Chenle mengecup bibir sang suami saat selesai memasangkan dasi, lalu Peter yang menarik pinggang istri nya, menempelkan benda kenyal itu kembali dan melumat nya. Melupakan jika mereka sedang berada di meja makan.
Suara leguhan Chenle terdengar membuat si kecil yang duduk di kursi bayi menatap mereka kaget. Bukan apa, suaranya itu menyakiti telinga si kecil.
Seolah tersadar mereka menghentikan ciuman itu, dengan Peter yang mengelap bibir Chenle yang mengkilap itu. Lalu mengecup nya singkat sebelum baju nya di tarik oleh si kecil.
Dan Chenle hanya terkekeh, bergumam maaf pada sang anak lalu mengecup nya singkat. Beralih pada ponsel nya yang bergetar di meja, mengecek beberapa pesanan yang mulai masuk.
Suara dentuman pintu yang di banting membuat Chenle menjatuhkan ponsel nya. Dia menatap sinis pada sang anak yang malah tertawa sambil memasang dasi.
Bukan apa, Chenji hanya merasa gugup sekarang. Pasalnya ini adalah hari pertama masuk SMA, dia bahkan sampai lupa untuk memotong rambut nya. Yang sekarang sibuk dia sisir ke belakang.
Tetesan air dari rambut nya mengenai wajah Mom nya yang berada di belakang nya. Chenji tak sadar, dia malah asik memakan sarapan nya sambil menggoyang-goyangkan kepala sang adik yang menunduk, seperti nya adik nya itu masih mengantuk.
"Jangan gemes-gemes, nanti aku gigit!"
Gumam nya sambil terus merecoki adik nya. Peter yang melihat putra nya langsung menarik kursi bayi jiji, menjauhkan dari Chenji yang sekarang memasang wajah sedih. Jika dulu Peter akan merasa gemas, tapi sekarang semua nya berubah saat putra nya itu memasuki masa puber. Wajah tampan nya dan sikap yang menyebalkan nya malah membuat Peter sering naik pitam.
Bayangkan saja, saat disuruh menjaga sang adik saat Peter dan Chenle berbelanja bulanan Chenji hampir mentato tubuh sang adik memakai spidol. Menggambar ular uget-uget, quotes yang di tulis di punggung dan jangan lupakan tompel hitam besar di pantat sang adik. Oh ya, dan topi snap back alay yang dipakaikan di kepala si kecil. Bahkan jiji tidak memakai baju, ya Tuhan.
Peter yang saat itu hendak menghampiri kedua nya dengan membawa mangga yang sudah dipotong seketika duduk lemas di lantai.
Kacamata yang dia pakai dilepasnya begitu saja, mengambil nafas dalam-dalam sebelum melempar bantal sofa ke kepala Chenji. Dan saat itu juga Chenji yang terkejut tak sengaja menendang boneka besar yang berakibat menindih tubuh adiknya yang saat itu sedang diam menatap sang ayah polos.
Dan saat itu juga Peter berlari menggendong sang anak yang bahkan menangis saja tidak, malah si kecil tertawa menyeramkan. Iya menyeramkan, karna di wajah si kecil terdapat beberapa gambar abstrak.
"Chenji.. Hahh, siapa yang merasuki tubuh mu sekarang?" Peter bahkan menghela nafas menatap putra nya.
"A-aku siapa? Dad, kenapa jiji seperti ini?!!" teriakan Chenji membuat si kecil terkejut dan akhirnya menangis di gendongan sang ayah.
Peter melenggang pergi begitu saja menuju kamar mandi, ini masalahnya kalo ngga buru-buru di bersihkan anaknya bisa terlihat dekil, Peter ngga mau itu terjadi.
Chenji yang masih shock pun diam terduduk di sofa, mengunyah mangga yang tadi di bawa oleh Dad nya. Menatap karpet yang penuh dengan spidol dan mainan si kecil.
Tak lama Chenle datang membawa 3 gelas jus dan beberapa snack, niatnya mereka akan menonton film. Namun, seperti nya kegiatan itu akan diundur beberapa waktu saat matanya menatap lantai yang kotor.
Chenle ingin menangis rasanya, kenapa Chenji sekarang berubah macam orang gila semenjak dia titipkan pada Jeongin beberapa minggu lalu karna dia dan Peter ada urusan di luar negeri.
