Bagian-40. salah paham (3) Kecewa

3.6K 620 100
                                    

"Lion!" Lion menoleh, melihat siapa yg memanggilnya. Ternyata Pila yg berlari menghampiri nya. Lion tak memperdulikan nya, ia menaiki motor nya saat ingin memasangkan helm dikepalanya, tangan seseorang mencekal nya.

"Lion gue mohon.." lirih Pila berharap.

"Lo masih mau kan bantuin gue?" Pinta Pila masih berharap.

"Lo--" ucapan Lion terhenti ketika mata nya menangkap Albar yg berlari menuju motor nya yg terparkir. Pila mengikuti arah pandang Lion.

"Naik" ucap Lion cepat. Pila yg kebablakan kebingungan.

"Cepet!" Ujar Lion lagi, Pila tanpa babibu langsung menaiki motor Lion.

"Lion lo mau ngajak gue kemana?" Tanya Pila yg berada dibelakang.

"Gue yakin Albar ketempat persembunyian temen lo disekap" ucap Lion, menancap gas nya lebih cepat lagi.

Sedangkan disisi lain, Ara yg berjalan dengan dibantu oleh Fika. Jujur kepala nya berdenyut nyeri. Sedangkan Fika tengah merenungi apa kata Dokter tadi tentang Ara.

"Mohon maaf Nyonya, anak anda dinyatakan tidak bisa lagi mengingat masa lalu nya, kemungkinan untuk nya mengingat masa lalu nya hanya 0,5%, amnesia nya sudah semakin parah nyonya, kerusakan dikepala nya menyebar ke otak nya, hal ini bisa menyebabkan anak anda tak tertolong"

Tak terasa air mata Fika mengalir, dirinya tak becus menjaga Ara, dirinya sibuk urusan nya sendiri, Ara yg melihat Momy nya itu terkejut.

"Momy kenapa nangis? Ara gak papa Momy, kata Dokter tadi Ara cuma pusing aja, Momy jangan khawatir" ujar Ara, sedangkan Fika yg mendengar nya menatap Ara penuh arti.

Dokter mengatakan apa yg ia suruh, Fika tak mau jika Ara mengetahui dirinya amnesia sudah separah ini, jika Ara tau, Ara mungkin akan memaksakan dirinya untuk mengingat masa lalu nya, jika hal itu terjadi hal yg lebih buruk akan terjadi, Fika tidak mau.

"Iya sayang.. Momy cuman takut" Fika mengelus pipi Ara sayang. Tiba-tiba seseorang menabrak Ara hingga tubuh Ara terhuyung, untung nya Fika mengimbangi tubuh Ara.

Brukk

"Yak woi!" Fika meneriaki orang itu yg senaknya ingin pergi begitu saja. Seseorang itu membalikkan tubuh nya, betapa terkejut nya Fika saat mengetahui orang itu. Dia sahabat dari David, Ayah kandung Ara.

"Ara...?" Geming seseorang itu, Fika kebablakan, ia langsung mengiring Ara agar pergi dan menghindari wanita itu. Sayang wanita itu memegang pundak Ara sehingga Ara berhenti.

"Ara sayang? Syukur Tante ketemu kamu disini" wanita itu memegang kedua pundak Ara. Ara bingung siapa wanita didepan nya ini? Apa dia temen Momy nya?

"Tan.. Tante?" Ara terheran.

"Iya sayang, Tante sahabat Daddy kamu, kamu masih inget kan?" Dahi Ara yg tadi nya berkerut kini kembali biasa, bibir nya langsung tersenyum mengetahui jika wanita dihadapannya ini adalah sahabat Daddy nya. Daddy Arkan.

"Oh.. iya Tante, ada apa Tante?"

"Tante masih gak paham dengan meninggal nya Daddy kamu, kenapa kamu gak langsung cepat-cepat membawa Daddy kamu kerumah sakit, kenapa kamu--"

"Maaf Tante, Daddy Ara belum meninggal, yg Tante maksud siapa?" Ara tak mengerti dengan wanita dihadapan nya ini, siapa Daddy yg ia maksud?

"Ara--"

"Ara sayang, Daddy Arkan udah nunggu kamu didepan, kamu langsung samperin ya.." Fika memotong ucapan wanita itu, dan langsung menyuruh Ara untuk menghampiri Arkan. Untuk alasan nya.

Biarkan urusan wanita ini ia yg hadapi.

***

Ara yg sudah pulang kerumah dan sekarang berada dikamar nya, menunggu Momy nya pulang. Ia ingin bertanya siapa Daddy yg dimaksud meninggal itu?

Ia sudah bertanya dengan Daddy nya, tapi Arkan jawab tidak menjawab nya malah Daddy nya itu menyuruh nya untuk beristirahat dikamar nya.

"Ara anak Daddy Arkan dan Momy Fika kan?" Tanya nya pada dirinya sendiri.

"Siapa maksud Tante itu?" Ara mencoba mengingat-ingat sayang disaat dirinya berpikir kepala nya kembali berdenyut.

"Ara harus nunggu Momy, tapi kenapa Momy belum pulang juga?" Ara melihat ke jendela kamar nya, sejak tadi Fika belum kembali dari rumah sakit.

Lalu mata nya terfokus dengan gantungan kunci dimeja rias nya, gantungan kunci berwarna coklat dengan gantungan singa. Ara mengambil nya.

"Ini waktu...?" Terpintas dibenak nya, ia mengingat waktu itu ia pergi bersama Lion.

Membolos bersama Lion, memakan es krim bersama nya, bahkan Lion sampai melemar nya disupermarket memakai sikat wc. Jika diingat-ingat hal itu sangat lucu.

Namun dari itu, kenapa tiba-tiba Lion menyuruh nya menjauhi Albar?

Lalu teringat lagi hal yg paling tak ia sukai, saat Lion yg memeluk Pila diruang olahraga.

"Lion? Lion kenapa peluk Pila? Kenapa Lion gak minta maaf sama Ara? Kenapa Lion..--"

"Ra!"

"Ara!"

Ara yg mendengar nama nya dipanggil, melihat ke luar jendela, melihat Lion yg melambaikan tangan nya, dahi Ara mengkerut, untuk apa Lion menemui nya malam-malam?

"Lion?" Ara bergeming.

"Keluar sebentar!" Lion berteriak seperti berbisik. Ara menatap nya jutek.

"Gak!" Jawab Ara.

"Penting!" Ara mendengus kesal, dengan jengkel ia turun ke bawah dan menemui Lion.

"Apa?" Ujar Ara dengan jutek.

"Gue mau nunjukin sesuatu" ujar Lion dengan nada tergesa-gesa.

"Tentang Albar?" Tebak Ara, Lion seperti kebingungan menjawab.

"Ikut gue" Saat Lion ingin mengambil tangan Ara, Ara sudah menjauhkan nya.

"Jawab dulu!"

"Ini penting Ra" Lion langsung menarik tangan Ara, membawa nya menuju motor nya dan langsung memakaikan Ara helm, lalu menggendong Ara untuk naik ke motor nya. Hingga motor itupun melaju.

Lo bakal tau Ra, kalo Albar gak cocok untuk lo..

Batin Lion, dirinya yg tadi mengikuti Albar bersama Pila tanpa diketahui oleh Albar, hingga motor Albar berhenti disebuah tempat seperti taman, Albar mengedap-edap menyingkirkan renda-renda daun hingga nampak pintu, Lion dan Pila terkejut. Akhirnya mereka menemukan tempat persembunyian Anna.

Lion meninggalkan Pila ditempat itu agar melihat gerak-gerik Albar, sedangkan Lion menyusul Ara, agar Ara tahu bagaimana Albar.

Setelah agak lama akhirnya Lion dan Ara sampai, Lion langsung mengajak Ara, tapi aneh nya tempat itu sepi. Dimana Pila?

Kedua nya mendengar suara gresek-gresek, terlihat Pila yg diikat dengan tali dengan luka ditubuh nya. Lion dan Ara menghampiri nya.

"Pila?!" Ara kaget, Lion langsung membuka tali pengikat ditubuh Pila. Pila melemas menyender di pohon yg mengikat dirinya. Ara menangkup pipi Pila, lalu bangkit dan berhadapan dengan Lion.

"Lion...? Apa ini yg mau Lion tunjukin ke Ara?! Pila yg gak tau apa-apa kena imbas dari perbuatan Lion? Apa yg mau Lion buktiin?!"

"Ara bener-bener kecewa sama Lion!"

Tbc.

Dari part" lain dan part ini, mana yg kalian ga ngerti? Buna bakal jelasin oke.

Mau update lagi kapan?

Buna kurang semangat beb, mood naik turun. Untuk keterlambatan update mohon dimaklumi ya.. okey?

Ramaikan komentar, vote nya juga jangan lupa pencet..! Oke se you

ARANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang