Setiap langkah yang ia ambil terasa sangat berat. Nafas memburu membuat nya terlihat berantakan.
Kemeja cokelat muda nya sudah kusut dan banyak noda. Wajah nya yang lelah semakin membuat ia terlihat sangkat kacau.
Tapi apa peduli, ia tidak akan peduli akan tatapan yang tertuju padanya.
Bagaimana kau mendapat kabar buruk setelah kau melewati hari yang melelahkan? Rasanya ingin menangis.
Bukan tak ada alasan dibalik itu, tubuh mu sudah lelah lalu kau mendapat kabar buruk yang sangat berpengaruh pada batin mu. Tentu sangat menyebalkan.
Tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin kan ia harus mengelak. Sedangkan itu memang benar-benar kabar terjadi.
Jantung nya bertalu sangat cepat, rasanya sangat sesak. Dan begitu menyakitkan.
Entah kenapa setiap langkah yang ia bawa membuat nya terasa semakin jauh untuk mencapai tujuan.
Mata nya bahkan sudah memerah, sibuk menahan bendungan air mata yang akan jatuh kapan saja.
Lihat saja ia, sungguh sangat tidak enak di pandang. Namun apa yang salah jika kau berpijak di rumah sakit. Tempat yang sangat Chenle hindari sedari dulu.
Tampak dua sosok di seberang sana yang saling berpelukan. Dengan lelaki manis yang menangis di pelukan lelaki yang terlihat gusar.
Langkah nya memelan ketika sudah dekat dengan kedua orang itu.
"C-chenle.."
Suara lirih itu mengalihkan pandangan Chenle dari pintu putih itu ke lelaki manis yang mengusap pipi nya.
Ia mengambil beberapa langkah sebelum lelaki manis yang sedang mengandung itu tiba-tiba saja memeluk nya.
Isak tangis yang ia dengar terasa sangat pilu. Telinga nya sakit jika mendengar isak pilu dari orang yang ia sayangi.
Mengelus punggung Taeyong adalah satu-satunya cara agar lelaki itu merasa tenang.
Kalau boleh jujur, sebenarnya percuma mengelus punggung itu. Yang dia butuhkan hanya dokter yang keluar dengan membawa berita baik.
Lama mereka dalam posisi seperti itu, Jaehyun hanya menatap kedua nya dalam diam. Otaknya sedang bekerja untuk mencari tau siapa pelaku yang membuat Peter kecelakaan.
Setelah dirinya mendapat kabar jika anaknya itu kecelakan dengan keadaan terjepit di mobil segera dia menyeret Taeyong yang sedang memotong sayur, dia tidak peduli jika lelaki itu marah.
Yang dia pedulikan hanya keselamatan sang anak. Setelah dia memberitahu Taeyong, lelaki manis itu menangis tersedu bahkan sampai saat ini.
Jaehyun mengusap wajah kasar, wajah nya memerah dan pandangan nya kosong.
Chenle menatap sayu pada dua orang itu, apa yang bisa Chenle lakukan melihat orang yang ia sayang kini menangis pilu. Ia hanya bisa berdoa, meminta keselamatan lelaki yang tengah berjuang di dalam sana agar kuat dan dapat keluar ruangan dengan keadaan yang lebih baik.
Ia sudah mengabari Jeno dan Renjun, entah kenapa ia malah menyuruh kedua nya untuk datang. Jika di pikir-pikir lagi mereka bahkan tidak mengenal. Ya, Chenle pikir mereka tidak saling mengenal.
Suara langkah ribut itu mengalihkan atensi nya untuk menatap dua orang yang datang dengan tergesa.
Jeno dan Renjun berhenti tepat di samping Chenle yang masih memeluk Taeyong.
"Hah- sebenarnya siapa yang kecelakaan?" tanya Renjun yang masih mengatur nafas nya. Alis nya mengerut kala tersadar jika dia tak tau siapa yang kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING [jichen] END
FanficAku tidak butuh menjadi cinta pertama mu, yang aku butuhkan adalah menjadi yang terakhir. • sebelum baca ini silahkan baca Snow December dulu.. BxB!