Wajah tampan sang anak memang tak tertandingi, tapi.. Ah sudahlah Chenle bahkan lelah akan tingkah ajaib sang anak yang baru-baru muncul akhir-akhir ini.
Kembali pada sarapan, setelah makan dengan tidak tenang akibat jiji yang menangis karna di cubit kencang oleh Chenji yang merasa sangat gemas pada adiknya akhirnya berakhir.
Sekarang mereka tengah bersiap untuk melakukan aktivitas seperti biasa, Peter sudah memanaskan mobil nya. Chenle masuk kedalam sambil menggendong jiji dan Chenji yang duduk di belakang.
Pertama, mereka akan mengantarkan Chenji ke sekolah baru nya yang letak nya tidak terlalu jauh dari taman kota. Sesampai nya di depan gerbang, mereka semua turun dari mobil.
"Jangan nakal kamu! Jangan sok tampan dan tebar-tebar pesona, karna yang tampan bukan kamu aja."
Peter menepuk pundak Chenji sambil memberi wejangan jika sekiranya sang anak sudah diluar batas normal. Chenle terkekeh melihat interaksi keduanya.
"Tapi bagaimana ya? Aku memang tampan. Jangan salahkan aku jika saat pulang nanti membawa banyak cokelat."
"Terserah, asal kau membagi nya pada dad."
Kini beralih Chenji yang tersenyum pada Mom nya "Mom mana kecupan nya?"
Chenle langsung ditarik oleh Peter agar menjauh dari putra nya "Ya Tuhan, padahal aku ini anaknya. Tapi dad begitu pelit dan ah itu menyakiti hati ku loh.."
Chenle lagi-lagi terkekeh, antara terhibur dan malu. Pasalnya mereka sekarang jadi bahan tontonan, suara Chenji yang deep itu membuat beberapa siswi melirik dan berhenti.
"Sudah sana masuk dan ja-"
"Ya ampun, manisnya.."
Chenle menoleh saat melihat Chenji yang menatap binar ke arah belakang nya, dia membalikkan tubuh dan menyerngit.
"Minhyuck!"
Lelaki manis yang baru saja melambai pada kedua orang tua nya tersentak kaget, dia mendekat.
"Ah, kau Chenji ya? Anak kecil yang menangis di taman? Hehe.. "
Chenji seketika merubah raut wajah nya, lalu segera merangkul Minhyuck yang lebih pendek darinya. Dan melambai pada kedua orang tuanya.
"Dah Mom, Dad and Jiji. Aku mau mengejar masa depan dulu."
Seperti itu kalimat perpisahan Chenji, Peter dan Chenle menggelengkan kepala dan berbalik menuju mobil. Namun langkah mereka terhenti saat sebuah tangan menepuk bahu Peter.
Peter menyerngit bingung menatap orang di hadapan nya ini, lalu tersenyum kala mengingat wajah nya.
"Ah, Mark hyung!"
"Sudah berhasil memasangkan cincin rupanya."
"Maaf hyung tak mengundang mu, kau pergi keluar negeri saat itu."
"Tak apa, perkenalkan ini istri ku Lee Haechan."
"Peter Park dan ini istri ku Park Chenle."
Mereka bersalaman dan berbincang sedikit sampai akhirnya mereka tersadar jika waktu sudah menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit.
"Kurasa sampai disini dulu hyung, ah kau mengantarkan anak mu kan? Siapa namanya?"
"Lee Minhyuck."
Peter dan Chenle saling tatap, mereka tersenyum canggung dengan menggaruk leher belakang mereka. Hal itu membuat Mark dan Haechan menatap bingung.
"Ada apa?"
"Emm tidak, jaga anakmu hyung. Anak sma jaman sekarang banyak modus nya."
Fin
Ini sequel setelah beberapa tahun mereka menikah dan punya baby. Oh iya jangan kaget sama sifat Chenji yang berbanding terbalik dengan dulu, soalnya aku pengen bikin Chenji gesrek aja😁
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING [jichen] END
FanfictionAku tidak butuh menjadi cinta pertama mu, yang aku butuhkan adalah menjadi yang terakhir. • sebelum baca ini silahkan baca Snow December dulu.. BxB!