3. Kejadian Malam Itu Part 2

12.4K 2.1K 28
                                    

Aku melotot kaget ketika melihat Evelyn yang terkapar di lantai dengan posisi yang mengenaskan. Kepalanya mengeluarkan banyak darah dan bagian bawah tubuhnya juga mengeluarkan banyak darah. Adinda sudah terpekik kaget melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Aku melihat bayangan orang diatas atap dari tempatku berdiri, aku mengangkat kepalaku dan melotot kaget melihat ada beberpa pria asing yang berdiri di atap melihat kearah kami.

Aku berjalan mundur dan menarik tangan Adinda untuk berlari menjauh dari tempat itu. Adinda yang masih syok sangat sulit diajak kerja sama hingga langkahnya harus aku geret. Jantungku berpacu cepat apalagi setelah mendengar derap langkah yang mendekat ke arahku. Aku menyeret Adinda untuk bersembunyi, keadaan rumah sakit yang sepi membuatku tidak bisa meminta tolong pada siapapun. Aku tidak mungkin menjerit untuk meminta tolong karena akan mengganggu para pasien yang sakit.

"Itu apa tadi?" tanya Adinda seperti baru tersadar dari syoknya.

Aku menyuruhnya untuk diam karena mendengar suara derap langkah kaki yang mendekat ke arah tempat persembunyian kami. Dari derap langkahnya kemungkinan pria itu lebih dari satu orang.

"Kemana mereka bersembunyi?" tanya suara berat salah satu dari pria itu.

"Dapatkan mereka dan pastikan mereka tutup mulut untuk selamanya dan dapatkan juga bayi dari wanita itu. Si bos tidak ingin ada jejak apapun jadi pastikan bayi itu juga tidur untuk selamanya." Perintah pria bersuara berat itu.

Aku melotot syok mendengar ucapan pria itu, ucapannya terdengar sangat menakutkan. 'tutup mulut untuk selamanya' apa mungkin maksudnya mereka akan membunuhku dan Adinda? Dan bayi itu bagaimana bisa mereka juga ingin membunuh bayi tidak berdosa itu setelah ibunya mereka habisi. Aku melirik ke arah Adinda yang sudah beruraian air mata, dia juga pasti mendengar apa yang pria itu ucapkan dan tidak mungkin dia tidak takut.

"Apa yang harus kita lakukan?" bisik Adinda padaku.

Aku menggeleng sebagai jawaban karena aku juga tidak tahu harus berbuat apa. Dalam hati aku hanya berdoa semoga pria-pria itu tidak menemukan tempat persembunyian kami. Suara derap langkah menjauh membuatku lega bukan main. Tapi kelegaan itu hanya berlangsung sebentar karena mengingat pria-pria itu akan menyakiti bayi yang dilahirkan Evelyn. Aku tidak bisa tidak peduli pada bayi itu apalagi mengingat Evelyn berpesan padaku untuk menjaga bayi itu.

"Dinda, kamu tunggu disini dan jangan keluar sebelum situasinya aman." Perintahku pada Adinda yang terlihat masih syok berat dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

"Aku harus menyelamatkan bayi itu sebelum mereka membunuhnya, Reti tidur tidak akan ada yang menyelamatkan bayi itu jika mereka sampai memasuki bangsal bayi. Mereka akan dengan mudah menemukan bayi itu karena nama ibu si bayi tertera sebagai identitasnya yang di depan boxnya." Ucapku cepat sambil melepaskan genggaman tangan Adinda pada lenganku.

"Kamu carilah tempat persembuyian atau jika bisa cari bantuan ke pos keamanan." Ucapku pada Adinda.

"Adinda... kamu harus kuat, ingat kita harus selamat." ucapku lagi melihat Adinda yang masih saja tenggelam dalam rasa syoknya.

Aku berlari meninggalkan Adinda menuju bangsal bayi, beruntung saat sampai pria-pria itu belum sampai ke tempat itu. Aku menggendong bayi milik Evelyn dan hendak memindahkan bayi itu ke box lain, tapi belum sempat niatku terlaksana suara sesorang membuka pintu membuatku memilih untuk bersembunyi dengan bayi itu yang masih dalam dekapanku. Dari suara derap langkahnya sepertinya kali ini yang memasuki ruaangan hanya sendirian.

Aku bersembunyi di ruang tempat bayi-bayi dalam incubator, aku mengintip ke arah luar dan merutuki diriku sendiri yang belum sempat mencabut nama Evelyn dari salah satu box bayi itu. Sekarang si pria itu pasti tahu ada seseorang yang sudah membawa bayi milik Evelyn ketika melihat box bayi itu kosong. Pria itu meremas kertas bertuliskan identitas bayi milik Evelyn dan melemparnya sembarangan. Pria itu keluar sambil menelpon seseorang yang sayangnya aku tidak bisa mendengar isi pembicaraannya.

SCANDAL A Shocking AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang