3

2.3K 352 21
                                    

Jalanan pagi ini sangat padat. Badan bersenggolan dengan lainnya. Tidak dipungkiri lelaki manis itu menghela nafas. Menggandeng tangan mungil sang anak agar mereka tak terpisah di jalanan penuh manusia itu.

Chenle menatap sang anak, sekedar memastikan keadaan si kecil baik-baik saja. Tak lama mereka sampai di depan toko. Membuka pintu dan masuk. Tas yang dipakai si kecil sekaligus jaket dilepaskan dan menaruh nya di loker.

Kaki mungil nya berjalan ke arah wastafel, menaiki tangga yang memang disiapkan untuk anak kecil sepertinya. Membuka keran dan mencuci tangan menggunakan sabun. Setelah selesai si kecil mengelap tangan nya dengan tisu dan membuangnya ke tempat sampah.

Chenle pun melalukan hal yang sama. Lalu menggunakan apron agar baju nya tak kotor saat membuat kue nanti. Si kecil menghampiri mom nya dan menarik ujung apron.

"Chenji bantu apa?"

"Tidak usah, sayang. Kau duduk saja nanti mom buatkan kue untukmu."

"No, mom. Aku mau membantu mom, agar mom tak kelelahan."

Chenle mengusap kepala sang anak. Lalu diberikannya apron kecil khusus untuk si kecil dengan nama nya diujung atas apron.

"Kamu tunggu disini. Layani pelanggan saja."

Chenji dengan cepat mengangguk. Menaiki tangga agar dirinya tampak di meja kasir. Lagi-lagi itu dikhusus kan untuknya, sebab si kecil setiap datang ke toko selalu meminta pekerjaan apa yang harus dia lakukan. Maka tak heran jika Chenle menyuruh anaknya berjaga di meja kasir.

Meja dan kaca sudah dibersihkan oleh salah satu pegawai yang selalu datang lebih awal. Chenle mempekerjakan mahasiswa dan anak sma, dengan syarat jadwal yang tidak bersamaan dan sudah mengerjakan tugas.

Tak lama muncul lelaki manis dari luar. Sepertinya dia baru saja selesai membuang sampah. Dengan girang lelaki manis itu menghampiri si kecil yang berada dikasir sedang menghitung meja. Lucu sekali.

"Hai, manis."

"Hyung seperti sedang menggoda seseorang."

"Ya, seseorang itu kau."

Chenji mendengus. Sudah hafal jika lelaki manis dihadapan nya ini selalu menggodanya. Si pelaku tertawa, lihat saja wajah kesal si kecil. Menggemaskan sekali menurutnya.

"Jeongin hyung, berhenti. Nanti Chenji dimarahi pacar hyung."

Jeongin menghentikan tawa nya. Menatap si kecil intens. Lalu menggebrak meja.

"Itu cemburu namanya.."

Chenji mengiyakan saja. Pernah sekali jeongin dijemput kekasihnya, namun karna belum selesai jam kekasihnya itu bermain dengan Chenji dan tak lama Jeongin mengecup kedua pipi si kecil dan berucap kata manis berulang kali. Hal tersebut membuat kekasih Jeongin menatap ke arahnya lalu mendekatkan bibir tebal itu ke telinga si kecil.

"Dia pacarku, jangan baper ya." begitu katanya.

Jeongin melambaikan tangan pada si kecil seolah jika mereka akan berpisah padahal lelaki manis itu hanya menuju dapur dan mereka sama sekali tak berpisah, ini masih ditempat yang sama.

Chenji dengan sigap berdiri tegak saat pintu itu bersuara. Yang berarti ada seseorang yang memasuki toko. Tangan kanan nya dengan sopan berada didada kiri. Menyambut pelanggan yang datang.

"Selamat pagi, Paman.. P-peter?"

"Hai."

Chenji terdiam. Menatap lelaki tinggi itu dalam diam. Entah apa yang dipikirkan si kecil. Tak lama suara deep itu membuyarkan lamunan nya.

"Kau tampan sekali."

Si kecil tertawa. Baru kali ini dia di puji tampan oleh seseorang. Senang rasanya.

"Paman ingin pesan apa?"

"Cheese cake satu."

Si kecil mengangguk. Tangan nya sibuk menekan pesanan yang akan sampai pada mom nya di dapur. Peter yang melihat si kecil sibuk sendiri mengalihkan pandangan nya ke arah belakang si kecil. Disana berdiri lelaki manis, dia adalah mom dari si kecil ini.

"Ini pesanan mu."

"Ah, thanks."

Chenle mengangguk. Peter mengambil pesanan nya dan membayar yang dilayani oleh Chenle. Sebab si kecil hilang entah kemana semenjak Chenle membawa pesanan.

Peter menerima uang kembalian nya. Tak sengaja matanya melihat luka gores di lengan putih itu. Ditariknya tangan putih mulus itu dan memasangkan plester bergambar lumba-lumba.

Chenle terkejut atas perlakuan Peter. Dengan segera ia melepas tangan Peter.

"Maaf telah lancang. Tapi kau tergores."

"T-terimakasih."

Peter mengangguk. Menatap wajah gugup itu dengan seksama. Lelaki itu terlihat cantik? Begitulah menurutnya. Kulit putih halus dan surai hitam nya. Serta jangan lupakan apron coklat muda yang menambah kesan manis lelaki itu.

Sebuah tarikan kecil menyadarkan Peter dari lamunannya. Menundukkan kepala guna melihat siapa pelaku, si kecil tersenyum dan menyodorkan sebuah permen lolipop pada nya. Dia ambil dan memasukkan nya ke dalam saku, lalu menyamakan tinggi tubuhnya dengan si kecil.

"Ini bonus untuk paman, karna menjadi pelanggan pertama. Jangan lupa kembali dan membeli kue."

"Terimakasih bonus nya. Paman akan sering-sering datang kemari."

Chenle yang melihat interaksi sang anak dengan lelaki itu termenung. Sedih? Ia tak tau. Tapi melihat senyum mengembang si kecil membuat hati kecil nya bahagia.

Peter kembali berdiri dan menatap Chenle. Kemudian mendekat.

"Anakmu sangat baik, pasti mom nya juga. Terimakasih."

Terimakasih untuk apa? Chenle tak memberikan apapun pada lelaki itu. Namun ia tetap mengangguk. Peter melangkah keluar dari toko, hal itu membuat Chenle bernafas lega. Entah kenapa sedari tadi ia menahan nafas saat berdekatan dengan lelaki itu. Ia harus menahan debaran di hati nya. Tidak, ia tak boleh memiliki perasaan pada lekaki yang mirip dengan Jisung itu!

"Mom, are you ok?"

Chenle mengangguk dan mengelus kepala sang anak. Lalu segera kembali menuju dapur karna ia sedang membuat kue pesanan pelanggan nya.

"Mom terlihat aneh."

Kaki kecil itu kembali menaiki tangga guna mencapai meja kasir. Dan dengan tegap kembali menatap pintu toko dengan senyuman.



Tbc

Jelas ga sih cerita nya?

SPRING [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang