Warehouse

978 130 6
                                    

"Bagaimana denganmu? Kenapa kau belum juga memiliki seorang gadis untuk kau kencani?"

Checkmate!

.

.

Junmyeon tidak tau harus mengalihkan pandangannya kemana karena sekarang Sehun kembali memberikan tatapan maut yang tidak bisa ia hindari.

"Itu karena aku sedang tidak mengiginkannya." Akhirnya ia menjawab dengan terbata-bata.

"Lalu apa yang kau lakukan jika berada di posisi sepertiku?"

Mungkin jika dulu pabrik utama milik ayahnya tidak terbakar, ia akan berada di posisi yang lebih baik daripada sekarang ini.

Dulu sekitar sebelas tahun lalu, usaha ayahnya pailit karena pabrik utama terbakar dan kalah dalam persaingan dagang. Hal itu semakin berat ketika sang ayah sakit dan meninggal lima tahun setelahnya. Junmyeon sebagai anak tunggal tidak bisa berbuat banyak. Untung saja ia bisa menyelesaikan pendidikannya berkat beasiswa yang ia dapatkan.

"Aku tidak tau."

Sehun sedari dulu selalu berusaha membantu Junmyeon meskipun lelaki itu menolaknya. Ia sampai harus membayar orang untuk berpura-pura memberikan pria itu sewa rumah murah dan pekerjaan paruh waktu dengan banyak bonus ketika kuliah.

Setelah kuliah, Junmyeon tidak bisa menolak ketika Presdir Oh (ayahnya Sehun) memintanya untuk bergabung di perusahaan sebagai sekretaris dari anaknya yang menjabat sebagai manager. Dari situlah ia bersusah payah membantu Sehun sampai sekarang menduduki jabatan sebagai Direktur dan mungkin nantinya akan menjadi Presdir untuk menggantikan ayahnya.

"Aku hanya tidak ingin melakukannya. Karena bagiku pasangan itu harus saling mencintai dan aku selalu berharap memiliki hubungan serius dengan seseorang yang membuatku jatuh cinta saat pertama kali melihatnya." Ungkap Sehun.

Mereka berdua memang jarang membicarakan soal hati. Karena kebersamaan mereka yang sudah melampaui pasangan pada umumnya. Sehun selalu membutuhkan Junmyeon untuk segala urusan, bahkan sampai pada soal minta izin ke Presdir Oh.

"Tapi, ada kalanya kau harus mencoba." Pahit sekali ketika Junmyeon terpaksa mengatakannya, karena tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ia rasakan pada Sehun.

.

.

Malam ini pun Sehun malas pulang ke rumah. Ia memilih menghabiskan waktu di apartemen Junmyeon yang sudah menjadi tempat pengungsian baginya. Ketika sampai, Junmyeon segera mengambil daging beku di dalam kulkas dan beberapa sayuran untuk di masak.

"Kau tidak mau pesan online saja?" Sehun memangku wajahnya di meja makan sembari memperhatikan sekretarisnya yang kini beralih profesi sementara menjadi juru masak.

"Aku sudah tau kau pasti ingin makan pizza atau apapun itu yang berjenis makanan cepat saji tanpa sayuran. Aku tidak akan membiarkannya, mulai minggu depan sudah banyak pertemuan di luar kota dan kau harus menjaga kesehatanmu." Junmyeon dengan lancar mengatakannya sambil memotong daging.

Sehun tersenyum, ia senang sekali ketika Junmyeon memberikannya perhatian. Mungkin hal itu wajar karena mereka berdua tumbuh tanpa kasih sayang ibu serta Junmyeon tiga tahun lebih tua darinya.

Stuck With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang