19. Kegilaan Apa Lagi Ini?

9.3K 1.6K 39
                                    

"Kita tidak pernah tahu siapa yang mengejarmu bukan? Bisa jadi orang yang menyelamatkanmu adalah orang yang menginginkan kematianmu dan bayi itu."

Ucapan Davindra terdengar sangat menakutkan di telingaku, rasanya aku terseret pada drama penuh konflik berat dan menjadi peran utama paling tidak tahu apapun disini. Apa mungkin yang dikatakan Davindra itu benar? Jika benar berarti Davindralah tersangka utama yang harus aku curigai bukan? Aku beringsut mundur mengingat kemungkinan Davindra menjadi penjahat itu mengingat Davindra mengenal Evelyn. Meskipun Davindra pernah mengatakan jika semua pemikiranku saat itu tidak benar, tapi bisa sajakan dia berbohong? Bisa saja dia menunggu aku lengah dan membunuhku beserta baby Eve pada akhirnya.

"Saya tahu, kamu sedang berpikir buruk tentang saya." Ucap Davindra menyadarkanku dari sekenario thriller yang mungkin aku jalani.

Bahkan kemampuan Davindra yang selalu saja menebak apa yang aku pikirkan patut dicurigai bukan?

"Kamu berhak berpikiran apapun tentang saya, tapi saya harap kamu tetap berpikiran realistis. Besok kita akan pergi ke rumah sakit untuk mencari data temanmu itu. Bukankah kejadian-kejadian ini bermula dari rumah sakit itu, jika kamu ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kita mulai dari rumah sakit itu."

"Kita?" tanyaku tidak percaya.

"Iya kita, sudah saya katakan bukan, jika saya akan membantu kamu sebagai imbalan karena kamu mau menikah dengan saya."

Aku hanya mengangguk saja sebagai respon ucapannya, rasanya memang terdengar aneh mendengar ucapan Davindra, 'imbalan' untuk sebuah pernikahan, apa itu tidak terasa ganjil? Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok tapi yang aku pikir paling penting sekarang aku harus tidur. Orang bilang otak kita akan lebih jernih jika kita cukup tidur dan istirahat. Mari kita berharap besok semua berjalan dengan baik atau berharap semua kejadian rumit ini adalah mimpi dan aku kembali bangun sebagai Kirana, seorang perawat yang bertugas di bangsal bayi. Terkadang harapan jika apa yang terjadi didalam hidupku akhir-akhir ini hanya sebuah mimpi sering mampir di kepalaku. Aku berharap kembali ke hari itu dan menolak perintah bu Dinan untuk membantu Adinda di bangsal bersalin. Aku berharap tidak pernah bertemu dengan Evelyn dan terlibat dalam kehidupan rumit yang ditinggalkan wanita itu.

Ketika terbangun terkadang aku sedikit kecewa,semua harapanku tidak terjadi karena aku masih berada di kamar apartemen milik Davindra dengan bayi cantik yang tidur disampingku. Jika sudah terbangun dan memaksa diriku untuk menerima kenyataan hanya satu harapan yang aku miliki, semoga hari ini berjalan baik-baik saja. Aku melihat kearah baby Eve yang masih terlelap dalam tidurnya. Bayi itu baru selesai menyusu jam 4 pagi tadi, otomatis saat adzan subuh bayi itu malah sangat lelap dan baru akan bangun jam 7 pagi jika bayi itu dalam mode baik. Jika dalam mode rewel dia tidak akan pernah tidur lagi setelah membangunkanku di sepertiga malam. Sayangnya sepertiga malamku tidak bisa dilakukan untuk beribadah menghadapnya karena baby Eve pasti langsung menangis kejer jika aku tidak berada dalam jangkauan matanya.

Pagi ini sepertinya baby Eve dalam mode baik, jadi sampai aku selesai menyiapkan sarapanpun bayi itu belum ada tanda-tanda akan bangun. Hanya nasi goreng dan krupuk yang aku bisa sajikan untuk menu sarapan pagi. Aku tidak tahu apa makanan kesukaan Davindra karena tidak pernah bertanya pada pria itu, lagipula selama kami tinggal bersama dia makan apapun yang aku masak untuknya. Walaupun sebenarnya, kami lebih sering pesan makanan dari luar daripada memasak kecuali saat masih ada Tiana. Untuk sarapan biasanya kami cukup dengan roti dan selai saja. Sebenarnya hari ini aku juga berniat menyiapkan roti dan selai saja, tapi mengingat hari ini aku akan beraktifitas diluar rumah aku rasa sarapan dengan nasi lebih baik. Seperti tipe orang Indonesia kebanyakan, aku juga tipe orang yang merasa belum kenyang jika belum makan nasi.

"Selamat pagi..." sapa Davindra.

Aku menatap tak percaya padanya, selama kami saling mengenal ini kali pertama Davindra mengucapkan selamat pagi, padahal tidak ada siapapun ditempat ini selain aku.

SCANDAL A Shocking AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang