Ketika sampai di apartemen nya setelah sebelumnya mengantarkan Chenle dan kedua orang tuanya. Ya, Jaehyun dan Taeyong tinggal berpisah dengan nya. Dia yang meminta.
Duduk di sofa untuk mengistirahatkan tubuh nya yang memang sedikit kurang fit dari pagi. Kepala yang terasa berkunang pun tak menjadikan dia alasan untuk memejamkan matanya.
Pikiran nya hampir mengalahkan rasa pusing di kepala, dia baru tau jika itu adalah rumah orang tua dari eomma nya. Dia memang tak pernah diberitahu oleh orang tua nya, dan Peter juga tidak mempermasalahkan nya.
Bukan enggan untuk mengetahui keluarga dari orang tua nya, hanya saja dia tidak ingin mencampuri. Peter bahkan hanya tau kedua orang tua dari sang ayah, dan itu pun hanya pernah melihat sekali sebelum orang tua sang ayah meninggal akibat kecelakaan pesawat.
Kenapa keluarga yang dia temui tak pernah terlihat sempurna? Dia pun tak memiliki keluarga yang sempurna sejak kecil. Hanya anak yang ditinggal pergi jauh orang tua nya yang tak pernah kembali. Dia hanya ingat jika sang ibu yang menyuruhnya diam di rumah sampai sang ibu kembali. Nyatanya yang dia dapat dari menunggu lama adalah sang ibu yang bunuh diri dan sang ayah yang entah kemana.
Perasaan nya kalut saat itu, Peter kecil bahkan tak sempat mengeluarkan air mata saat melihat tubuh pucat sang ibu dikuburkan. Dia terlalu sedih sampai rasanya air mata pun enggan untuk turun membasahi pipi nya.
Dan saat itu pula ternyata sang ayah pun meninggal dalam tugas nya, dari situ Peter tau. Jika sang ibu menyusul ayahnya yang telah lebih dulu berpulang pada pelukan Tuhan. Dia baru mengetahui nya saat sudah diadopsi oleh Jaehyun dan Taeyong. Mereka sempat mencari beberapa informasi tentang dirinya, dan menceritakan kembali cerita yang mereka dapat pada Peter kecil.
Ingatkan Peter untuk tidak membenci kedua orang tuanya karna telah tega meninggalkan nya sendiri di dunia dulu.
Suara yang berasal dari perut nya membuat lelaki berkacamata itu bangkit menuju dapur. Membuka kulkas dan memanaskan beberapa makanan buatan Taeyong yang memang selalu ada di kulkas.
Menunggu sekitar 10 menit dan akhirnya dia bisa memakan makanan kesukaan nya. Suara detingan sendok yang beradu pada piring menjadi teman untuk Peter.
Setelah selesai, Peter mencuci piring bekas nya dan mengelap meja. Lalu berlalu begitu saja menuju kamar mandi.
Ponsel yang tergeletak di sofa berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Tapi tak ada yang mengangkat nya. Sebab Peter yang merendam diri nya dengan memejamkan matanya, dia tak mendengar suara bising dari ponsel nya.
Ponsel itu berkedip beberapa kali, ada dua pesan masuk dari seseorang. Dimana jika dilihat itu adalah nomor tak dikenal.
Lama ponsel itu menyala dan akhirnya mati total karna kehabisan baterai. Menyembunyikan pesan dengan gelapnya layar.
::::::🕊::::::
Pagi menjelang yang diiringi siulan burung di balkon kamarnya. Menyibak selimut yang membungkus tubuhnya lalu perlahan membuka mata. Menatap matahari yang terlihat malu-malu untuk muncul.
Meminum segelas air yang ada diatas nakas, meneguk nya sampai habis. Membuka gorden yang setengah menutupi jendela dengan sekali hentakan. Menatap nya sebentar sebelum berjalan lesu ke kamar mandi.
20 menit berlalu, Peter yang telah rapih dengan setelan kerja nya pun menatap cermin sebentar sebelum meninggalkan kamarnya. Tak lupa melepas charger saat melihat baterai ponsel nya sudah terisi penuh.
Membuat secangkir kopi dan mengoleskan beberapa lembar roti dengan selai. Diam menikmati sarapan yang terasa biasa ini. Hingga akhirnya bersiap mengambil kunci mobil dan menutup pintu apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING [jichen] END
FanfictionAku tidak butuh menjadi cinta pertama mu, yang aku butuhkan adalah menjadi yang terakhir. • sebelum baca ini silahkan baca Snow December dulu.. BxB!