Catatan: Lanjut 1k vote.
Dokter mengatakan jika Ara diperbolehkan untuk pulang, namun dengan syarat. Tidak memberitahu dan mencoba untuk memaksa ingatan Ara kembali.
Lion yg mendengar hal itu menghela nafas panjang. Apa masih ada harapan untuk nya?
"Ra, gue anter pulang yuk?" ajak Albar tersenyum ingin mengambil tangan Ara, namun Ara menjauhkan tangan nya dari tangan Albar, membuat dahi Albar berkerut.
Didalam benak Ara, ia tidak mengingat apapun, siapa keluarga nya? Dimana ia tinggal?
Ia saja bingung saat membuka mata nya dikejutkan dirinya berada dirumah sakit. Saat ia bertanya kepada Albar dan yang lain nya. Malah mereka membahas hal lain, atau mereka mengatakan 'Sembuh dulu ntar dikasih tau' selebih nya begitu.
"Lohh.. kok diem?" tanya Albar, yg melihat Ara diam seperti memikirkan sesuatu.
Memang Dokter memberitahu bahwa Arana hanya bisa mengingat beberapa hal dari masa lalu nya.
Hal yang terus menjanggal dipikiran Lion. Kenapa harus amnesia dibagian chapter nya?! disaat-saat dirinya sudah mencintai seseorang dan ingin berperilaku manis.
"Sebenernya Ara kenapa ada disini? kenapa Ara kayak pengen nginget sesuatu tapi Ara gak bisa. Ara mohon jelasin ke Ara...biar Ara ngerti" pinta Ara.
Ia kesal. Kesal sangat. Kepala nya ingin sekali mengingat sesuatu. Tapi enggak bisa! Ara berusaha tapi dirinya merasa jika ingatan nya itu terhapus seperti tidak bisa ditulis ulang, karna lem yg menghalangi nya.
Kepala Ara terasa sakit, berdenyut seperti ingin pecah.
Tubuh nya seperti ingin jatuh, tangan nya memegang kepala nya merintih sakit.
"Ra? Ra!" Albar terperanjat menangkap tubuh Ara yg ingin jatuh.
"Kenapa? Jangan...jangan dipaksa" ucap Albar. Ara mengernyit. 'Jangan dipaksa?" maksud nya?
Apa dirinya...amnesia? hilang ingatan?
"Maksud Albar?" tanya Ara bingung. Albar kicep. Bingung untuk menjawab dirinya lebih memilih mengganti pertanyaan Ara.
"Gue anter pulang sekarang ya?, gue takut lo kenapa-napa ntar lo diliat sama Dokter terus gak dibolehin pulang? mau?"
Ara menggeleng kuat menatap Albar yg lebih tinggi dari nya, bahkan pegangan di bahu Ara belum dilepas oleh Albar.
"Tangan woi! tangan!" Ori sambil menyedot susu kotak kemasan. Memang didalam ruangan rumah sakit tempat mereka sekarang tidak diperbolehkan untuk meminum atau memakan sesuatu kecuali diluar.
Seorang yg bernama Orion itu tetap saja melanggar dan bodoamat, mengancam akan melaporkan rumah sakit itu kepada presiden dan mengatakan jika dirinya adalah sepupu jauh dari presiden tersebut. Percaya atau tidak suster yg mengusir Ori berpikir dan menghela nafas dan membiarkan Ori melakukan apapun yg dimau.
Ara dan Albar menatap bersamaan ke Ori, lalu membenarkan posisi mereka.
"Ara hai..." sapa seorang gadis melambaikan kecil tangan nya. Dia Selin. Ara membulatkan mata nya dan langsung memeluk sahabat nya itu.
"Selin..Selin kenapa baru jenguk Ara coba?" Ara merengutkan bibir nya sembari melerai pelukan mereka.
"Hehe maafin, lo dah dibolehin pulang nih? terus kok masi disini?" tanya Selin. Selin datang bersama Rian dibelakang nya dengan wajah datar.
"Haii Rian" sapa Ara ke Rian. Namun cowok itu tidak memperdulikan Ara dan lebih memilih beranjak pergi, namun dicekal oleh Lion yg ingin masuk dan mendorong tubuh Rian masuk kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARANA
Romance(cerita ini mengandung bawang+emosi) "Happy birthday.. Ara..." "Happy birthday Ara...." "Happy birthday... happy birthday... Happy birthday.... Ara...." "Happy birthday untuk diri kamu sendiri Ara..." Arana. Gadis pecinta hujan. Menyukai pelangi. Na...