Ratusan hingga jutaan tetesan air dari langit membasahi bumi. Kaca yang berembun dan suhu yang terasa semakin dingin. Pemanas ruangan sudah menyala sejak 2 jam yang lalu, namun tetap saja terasa dingin.
2 jam pula dia memandang keluar jendela. Memandang air yang menetes dan tanaman yang bertiup angin. Ditemani segelas greentea hangat digenggaman nya.
Saat hujan turun adalah saat yang tepat untuk menenangkan diri ataupun merenungkan sesuatu bahkan mengingat masa lalu. Tapi yang dilakukan lelaki berkacamata itu adalah merenung.
Dia memikirkan seseorang. Seseorang yang baru saja dikenalnya. Seseorang yang terlihat manis saat mengenakan apron dan membawa kue. Seseorang berambut hitam legam dengan kulit putih nya. Seseorang yang memiliki seorang anak laki-laki yang mirip dengan nya.
Entah sudah berapa kali dia bertanya pada angin. Apakah dia sedang jatuh cinta? Pertanyaan konyol yang keluar begitu saja dari mulutnya. Kemudian terkekeh.
Untuk hal seperti ini dirinya tak ada pengalaman. Dirinya yang terbilang introvert dan tak memperdulikan kisah cinta. Sekarang harus dihadapkan dengan yang namanya cinta.
Konyol memang jika menyukai seseorang saat pandangan pertama. Tapi itu yang dia rasakan. Jantung nya berdebar saat mata mereka bertemu. Jantung nya berdebar saat mereka berbicara.
Alay. Ya, alay memang. Tapi kenyataan nya begitu. Rasa senang dihati saat melihat senyuman yang terbit di bibir nya.
"Hah.. Apakah aku harus ke toko kue?"
Tanyanya lagi entah pada siapa. Dia seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta. Ya, memang benar dia sedang jatuh cinta. Tapi dia bukan lagi seorang remaja. Umurnya bahkan sudah 25.
Hujan sedikit reda. Ya, seharusnya memang seperti itu. Karna hujan sudah membasahi bumi 2 jam lamanya.
Bahkan dia yakin pakaian yang dia jemur belum kering. Ya, biarkan saja. Dia masih bisa menggunakan pakaian lain.
Ini masih pukul 3 sore. Dia sudah bosan berdiam diri hampir seharian dirumah. Hari ini memang hari libur, jadi tak ada pekerjaan yang harus diselesaikan nya karna memang tak ada.
Dia mengambil payung yang terletak di pinggir sofa. Meraih ponsel dan membuka pintu. Dia ingin ke toko kue. Sekedar membeli coffe atau duduk-duduk saja disana. Yang penting dia keluar dari apartement.
Jalanan terlihat renggang. Mungkin mereka lebih memilih tak keluar rumah karna hujan. Tapi walau begitu masih ada beberapa orang yang berlalu lalang memakai payung dengan kantung belanjaan ditangan nya.
Peter berjalan santai dan sesekali bersenandung. Harum tanah yang diguyur hujan sangat menenangkan. Walau sesekali dia mendengus saat kendaraan lain melaju kencang di samping nya.
Toko kue Chenle memang tak jauh dari apartement nya, sekitar 7 menit dengan berjalan kaki sudah sampai. Ditutupnya payung hitam yang dia kenakan lalu menaruhnya disamping pintu yang sudah disediakan untuk menaruh payung.
Harum kue yang baru selesai di panggang menjadi ucapan selamat datang. Matanya mengitari sekitar toko, hanya ada beberapa orang disana. Toko kue ini tak seperti toko kue biasanya, disini bagai cafe. Begitu lah pandangan Peter pada toko ini.
"Ingin pesan apa?" suara lelaki berbehel itu membuat Peter sedikit terkejut. Pasalnya dia belum sampai didepan kasir.
"Americano hangat."
Setelah mengatakan pesanan nya Peter menuju meja dekat jendela. Dia masih ingin memandang rintik hujan yang bahkan belum reda. Ini seperti sama saja dengan di apartement memandang keluar jendela dengan minuman hangat yang menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING [jichen] END
FanfictionAku tidak butuh menjadi cinta pertama mu, yang aku butuhkan adalah menjadi yang terakhir. • sebelum baca ini silahkan baca Snow December dulu.. BxB!