Deer

491 67 6
                                    

Satu hari, Sehun mengajak Junmyeon untuk menghadiri pertemuan bisnis di New York selama satu minggu. Tentu hal itu di sambut baik, mengingat belakangan ini Junmyeon terhitung jarang sekali keluar negeri karena dia lebih sering menjaga kinerja perusahaan selama para petinggi pergi.

Mereka menaiki penerbangan kelas satu dan tiba di negara adidaya itu pada sore hari. Junmyeon yang meminta untuk tinggal di apartement pun sudah di setujui dan di persiapkan jauh-jauh hari oleh Sehun. Mereka menempati gedung paling tinggi nan berkilau di pusat kota. Sehun menjanjikan pemandangan menakjubkan kala malam hari.

Alasan Junmyeon ingin tinggal di apartemen karena ia ingin memasak dan kebetulan mereka akan lama ketika berada di sini. Jadi, terasa lebih nyaman dari pada hotel.

Singkat cerita semua sesuai dengan rencana. Beberpaa pekerjaan dan pertemuan berjalan lancar serta menghasilkan banyak relasi baru untuk menjalin hubungan kerja kedepannya.

Tapi, acara makan malam di sebuah ballroom hotel bintang lima itu merubah segalanya.

Junmyeon mengingat nama itu.

Nama seorang gadis yang dulu sempat di akui Sehun sebagai cinta monyetnya. Percaya atau tidak mereka akan berada di meja makan yang sama. Seketika ke khawatiran pun muncul.

"Aku ingat kau adalah Kim Junmyeon, Sekretaris pribadi Sehun. Benar kan?"

Junmyeon berusaha terlihat tidak tegang ketika wanita berkelas itu berdiri dengan kedua kaki jenjangnya yang berbalut hak tinggi.

"Ya, kau benar."

Wanita itu tersenyum. Sangat manis dan bersinar, dia cocok menjadi perwakilan wajah asia yang menawan.

Kabar bersatunya hubungan mereka memang tidak banyak orang yang tau. Tentu saja karena pasti tidak semua orang bisa menganggap ini sesuatu yang bisa di terima.

"Hai Presdir Park."

Junmyeon menoleh ke arah belakangnya dan mendapati Chanyeol yang memberikannya segelas wine. Seolah mereka memang sudah menyepakatinya.

Dengan kaku, Junmyeon menerimanya. Ia tidak tau kalau wanita itu bahkan mengenal Chanyeol.

"Menjadi perwakilan atau tahta itu memang sudah jatuh ke tanganmu?" Tanya Chanyeol.

Wanita itu tersenyum seolah mengiyakan. Prestasi yang menurut Junmyeon adalah sesuatu yang tidak bisa di bandingkan dengan dia yang hanya seorang pekerja.

"Apa kau masih sering berseteru dengan Sehun?" Tanya wanita itu.

Memang sudah sekitar tiga tahun lamanya, ia meninggalkan Korea dan tinggal di benua Eropa. Fokus pada bisnis interiornya yang laku di pasaran beberapa negara maju tersebut.

"Tidak. Berseteru bukan lagi gaya kami." Jawab Chanyeol enteng.

Junmyeon semakin merasa kecil ketika berada di tengah dua orang ini.

"Maaf, aku harus mendampingi Presdir Oh." Pamit Junmyeon.

Langkah terburu-burunya membuat ia terlihat panik. Sehun yang baru saja selesai berbincang dengan beberapa pesohor langsung menoleh dan menanyakan alasan dari wajah ketakutan Junmyeon.

.


.

Sehun yang menyadari aksi diam Junmyeon pun mendesak jawaban jujur ketika sudah sampai di apartemen.

"Tadi aku bertemu Nona Luhan. Mantan kekasihmu."

Sehun sempat mengira kalau Junmyeon tidak akan mengingat sosok Luhan. Namun ternyata ia salah.

"Lalu."

Junmyeon seketika merasa seperti anak kecil. Ia seharusnya tidak bersikap begini. "Tidak, aku hanya sedang merasa tidak percaya diri."

"Kau tidak boleh merasa seperti itu!" Alis Sehun menukik tak suka. Karena setiap Junmyeon mengatakannya, perdebatan tak perlu pasti di mulai.

Skenarionya sama, Sehun pasti akan meyakinkan bahwa Junmyeon menempati posisi nomor satu di hatinya, sementara Junmyeon akan terus merasa minder karena dia tidak memiliki latar belakang sebagus wanita yang selama ini di sandingkan dengan Sehun.

"Kau hanya perlu mencintaiku. Itu saja, karena aku melakukan hal yang sama." Kalimat itu di sambut senyuman oleh Junmyeon.

Keesokan harinya, Junmyeon terbangun oleh aroma mentega gosong dari dapur. Matanya langsung terbelalak dan tubuhnya seperti terpental ke dapur.

Kekehan dan wajah bodoh Sehun di dapatinya sembari memegang pan yang di atasnya terletak makanan berwarna kehitaman.

"Kau sedang bereksperimen?" Sindir Junmyeon yang lelah meminta Sehun untuk berhenti menguji kemampuan memasaknya.

"Aku hanya ingin membuat pagimu menyenangkan. Kegiatan semalam pasti membuatmu lelah kan?" Sehun kembali terkekeh.

Alhasil sarapan pagi ini kembali di ambil alih oleh Junmyeon yang sudah berencana membuat roti lapis.

"Kita akan makan siang bersama dengan investor baru. Ayah baru saja memberitauku tadi pagi."

Junmyeon mengangguk. "Kabar buruknya, si Park Chanyeol itu juga akan ada disana." Sambung Sehun.

Perusahaan Chanyeol memang masih memiliki peran cukup besar dalam kerja sama internasional dengan Sehun.

"Aku hanya berharap dia tidak memancing emosiku."

"Aku juga berharap kau tidak akan terpancing dengan tingkah Presdir Park." Sahut Junmyeon kemudian.

.


.

Siapa yang menyangka kalau investor yang di maksud adalah wanita elegan bernama Luhan itu? Wanita yang di waspadai Junmyeon kemarin. Senyumannya merekah ketika memasuki ruangan VVIP yang ada di restoran mewah tersebut.

Matanya langsung tertuju pada Sehun yang mau tidak mau memberikan sambutan hangat, sesuai dengan pesan ayahnya.

"Aku baru saja bertemu dengan Sekretarismu kemarin. Saking sibuknya kau, sampai tidak bisa di temui." Kata Luhan sebagai pembuka.

Chanyeol melirik Junmyeon dan Sehun bergantian, ia merasa ada sesuatu yang serius dalam pikiran mereka selain pekerjaan dan tentunya ada hubungannya dengan Luhan.

"Aku harus membangun relasi, sama seperti ayahku. Aku agak terkejut karena dunia ini rasanya sempit sekali. Kita bisa bertemu kembali setelah beberapa tahun." Sehun berusaha terlihat ramah.

Luhan memberikan senyuman sekilas lalu beralih ke Chanyeol yang sedang mengamati keadaan.

"Istrimu tidak ikut?"

"Dia masih di Korea." Jawab Chanyeol singkat. Dirinya masih tidak nyaman ketika membahas tentang Baekhyun di depan Junmyeon.

"Aku tidak membawa serta Sekretarisku karena aku menganggap ini adalah pertemuan kawan lama. Sebenarnya aku senang sekali karena bisa bertemu dengan kalian semua." Ucap Luhan. "Seperti yang kalian lihat sendiri, karena ayahku belum memiliki menantu, maka aku lah yang menggantikannya di perusahaan. Meskipun terasa canggung, tapi ternyata aku bisa beradaptasi dengan baik."

Memang bukan rahasia kalau Luhan, putri tunggal keluarga Xi adalah seorang wanita yang tidak bisa di anggap remeh. Kepintaran dan kecerdasannya sangat memukau seperti wajahnya.

Ia mampu berpikir cepat dan memperhitungkan masa depan dengan baik. Meskipun tidak terlalu beruntung dalam hal cinta.

Sehun sempat mengejar Luhan dan mereka menjalin hubungan yang singkat. Setelah memutuskan untuk mengambil kuliah di tempat yang jauh, ia menyesal.

Menyesal karena menyadari bahwa Sehun merupakan pria yang ia butuhkan dan baru kali ini ia merasa cocok dengan seseorang.

"Jadi, haruskah aku mengatakan bahwa sangat beruntung karena kau mau menjalin kerja sama denganku?" Tanya Sehun dengan tatapan selidik.

"Mungkin saja, berawal dari kerja sama ini, kita bisa kembali seperti dulu." Jawab Luhan tanpa ragu.

T B C

Stuck With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang