44. Duka Kepergiannya

10.1K 1.7K 138
                                    

Davindra harus mengurus kepulangan jenazah ayahnya dan mengurus segala keperluan untuk pemakaman ayahnya itu. Karena Davindra tidak bisa menjemput ibu ke bandara jadilah aku yang menjemputnya ditemani oleh supir keluarga. Ibu Sofia belum tahu tentang kepergian suaminya juga kepergian baby Eve. Davindra juga memintaku untuk jangan dulu membahasanya dan membiarkan ibunya itu tahu sendiri setelah sampai ke rumah nanti.

Setelah hampir 30 menit menunggu akhirnya bu Sofia terlihat keluar dari pintu kedatangan luar negeri. Wanita paruh baya itu melambai ceria padaku yang aku balas dengan lambaian juga. Dalam hati aku tersenyum miris melihat senyum yang terlukis di wajah wanita paruh baya itu. Setelah sampai dirumah senyum itu pasti lenyap dan berganti tangisan. Sejujurnya aku tidak tega membayangkan apa yang akan terjadi pada wanita paruh baya itu setelah tahu suaminya pergi untuk selamanya. Hubungan diantara mereka bukanlah sebentar, dan kehilngan orang yang sudah mengisi hidup kita sangat lama adalah hal yang paling menyesakan.

"Ah, mama sangat merindukanmu..." ucap bu Sofia seraya meraihku ke pelukannya.

"Kamu sendirian? Putrimu mana?" tanya bu Sofia ketika dia menyadari jika aku berdiri dihadapannya tanpa membawa bayi.

Aku hanya menganggukan kepala menjawab pertanyaan pertama dari bu Sofia. Aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaan kedua dari wanita itu karena aku tidak sanggup berkata jujur ,jika bayi cantik yang dia sayangi dan dia anggap cucunya lebih dulu pergi mendahului kita.

"Oh yah Davin mana? Kenapa dia tidak ikut menjemput mama?" tanya bu Sofia lagi.

"Davin di rumah ma." Jawabku.

"Dirumah? Kalian masih tinggal dirumah kita? wah hebat kamu bisa membuat Davindra tinggal serumah dengan ayahnya lebih lama. Padahal paling lama biasanya dia menginap dua malam di rumah." Ucap bu Sofia.

"Ayo kita pulang sekarang kalau begitu, mama sudah merindukan cucu cantik mama." Ajak bu Sofia.

Aku menggangguk lagi dan menggandeng ibu mertuaku untuk berjalan menuju mobil yang akan membawa kami pulang. Sepanjang perjalanan bu Sofia menceritakan tentang keadaan adiknya yang sudah lebih baik pasca kecelakaan yang dialaminya. Dia juga menceritakan apa yang dia lakukan selama di luar negeri sana dan kerinduannya akan semua anggota keluarganya. Bu Sofia juga bercerita jika dia sempat membeli oleh-oleh untuk semua anggota keluarganya terutama untuk baby Eve.

Tubuhku menegang ketika bu Sofia menceritakan firasatnya dan juga mimpi buruk yang menghantuinya terus menerus. Andai saja dia tahu jika firasatnya memang benar-benar terjadi, mungkin dia tidak akan berbicara santai seperti sekarang ini.

"Mama bersyukur, firasat mama tidak terbukti karena kalian semua baik-baik saja." ucap bu Sofia.

"Tidak ma, semua tidak baik-baik saja." ucapku dalam hati.

Memasuki gerbang perumahan, berulang kali aku menatap ke arah bu Sofia yang terlihat termenung seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ada apa ma?" tanyaku.

"Entahlah, perasaan mama tidak enak, apa semua baik-baik saja?" tanya bu Sofia sambil mengelus dadanya.

Aku berusaha tersenyum untuk menenangkannya meskipun aku juga tidak yakin apa senyumku meyakinkan atau tidak. Bu Sofia dan pak Ravindra sudah berkeluarga cukup lama dan pasti perasaan mereka saling terhubung. Meskipun bu Sofia tidak tahu apa yang terjadi pada suaminya, tapi aku yakin hatinya sudah mengetahui jika terjadi sesuatu yang tidak beres.

"Mama harus tenang yah..." ucapku sambil menatap wanita paruh baya itu dan merangkum kedua tangannya lembut.

"Apa maksud kamu?" tanyanya bingung.

SCANDAL A Shocking AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang