Back To Work

572 84 2
                                    

Beberapa hari setelahnya, Junmyeon mendapat surat panggilan kembali bekerja di OSC Group. Chanyeol tak mencegahnya sama sekali dan melepasnya dengan senyuman. Entah apa yang sedang di rencanakan pria cerdas itu. Tapi, Junmyeon tidak ingin terlalu memikirkannya.

Ia berjalan di lorong lantai yang berisi ruangan para petinggi OSC Group dengan gugup. Pertengkarannya kemarin tak berujung, ia masih kesal karena Sehun tidak bisa bersikap dewasa. Pria itu terlalu mengedepankan urusan hatinya.

Selama beberapa waktu mendampingi Chanyeol, ia menyadari kalau pria itu bukan orang yang semata-mata akan menyerah pada hal yang tak di dapatnya saat ini.

'Aku harap kau merespon panggilan atau pesan singkatku. Karena kau tau kan, aku pasti akan sangat merindukanmu.'

Junmyeon masih merasa kalau Chanyeol akan melakukan sesuatu lagi dan lebih dari yang pernah ia lakukan.

'Aku akan selalu ada jika kau membutuhkan teman.'

Itulah pesan terakhir yang Chanyeol bisikkan sebelum Junmyeon membawa kotak terakhirnya keluar dari ruang kerjanya.

"Senang melihatmu kembali Sekretaris Kim." Sapaan ramah itu terdengar dari Guanlin yang menyambutnya. Pemuda itu menawarkan bantuan untuk membawakan kotak berisi beberapa barang pribadinya.

"Presdir Oh Sehun memintamu langsung ke ruangannya." Kata Guanlin lagi.

Junmyeon memutuskan akan menghadapinya. Semarah apapun Sehun nanti, ia harus bisa menunjukkan kalau hal yang telah di lakukan pria itu terlalu gegabah.

Tangannya mengetuk pintu sejenak sebelum melangkah masuk ke ruangan yang sebenarnya dulu jarang ia sambangi. Rasanya waktu cepat berlalu, Sehun berhasil menduduki posisi Presdir dan memegang kendali penuh terhadap perusahaan.

Sehun tampak berdiri di depan meja kerjanya yang besar dengan dominasi desain kaca. Tidak ada yang berubah dari penampilan pemuda itu. Hanya mungkin Junmyeon merasa kalau Sehun terlihat lebih tampan dari biasanya.

Junmyeon tampak masih segan untuk menatap mata Sehun secara langsung.

"Aku akan memaafkanmu soal kemarin."

Sungguh tak bisa di percaya, apa baru saja Sehun menyudutkannya soal pertengkaran kemarin.

"Baiklah, tampaknya memang hanya aku yang selalu salah disini. Tapi, aku serius dengan perkataanku kemarin. Kita tidak bisa bersama." Junmyeon mengangkat kepalanya dan melihat mata Sehun yang tajam bak busur panah. Ia sempat tertegun, tapi kemudian memutuskan untuk menyampaikannya.

"Ada lagi yang ingin kau bicarakan Presdir Oh?"

Sehun tak percaya setelah beberapa hari, Junmyeon masih tampak marah padanya dan bahkan serius dengan kalimat tidak bisa bersama.

Bukan ini yang ia inginkan. Ia bersusah payah membawa kembali Junmyeon kesini, bukan untuk di campakkan.

"Sekarang bahkan kau tidak menganggapku lagi sebagai kekasihmu."

"Kita sedang di tempat kerja." Jawab Junmyeon cepat, seolah tidak ingin membahas soal percintaan.

"Aku tidak bisa menyelesaikan tumpukkan file itu karena terus-terusan memikirkanmu."

Junmyeon melirik ke sudut meja Sehun yang memang di isi beberapa map. Benar saja, bocah ini belum bisa bersikap dewasa.

"Kau ingin aku membantumu?" Tanya Junmyeon, wajar baginya untuk menanyakan hal itu mengingat posisinya adalah Sekretaris.

Tiba-tiba Sehun mendekat dengan cepat dan mencengkram kedua bahunya. Ia memaksa Junmyeon untuk bertatapan dengannya.

"Kau bukan hanya Sekretaris disini. Tapi, kau adalah pacarku. Berada jauh dariku sebentar saja kau sudah berubah. Kau membuatku semakin yakin, bahwa ada sesuatu di antara kalian."

Junmyeon berani bersumpah ia tidak menyimpan perasaan apapun pada Chanyeol. Justru ia sangat takut dengan pria bertubuh tinggi itu. Perbuatan baik pria itu yang merawatnya ketika sakit juga lantas tidak membuat Junmyeon beranggapan Chanyeol sudah berubah menjadi baik dengan mudahnya.

"Apa kau tidak bisa berkaca?"

Sehun memicingkan matanya.

"Aku bisa berlaku seperti ini padamu, karena sikapmu yang terlalu ke kanak-kanakan. Semua orang harus mengikuti perintahmu tanpa kau memikirkan perasaan mereka. Aku lelah dengan semua ini." Junmyeon melepas cengkraman itu dan berbalik pergi. Degub jantungnya yang cepat seperti menandakan bahwa ia baru saja melewati batasan keberaniannya.

Ia sampai bertekad dalam hati, jika Sehun belum bisa menghargainya, maka ia akan pergi dan membayar nilai denda perjanjian kerjanya. Langkahnya lemas ketika beranjak kembali ke meja kerjanya. Setelah menjalin hubungan dengan pria yang ia cintai, semua malah terasa semakin pelik.

Bukan ini jalinan yang ia ingin rajut. Ia bersungguh-sungguh dengan perasaannya. Tapi yang ia lihat dari kekasihnya itu hanyalah obsesi belaka. Junmyeon tidak tahan dengan sikap Sehun yang terlalu posesif terhadapnya.

.

.

Hari beranjak sore. Tepat di jam lima, tidak ada kabar dari Sehun sama sekali. Junmyeon sudah membereskan pekerjaannya dan beruntung sekali, selama ia tak ada, Guanlin bekerja sangat rapi sehingga tidak membuatnya sulit beradaptasi kembali.

Sebenarnya Junmyeon agak berat ketika menempati posisi ini, menjadi Sekretaris seorang Presdir di OSC Group bukanlah pekerjaan mudah. Saat ia berada di posisi sebelumnya, ia sempat menghadapi beberapa keadaan yang menjebak. Terlebih lagi isi kepala seorang Sehun yang sering sekali sulit untuk di nalarkannya.

"Kau akan pulang?" Tanya Guanlin yang melihat Junmyeon sudah siap dengan tas kerjanya. Pemuda itu menghampirinya untuk memberikan salinan dokumentasi bahan baku yang sudah di impor siang tadi.

"Iya, rasanya sudah tidak ada lagi yang harus aku kerjakan. Sepertinya Presdir Oh juga akan pulang." Jawab Junmyeon, ia tidak memberitau keadaan yang sebenarnya terjadi di antara ia dan Sehun.

"Baiklah, mau sekalian makan malam denganku? Sudah lama sekali aku ingin berterima kasih padamu karena sudah mengajariku waktu itu."

Tawaran yang menarik. Tapi, Junmyeon tidak sedang pada mood baiknya. Ia ingin segera sampai di apartemen untuk memasak dan makan sepuasnya tanpa aturan table manner.

"Sayang sekali, sore ini aku tidak bisa. Mungkin kita bisa atur di lain waktu."

.

.

Junmyeon mampir ke sebuah supermarket. Sudah tiga kali ia mengitari rak sayuran, tapi belum juga menemukan bahan yang tepat untuk memuaskan selera masak dan makannya.

Ia menghela napas sejenak dan berusaha untuk menenangkan pikirannya yang sebenarnya masih mengkhawatirkan Sehun.

SIAL!

Ia berusaha keras agar bisa melupakan pemuda itu barang satu hari saja. Junmyeon ingin kembali pada kehidupannya yang tenang dan tentram.

Dengan asal ia pun mengambil beberapa sayuran hijau dan wortel. Tiba-tiba seseorang menaruh sekotak jamur shitake. Junmyeon menoleh dengan agak kesal, namun ia terkejut dengan orang yang menaruh jamur itu.

"Bisa tolong nanti buatkan aku tumis jamur?"

T B C

Maaf ya readers, baru bisa update.

Banyak webinar, banyak kerjaan, jadinya akun wattpad gak kepegang.

Tapi btw, seneng banget tiap hari liat notifikasi dari pembaca baru n lama yang ngevote beberapa ff aku.

Huh....

Semoga kita semua sehat ya manteman, supaya bisa terus mendukung kapal Hunho berlayar.

See you ❤️

Stuck With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang