13

1.7K 278 16
                                    

Hari minggu ini diisi oleh kegiatan berkunjung ke rumah Tuan Park. Masih ingat kan kalau Tuan Park meminta para anaknya untuk berkumpul setiap minggu.

Chenji sedang bermain bersama anjing putih milik Tuan Park di taman belakang, ditemani Taeyong. Ingat kan kalau Taeyong masih membenci sang ayah atas kejadian yang menimpa adik nya?

Secangkir teh hijau di atas meja bundar itu menjadi objek tatapan ke empat orang di sana. Tuan Park, Nyonya Park, Jaehyun dan Chenle.

"Apakah lelaki Na itu masih berkunjung ke rumah mu?"

Pertanyaan Tuan Park tentu membuat Chenle membulatkan matanya, begitu pun dengan Jaehyun pasalnya lelaki berdimple itu tak tau apa-apa mengenai Chenle.

Tangan yang semula memegang cangkir saat meminum teh kini berubah mengepal. Sedikit kesal akan kenyataan yang dia sadari. Chenle baru tersadar jika Tuan Park selalu mengawasi nya.

Hembusan nafas yang keluar begitu saja sudah menunjukkan jika lelaki manis itu memendam sedikit amarah.

Jaehyun menatap sang mertua dengan alis bertaut "Ayah mengawasi Chenle? Untuk apa?"

Lirikan mata Tuan Park dapat di tangkap Chenle karna lelaki itu duduk berhadapan dengan Tuan Park.

"Ya, aku mau menjaga Chenle."

Dengusan Jaehyun menarik perhatian Tuan Park yang menatap nya bingung "Kenapa Jaehyun?"

Jaehyun menatap Chenle sebentar lalu menatap manik Tuan Park serius "Jangan sampai terjadi lagi!"

Nyonya Park hanya menjadi pendengar yang baik disini begitu pula dengan Chenle. Rasa khawatir mulai melingkupi hatinya, dia resah.

Kedatangan dua sosok dari arah belakang membuat suasana yang hening kembali terasa hidup saat suara celotehan Chenji yang ditanggapi Taeyong.

Mereka yang duduk di sofa segera merubah ekspresi wajah menjadi ceria, melihat Chenji yang bersusah payah menggendong anjing putih itu. Anjing itu memiliki tubuh yang sedikit besar dari si kecil, tentu saja Chenji kesulitan.

"Kenapa menggendong fufu?" fufu adalah nama anjing putih Tuan Park yang sekarang sedang digendong Chenji.

Raut wajah sebal dapat ditangkap oleh kelima orang dewasa disana, memekik gemas.

"Huh, fufu tidak mau ku turunkan. Dasar malas.."

Mereka tertawa, tapi tak dengan Jaehyun. Raut wajahnya sedikit khawatir manatap Chenle di samping nya. Walau Jaehyun tidak terlalu dekat dengan Chenle tapi dia sudah menganggap Chenle sebagai adik nya.

Rasa ingin melindungi pun tiba tiba muncul di benak nya. Mengingat perkataan Tuan Park barusan membuat emosi nya tersulut walau hanya sedikit.

Lelaki cantik yang tak sengaja melihat raut wajah suami nya pun bertanya tanya. Apakah sudah terjadi sesuatu sebelum ia datang? -pikirnya.






::::::🕊::::::





Setelah makan siang bersama di ruang makan milik Tuan Park mereka semua membubarkan diri, Chenle dan Nyonya Park yang membereskan piring, Chenji yang kembali bermain bersama fufu, dan Tuan Park, Jaehyun, dan Taeyong duduk di ruang keluarga.

Tv yang di nyalakan adalah salah satu sumber suara diantara mereka. Pandangan lurus kedepan menatap tv namun tak dengan pikiran di kepala mereka yang entah melayang kemana.

Jauh di lubuk hatinya Taeyong masih bertanya tanya akan raut wajah Jaehyun tadi. Tapi dia tak mau membicarakan nya saat masih ada sang ayah di dekat nya.

Tak lama Chenle datang sambil membawa buah buahan yang sudah dipotong, meletakkan nya di meja. Melirik ketiga nya yang hanya diam tanpa membuka suara.

Duduknya dibawa mendekat dengan Taeyong, dia rasa kakak nya itu sedang memikirkan sesuatu. Usapan lembut ditangan Taeyong membuat si pemilik menoleh menatap Chenle.

Sedang yang ditatap tersenyum manis sambil bergumam 'jangan banyak pikiran'. Lantas diangguki Taeyong yang sama sama tersenyum manis.

Bukan apa, Chenle khawatir jika kandungan Taeyong akan berdampak. Taeyong sedang mengandung, terhitung sudah 1 bulan ada nyawa di dalam perut itu.

Kembali, bahkan setelah kedatangan Chenle suasana masih sama seperti tadi. Tak mau jika kecanggungan ini berlangsung lama Chenle membuka suara

"Ayah, Jaehyun hyung, Taeyong hyung. Dimakan buah nya.."

Beruntung mereka langsung menusuk buah dan memakan nya. Chenle tersenyum senang, walau tak ada obrolan setidaknya mereka melakukan hal yang sedap dipandang. Memakan buah bersama, contohnya.

Suara cempreng milik Chenji terdengar saat anak itu berjalan menggendong fufu sambil bernyanyi.

Semua mata tertuju pada si kecil yang dengan percaya diri nya menyanyikan lagu bernada tinggi, Taeyong bahkan sempat menghentikan suapan nya.

Tuan Park terkekeh saat Chenji berjalan ke arahnya dan langsung menjatuhkan fufu di pangkuan kakek nya.

"Fufu benar-benar.. Kakek harus mendidik nya dengan benar, dia menjadi anak yang nakal."

Tuan Park menyerngit, walau tangan nya mengelus lembut fufu yang menatap ke arah Chenji "Memang nya apa yang sudah dilakukan fufu?"

"Fufu menggigit celana ku sampai melorot."

Tawa pecah seketika saat si kecil mengadu pada sang kakek, Taeyong tertawa sambil mengelus perut nya dan menggelengkan kepala.

Jaehyun bahkan menahan tawa nya, dia membayangkan kejadian nya. Dan Chenle yang menatap anak nya gemas.

Chenji cemberut, dia kan malu saat ditertawakan seperti ini. Apalagi perihal celana nya yang melorot, untung tidak ada teman nya.

"Iya nanti kakek ajarkan fufu." Tuan Park berusaha merendam tawa nya, lalu menepuk tempat kosong disamping nya. Menyuruh Chenji duduk.

Dengan gerakan cepat si kecil menaiki sofa dan duduk manis di samping sang kakek, lalu menatap sinis fufu yang mengeluskan kepala nya di lengan si kecil.

"Aku masih sebal denganmu. Jangan berusaha merayu!"

Begitulah ocehan si kecil yang terus memarahi anjing putih itu. Seolah fufu mengerti akan apa yang si kecil ucapkan.

Sedangkan Jaehyun mulai mengetik di ponsel nya setelah Taeyong yang merengek ingin sesuatu. Tak lama suara notif berbunyi dan saat itu juga Jaehyun menyimpan kembali ponsel nya di saku.

Kembali mereka memakan buah dengan Chenji yang tak bisa diam saat fufu mencoba merebut apa yang dimakan si kecil. Pemandangan yang membuat mereka semua menahan gemas untuk tidak mencubit Chenji.

Tak lama suara ketukan pintu membuat mereka sontak menolehkan kepala, Jaehyun yang awalnya ingin membuka pintu tertahan saat Chenle lebih dulu menahan nya.

"Biar aku saja, hyung."

Jaehyun menggelengkan kepala nya, wajah nya berubah tegang.

"Tak usah ak-"

"Sudahlah, hyung temani Taeyong hyung saja disini."

Sedangkan Taeyong pun sama tegang nya seperti Jaehyun, mereka lupa. Mereka benar-benar lupa akan sesuatu yang sangat mereka jaga. Lirikan mata seolah memberi sinyal pada masing-masing untuk bertindak sesuatu.

Namun sayang, Chenle sudah melenggang pergi menuju pintu. Dibuka nya pintu besar itu, matanya membesar dengan tangan yang menutup mulut sebab terkejut.

Sedangkan seseorang yang mengetuk pintu itu pun sama terkejut nya dengan Chenle, mereka bahkan tak membuka suara. Sibuk membaca keadaan saat ini. Bagaimana bisa?

"Kau?"





Tbc

SPRING [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang