Found You

4.6K 304 23
                                    


Hari ini Aileen sedang terapi. Pria itu berusaha untuk bisa berjalan lagi sebab kaki kanan nya patah. Sudah dua minggu berlalu sejak mereka berdua siuman. Tidak ada hal yang menarik karena mereka fokus pada kesembuhan masing-masing. Baik Aileen maupun Winda mereka masih memikirkan satu sama lain. Memikirkan tentang mimpi mereka yang sangat nyata.

Aileen sudah menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari perempuan yang bernama Winda Qirani Wajdi. Mereka berhasil menemukan apartemen dan cafe milik Winda tapi mereka tidak menemukan Winda dimanapun. Mereka sudah memantau apartemen nya tapi tidak ada tanda-tanda seseorang tinggal di sana. Aileen hanya bisa mengerang frustasi. Di satu sisi ia senang ternyata wanita yang di mimpinya itu nyata dan di sisi lain ia takut jika wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

Setelah selesai terapi ia kembali ke kamar nya. Aileen terbengong di kasurnya. Ia berharap bisa bertemu dengan Winda secepatnya. Tiada satu hari pun yang terlewat kan untuk mencari wanita itu.

“Nata.”

“Nata.”

“Nata.” Aileen tersadar dari lamunannya karena sang Mama menyentuh tangannya.

“Ada apa Ma?” Tanya Aileen yang melihat sang Mama sudah berdiri di sampingnya.

“Kamu dari tadi Mama panggilin juga.” Omel Mama.

“Iya Mama ada apa?” Tanya Aileen sekali lagi.

“Ini buahnya di makan dulu. Udah Mama kupasin.” Mama menyodorkan piring buah tersebut kehadapan Aileen.

Aileen pun menerima nya. Ia memakan buah tersebut.

“Papa mana ma?” Tanya Aileen dengan masih mengunyah buahnya.

“Lagi di hotel. Sejak kamu sakit Papa dan Mirza yang handle semuanya.” Aileen mengangguk mengerti. Ia ingin cepat pulih biar bisa kembali ke hotel dan meringankan pekerjaan Papa.

“Kamu tadi ngelamunin apa sih? Sampai mama panggilin gak nyahut.” Aileen hanya geleng-geleng melihat sang Mama yang mengomel dengan mulut yang masih mengunyah.

“Ditelan dulu Ma. Nanti kesedak.” Seru Aileen memperingati sang Mama.

“Udah kamu jawab aja pertanyaan..... Uhuk...... uhuk.....”

“Tuh kan aku bilang juga apa.” Aileen memberikan air putih yang langsung di ambil oleh Mama. Aileen mengusap punggung sang Mama.

“Ini karena omongan kamu jadi kesedak beneran kan Mama.” Omel Mama lagi.

“Lah kok jadi aku. Mama aja yang gak hati-hati.”

“Iya kamu yang salah karena omongan itu...”

“Doaaaa.” Aileen menyambung perkataan Mama yang belum selesai.

“Pintar.” Mama mencolek dagu putranya dengan gemas.

Setelah menghabiskan buah di tangannya Aileen bingung ingin ngapain lagi. Rebahan di kasur lama-lama membuat badan nya sakit. Akhirnya ia memutuskan untuk menonton TV.

🌿🌿🌿


Winda sedang duduk di kursi taman rumah sakit. Wanita itu memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Sungguh sangat sejuk. Ia membuka matanya sebab merasakan seperti ada menghalangi angin tersebut. Dan benar saja Mirza berdiri di hadapannya.

“Minggir. Lagi enak juga.” Mendengar itu Mirza pun langsung minggir dan duduk di sebelah Winda yang kembali menutup matanya.

“Lo suka banget sih ngilang. Buat panik aja.” Mirza tadi ke kantin sebentar untuk mengisi perutnya tapi ketika ia kembali Winda sudah tidak ada di ruangan nya. Betapa paniknya Mirza, ia bertanya pada Suster tapi tidak ada yang melihat Winda. Mirza terus menelusuri rumah sakit sampai akhirnya ia melihat Winda yang enak-enakan bersantai di taman seorang diri.

“Hehe maaf. Tadi aku lihat dari jendela cuacanya enak jadi aku ke sini deh.” Terang Winda tanpa merasa bersalah pada Mirza yang keringatan akibatnya mencari nya tadi.

Mirza dengan gemas mengacak-acak rambut Winda, yang membuat Winda menatapnya tajam. Sedangkan yang di tatap tidak takut sama sekali.

“Lo lagi mikirin apa sih?” Tanya Mirza.

“Ada deh. Kepo.” Jawab Winda yang membuat Mirza menempeleng kepala nya. Sedangkan Winda hanya tertawa melihat sang Kakak yang geram karena nya.

Winda sedang memikirkan pria yang mengisi hari-harinya di saat koma. Mungkin pria itu juga yang membuat nya tersadar dari koma seakan mengatakan bangunlah aku menunggumu. Mengingat hal itu Winda jadi tersenyum ia berharap suatu hari nanti akan bertemu pria bernama Aileen tersebut.

Mirza yang melihat Winda seperti itu menyenggol lengan nya. Winda pun menoleh ke arah Mirza.

“Jangan kayak gitu. Serem tau.” Bukannya menurut Winda makin tersenyum gak jelas membuat Mirza menjauhkan dirinya.

Melihat wajah Mirza, Winda teringat akan sesuatu. Yaitu sang Kakak yang juga masuk kedalam mimpinya sebagai sekretaris Aileen. Winda pun menepuk jidatnya menyadari kebodohannya. Kenapa tidak dari kemarin ia sadar akan hal itu. Mungkin saja mimpinya tersebut ada kaitannya dengan kehidupannya yang akan datang. Tidak ada salahnya bertanya pada Mirza siapa tau ia memang mengenal Aileen. Tetapi belum sempat ia menanyakan hal itu ada seseorang yang memanggil Mirza.

“Kak Mirza.” Panggil seorang pria membuat Mirza menoleh. Sedangkan Winda mengumpati pemilik suara itu yang datang di waktu yang tidak tepat.

“Oh Aileen.”

Deg.

Mendengar nama itu di panggil jantung Winda seakan berhenti. Ia pun langsung menoleh untuk melihat apakah orang yang di panggil Mirza adalah Aileen yang ada di mimpinya atau bukan. Winda melebarkan matanya tidak percaya ternyata benar dia Aileen.

Tidak sia-sia Aileen mengiyakan ajakan sang Mama untuk keluar menghirup udara segar. Akhirnya ia bisa menemukan Winda. Bodoh sekali dirinya tidak menyadari jika Winda selama ini berada di dekatnya. Aileen sudah memperhatikan mereka sejak tadi. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menemui mereka sebab Aileen merasa tidak asing dengan wanita yang bersama Mirza dan benar saja itu adalah Winda. Walaupun hanya tampak belakang tapi ia sangat mengenali wanita itu.

Tanpa Aileen sadari air matanya menetes menatap wajah itu. Wajah yang selama ini ia cari. Sedangkan Winda wanita itu mematung ia tidak berkedip menatap manik tersebut. Lama mereka saling tatap. Sebelum akhirnya mereka membuka suara.

“Winda.”

“Aileen.”

Keduanya serentak memanggil nama masing-masing. Membuat dua orang yang bersama mereka menatap dengan penuh tanda tanya.

Aileen segera mendekat. Ia menggerakkan kursi roda nya sendiri dan membawa Winda kedalam pelukannya. Ia tau Winda pasti tidak menolak dari cara wanita itu memanggil namanya pasti Winda juga memimpikan hal yang sama dengan nya.

Aileen menangis di dekapan Winda. Tanpa sadar tangan Winda mengusap punggung Aileen. Ia masih tidak memahami situasi saat ini. Mimpi itu sekarang menjadi nyata Aileen berada dalam dekapannya. Sungguh takdir Tuhan sangat lucu namun juga sangat indah.

🌿🌿🌿

Satu eps lagi menuju ending..

Mari nanti kan..

Sorry kalau ada typo soalnya saya selalu nulis jam 12 malam 🌿

SEE U... ♥️

JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE UNTUK DUKUNG CERITA INI THANK YOU AND I LOVE YOU ♥

JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE UNTUK DUKUNG CERITA INI THANK YOU AND I LOVE YOU ♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet Dream (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang