Control

622 88 8
                                    

Sehun tak bisa mempercayai  apa yang di lihatnya pagi ini. Ketika pagi hari turun hujan dan ia tidak jadi bermain golf dengan ayahnya. Maka ia memutuskan untuk segera menemui kekasihnya agar bisa sarapan dan berangkat bekerja bersama.

Tapi, apa yang kini di lihatnya?!

Chanyeol yang hanya memakai handuk membukakan pintu dengan senyum penuh kemenangan.

"Sepagi ini kau sudah bertamu." Sapa Chanyeol.

MAMPUS AKU!

Sekujur tubuh Junmyeon seperti di landa gempa bumi yang hebat karena sapaan Chanyeol malah terdengar seperti ejekan untuk Sehun.

"Aku bisa jelaskan ini semua." Junmyeon berusaha mengambil alih, ia menarik lengan Sehun untuk masuk ke ruang TV dan menggiring Chanyeol masuk ke kamar untuk segera memakai pakaian.

Junmyeon terlihat seperti kelinci yang sedang di apit dua serigala, tidak henti-hentinya ia berdoa dalam hati agar tidak terjadi pertumpahan darah di sini.

Sehun dan Chanyeol saling melempar tatapan benci sejak lima belas menit lalu.

Hujan di luar tampaknya semakin deras, di pagi yang seharusnya dingin ini, tidak berlaku bagi ruang TV apartemen Junmyeon.

"Aku yakin pasti ada alasan di balik si bodoh ini berada di apartemenmu." Kata Sehun.

"Kau baru saja mengataiku heuh? Apa itu yang di namakan ingin bersikap dewasa?" Chanyeol tampaknya tidak terima dengan label yang di berikan Sehun.

"Jadi, malam kemarin Presdir Park datang dalam keadaan mabuk. Aku hanya membiarkannya tidur di sofa karena dia mengancam akan menembak kepalanya sendiri di depan pintu." Ungkap Junmyeon.

Sehun menahan tawanya, bisa-bisanya orang yang selalu bersikap sok keren itu memberikan ancaman menjijikan seperti itu. Sepertinya Park Chanyeol terlalu banyak menonton drama.

"Kenapa kau tidak membiarkan dia menembak dirinya sendiri? Sepertinya itu lebih baik."

"Hei! Dia itu baik, tidak seperti kau!" Chanyeol menggunakan mata besarnya dengan maksimal, seperti mengeluarkan api untuk membakat Sehun yang semakin berani mengejeknya.

"Iya, untung saja pistolnya tidak terisi peluru." Kata Junmyeon.

"Sayang sekali." Imbuh Sehun.

Chanyeol ingin sekali menyemburkan kopi yang baru saja ia minum ke wajah Sehun yang menyebalkan.

"Baiklah, aku percaya pada Junmyeon, karena sampai kapan pun dia tidak akan mengkhianatiku. Asal kau tau saja, hubungan kami sudah mendapat restu dari ayahku. Jadi, berhentilah berusaha merebut dia dariku! Kali ini, aku memaafkanmu."

Rahang Junmyeon serasa terjun ke lantai, ketika melihat Sehun yang tidak berteriak memaki atau pun memukul Chanyeol di hadapannya. Reaksinya justru terlihat sangat dewasa.

Ini perdana di mata kedua pria itu.

"Lebih baik kau segera pergi, Junmyeon harus bersiap untuk berangkat kerja. Jangan sampai aku mematahkan pergelangan tanganmu!"

.

.

Saat sampai di kantor, Junmyeon terus mencari alasan agar bisa melihat Sehun di ruangannya. Mulai dari berpura-pura di panggil, mengabarkan berita yang tidak penting, dan masuk untuk sekedar menawarkan camilan serta minuman.

Ketika di pantry, dirinya bertemu Guanlin yang juga akan membuat teh.

"Sekretaris Kim tampak lesu sekali."

Stuck With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang