Friend Zone

1.9K 141 2
                                    

"Aku menyukaimu Kim Junmyeon. Mau menghabiskan malam denganku?"

Hal ini terjadi lagi. Seharusnya ia tidak melepas Sehun datang sendirian ke acara perayaan ulang tahun teman kuliahnya sewaktu di New York. Dengan menghela napas berat, ia mempersilahkan pria yang berjalan sempoyongan itu masuk ke dalam apartemennya.

"Aku sudah berulang kali melarangmu untuk mabuk." Keluhnya.

.

.

"Morning." Sapa pria berambut cokelat tua itu sambil melakukan peregangan otot. Matanya masih mengerjap beberapa kali karena baru bangun tidur.

"Roti lapis daging dengan dua slice keju. Jangan protes karena disini bukan restoran, jadi makan menu yang ada."

Junmyeon melepas apronnya dan beralih ke mesin pembuat kopinya.

"Kau membeli sofa baru?" Sehun mengeryitkan dahinya ketika melirik ke ruang TV.

"Iya sofa yang lama membuat punggungku sakit. Ayo cepat, kau harus bersiap karena kita ada meeting jam 9 pagi."

Beberapa setelan pakaian Sehun tersedia di dalam lemarinya, itu karena hobi mabuk pria ini yang tak bisa di kendalikan.

Setiap habis minum, Sehun pasti datang ke apartemennya dan mengatakan hal yang sama. Tanpa tau dampaknya bagi Junmyeon.

KANTOR

Seluruh karyawan membungkuk hormat ketika Sehun berjalan, Junmyeon yang berdiri di sampingnya dikenal sebagai sekretaris ideal.

Orangnya rendah hati, pekerja keras, cerdas, dan tampan. Beda halnya dengan Oh Sehun. Idealis, narsis, dan tukang mabuk. Tapi juga tampan. Ia beruntung karena lahir di keluarga kaya raya.

Perusahaannya bisa menjadi penentu nasib ekonomi negara. Saat ini ia menjabat sebagai direktur dan ayahnya masih duduk di bangku Presdir.

Mungkin dalam waktu dekat, kursi itu akan jadi miliknya.

"Aku benci sekali bertemu dengan para orang tua itu." Bisik Sehun ketika mereka memasuki lift. Suho sudah biasa mendengarnya.

"Kau harus menahan diri. Ini pertemuan penting dan mereka memohon padaku supaya kau bisa hadir disini."

Sehun memutar bola matanya, ia selalu mendengarkan apa yang Junmyeon katakan. Dengan kata lain, mandat yang selama ini ia jalankan sebagian besar berdasarkan nasihat dari lelaki yang lebih tua tiga tahun darinya itu.

"Okay, anything for you baby."

Lagi! Jantung Junmyeon tidak bisa terkendali setiap kali Sehun menyebutnya dengan embel-embel seperti itu.

"Mari kita lihat..." Junmyeon mengecek kembali penampilan Sehun, ia membenarkan dasi itu sekali lagi sebelum memasuki ruang meeting.

Suasana di ruang meeting canggung seperti biasa. Itu karena Sehun yang tidak menemukan mood-nya di pagi ini.

Junmyeon hanya memandanginya sembari sesekali mengetik inti dari pertemuan ini. Pada intinya, manager dari setiap divisi merasa kalau perusahaan ini membutuhkan kontrak kerja sama baru dengan PCY group.

Namun, hal itu yang selalu di hindari Sehun. Ia sama sekali tidak ingin bertemu dengan CEO macam Park Chanyeol. Terakhir ketika bertemu di Blue House, pria bertubuh tinggi menjulang itu hampir mempermalukan dirinya ketika akan bersalaman dengan presiden.

Pria itu membahas kemungkinan Sehun itu 'gay' di depan orang nomor satu di negeri ini atas dasar pertanyaan kenapa Sehun belum juga menikah.

"Pasti ada cara lain. Kalian hanya perlu mencari perusahaan yang mampu menyediakan warehouse sesuai dengan ketentuanku. Barang yang akan datang harus di simpan pada ruangan yang kering dan tidak lembap. Keamanan tingkat satu serta lokasi strategis, karena aku tidak ingin membuang waktu pergi ke pinggir kota hanya untuk ke gudang."

Kalimat final itu membuat peserta rapat hanya bisa menghela napas. Dimana mereka bisa menemukan warehouse seperti itu sementara pimpinan mereka sendiri bermusuhan dengan pemilik dari tempat yang dicari.

.

.

Junmyeon menikmati waktu makan siangnya bersama karyawan lain. Ya, karena jarang sekali ia bisa berkumpul dengan yang lainnya. Karena, hampir setiap saat ia harus bersiap di samping Sehun. Untung saja direktur mereka sedang makan siang di luar.

"Sudah tidak ada pilihan lain. Warehouse milik PCY Group adalah yang terbaik. Lokasi strategis, keamanan tingkat satu, dan embel-embel lain yang di inginkan Direktur Oh semua ada di sana." Kata salah seorang di antara mereka.

"Sekretaris Kim, sepertinya hanya kau harapan kami satu-satunya. Kau tau kan, sudah tidak ada tempat lagi. Waktunya juga sudah mepet. Kalau kita belum menemukan tempatnya dalam waktu kurang dari satu bulan lagi, kita bisa kewalahan menyimpan barang impor itu."

Junmyeon yakin akan mendengar keluhan ini, ketika menuruti ajakan makan siang mereka. Semua yang menjadi opini para karyawan seperti di tampung olehnya. Karena Sehun hanya akan mendengarkan Sekretarisnya.

"We'll see. Aku akan coba menyampaikan pendapat kalian. Tapi, ada baiknya kita juga menyertakan beberapa opsi agar Direktur bisa melihat kesulitan kalian."

Kalimat itu setidaknya bisa meredam rasa khawatir mereka. Meskipun Junmyeon sendiri agak ragu untuk mengubah keputusan Sehun.

Setelah jam makan siang, Sehun langsung memanggil Junmyeon ke ruangannya. Wajahnya masam, padahal ia baru saja menghabiskan waktu makan siang dengan ayahnya yang seorang CEO di perusahaan itu.

"Ayah terus saja menjodohkanku dengan gadis yang tidak jelas!"

Inilah yang membuat Junmyeon merasa terkurung karena perasaannya. Oh Sehun lelaki yang ia sukai itu straight alias normal alias tidak gay. Tapi, berulang kali Sehun menolak gadis yang di tunjuk ayahnya.

"Well, setidaknya mereka berasal dari keluarga terpandang." Kata Junmyeon.

Alasannya juga selalu sama, ia tidak membutuhkannya. Baginya, memiliki hubungan seperti itu hanya akan membuat semua pekerjaannya menjadi rumit dan menambah beban pikiran.

Junmyeon merasa kalau perasaannya ini memang tidak bisa di benarkan. Ia terlalu perasa karena setiap Sehun mabuk, kata-kata yang keluar pasti pengakuan kalau lelaki tinggi itu mencintainya. Tingkah lakunya juga sering membuatnya salah tingkah.

Setiap saat, Sehun pasti selalu mencarinya. Itulah yang membuatnya berada hampir dua puluh empat jam berada di seluruh aspek kehidupan seorang Oh Sehun.

"Kenapa kau tidak mau mencobanya?" Pertanyaan yang entah jawabannya akan membuatnya sakit hati itu ajukan tanpa pertimbangan.

Sehun menatapnya tajam, alis seksinya itu menukik sehingga Junmyeon merasa baru saja menanyakan hal yang salah.

"Bagaimana denganmu? Kenapa kau belum juga memiliki seorang gadis untuk kau kencani?"

Checkmate!

T B C

Hai guys, kembali lagi dengan Hunho!

Semoga penasaran dengan chapter selanjutnya yah....

Jangan lupa vote and comment 😌

Love you guys ❤️

Stuck With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang