggu. Gunakan waktu itu dengan baik untuk merenungkan kesalahan kamu. Saya rasa, kamu sudah tau kesalahan kamu dimana."

Brian mengangguk, "Saya memang melanggar peraturan sekolah dengan memukul teman saya. Tapi saya gak merasa salah sudah memukul anak seperti dia."

Kepala sekolah tampak tak senang dengan ucapan Brian barusan, "Maksud kamu?!"

"Dari ekspresi yang ditampilkan Arel.. dapat saya simpulkan kalau hanya saya yang di skors. Padahal Arel lebih memiliki peluang besar untuk di drop out. Kenapa? Karena dia anak bapak?"

"Arel bukan urusan kamu."

Brian tersenyum miring, "Superior sampah. Gak ada keadilan buat kaum lemah. Kalian gak mikir gimana perasaan Alana? Lo, Rel. Lo gak mikir lo punya ibu? Gimana kalo ibu lo digituin juga suatu saat?"

Kepala sekolah berdiri dan menatap Brian tajam, "Cukup! Pulang dan renungkan kesala-"

"-gak ada yang perlu saya renungin pak. Gak ada yang perlu saya sesali. Saya memukul seorang bajingan. Iya, Arel, anak bapak."

"Saya pamit." Brian keluar dari ruangan.

" Brian keluar dari ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












"Mah.. pah.. Brian di skors.." lapor Brian.

Di waktu yang menurutnya tepat, Brian akhirnya menceritakan semuanya dengan detail kepada Jisung dan Aileen. Bianpun ikut mendengarkan.

"Brian gak bisa liat Alana digituin. Keterlaluan pah, mah."

Jisung menatap Brian yang sedang menunduk. Ia yakin, anaknya itu sedang dilanda rasa bersalah. Ia tau, Brian takut dirinya dan Aileen kecewa dengan Brian karena di skors.

"Hey, jagoan papa."

"Kamu bener kok. Kamu gak salah. Papa bangga malah sama kamu. Kalo kamu gak begitu, entah jadinya si Alana gimana sekarang. It's okay to speak up. You did great. Papa bangga dan papa yakin mama juga. Iya kan, mah?"

Aileen memeluk Brian, "Iyaaa, gapapa kok sayang. Papa mama kan selalu bilang, kalo kamu gak salah, it's okay to speak up. Jangan ngerasa bersalah, mama mohon. Sedih loh mama jadinya.. kamu bener kok. Memang sih kekerasan itu gak bisa dibenerin.., tapi memang ada orang yang perlu digebuk dulu baru sadar. Apa perlu kalian pindah sekolah aja? Kalo kepala sekolahnya aja begitu, berarti sekolahnya gak bagus."

Kali ini Bian bersuara, "Gak perlu."

Bian memutar suatu video. Ia tunjukkan video itu kepada Jisung, Aileen dan Brian.

YOUNG ENOUGHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang