Deserve

481 65 17
                                    

"Mungkin saja, berawal dari kerja sama ini, kita bisa kembali seperti dulu."

.

.

Chanyeol tetap memaku pandangannya pada Junmyeon. Ia yakin pasti pria kecil itu merasa terluka hatinya.

"Dua perusahaan besar, membutuhkan penerus yang sempurna dan aku rasa kita bisa mewujudkan hal itu."

Tingkat kepercayaan diri Luhan membuat bibir Sehun seolah terkunci. Ia tidak bisa asal bicara, karena posisi Luhan memiliki pengaruh yang besar di pasaran Eropa yang sedang di amanatkan padanya.

"Aku bahkan tidak sampai berpikir kesana. Tidakkah kau sadar dengan apa yang baru saja kau katakan di hadapan mereka?"

Luhan seperti menarik dirinya mundur. Agaknya ia terlalu menginjak pedal gas tanpa sadar. Kehadiran Chanyeol dan Junmyeon membuat ia harus lebih mengendalikan sikapnya.

"Kau benar, kita bisa membicarakannya nanti. Aku hanya ingin mengungkapkan visi misiku tanpa ragu."

.



.



Chanyeol menghampiri Junmyeon yang sedang berdiri di lobi dengan wajah murung. Berada di dekat pria itu, membuatnya tak tahan dan ingin sekali merengkuhnya erat.

Ternyata api itu belum padam.

"Kau sangat kuat Sekretaris Kim." Puji Chanyeol, pria tinggi itu kemudian memasuki mobilnya yang baru saja tiba.

Junmyeon hanya menghela napas berat, sampai akhirnya mobil yang di kendarai Sehun datang.

"Maaf, tadi aku harus menjawab panggilan telepon dulu." Pinta Sehun, Junmyeon menyahutnya dengan senyuman.

Sehun bukan berarti tidak peka dengan makna dari ekspresi Junmyeon yang murung. Hanya saja, ia juga harus memikirkan masa depan perusahaan. Banyak proyek kejar tayang yang melibatkan banyak pihak dan ia tidak boleh egois karena urusan hati. Junmyeon yang berhati besar seharusnya juga berpikir kesana.

"Aku memikirkan apa yang di katakan Nona Luhan ada benarnya." Kalimat itu terucap begitu saja dan Sehun sangat enggan menjawabnya.

"Kau ingin kita mampir ke supermarket terlebih dahulu?"

Pengalihan yang bodoh, seketika Sehun merasa bersalah karena tidak bisa mengendalikan keadaan dan malah bertingkah seolah tidak peduli dengan perasaan Junmyeon.

"Kau mengerti maksudku kan?" Junmyeon menatap Sehun tak suka.

Pas sekali mereka berhenti di sebuah supermarket dan Sehun menginjak rem mendadak hingga terdengar suara ban berdecit.

"Aku tidak ingin membahasnya." Jawab Sehun. "Oh ayolah Jun, apakah kau harus sampai menganggap serius kalimat tidak jelas itu?!"

Junmyeon merasa kesal dan melepas seatbeltnya. "Kau tidak berada di posisiku. Ketika ada seseorang yang lebih sempurna dan lebih pantas mendampingimu datang, lalu mengatakan kalian bisa bersama, menurutmu apa yang aku rasakan?!"

Yap, perdebatan pun terjadi. Terkadang Junmyeon menjadi sosok yang begitu perasa. Ia selalu minder dengan para gadis berlatar belakang kaya raya di sekitar Sehun. Mereka tampak cantik nan berkilau serta dapat memberikan apa yang seharusnya sebuah keluarga miliki. Tidak seperti dia yang hanya pekerja dan sesama laki-laki.

"Kau hanya perlu memikirkan apa yang aku pikirkan. Ini murni hubungan bisnis. Tidak ada hubungannya dengan masa lalu. Tidak mungkin Luhan masih tertarik padaku! Secara dia sudah memiliki segalanya dan lama tinggal di Eropa. Kau hanya perlu mengikuti alurnya saja." Sehun mengatakannya dengan tegas.

Stuck With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang