Pagi ini damai bagi semua orang tak terkecuali bagi Chenle. Memang pagi ini sangat damai dan udara sejuk menerpa kulit putih nya, namun jauh di dalam lubuk hatinya berbanding terbalik dengan suasana pagi ini.
Di lubuk hati nya sudah sangat kacau, kalian juga pasti tau apa penyebab nya. Ya, pagi ini Peter akan berangkat ah lebih tepat nya pergi meninggalkan Korea.
Jam menunjukkan pukul 8 pagi yang mana hanya 20 menit lagi Peter akan benar-benar pergi meninggalkan nya.
Chenle tidak berada di rumah sakit, melainkan dia ada di rumah nya. Tepat pukul 5 pagi tadi Chenle cepat-cepat pulang ke rumah, dia sudah sangat lama meninggalkan Chenji.
Dan untungnya Chenji masih tertidur pulas di temani Jaemin disamping nya. Tidur dengan posisi berpelukan sebab semalaman si kecil menangis melihat mom nya kemarin, dan Jaemin menenangkan si kecil dengan mengusap kepala nya lembut hingga mereka tertidur.
Jaemin sudah pulang sejak tadi. Chenle menawari untuk sarapan namun dengan lembut Jaemin menggeleng dan mengusak rambut nya berkata bahwa dia akan sarapan di kantor saja, lalu pergi dan tak lupa melambai tangan.
Lamunan yang entah sejak kapan tercipta itu membuat Chenle tak menyadari jika si kecil sudah bangun dan duduk di sofa samping Chenle.
Chenji hanya diam memandang mom nya yang melamun menatap keluar jendela. Piyama si kecil terlihat berantakan begitu pula dengan rambut nya.
Tangan mungil itu mengusap tangan Chenle yang ada di atas paha, lelaki dengan surai hitam itu tersentak kaget akan sentuhan yang tiba-tiba.
"Sudah bangun? Mau minum susu?"
Gelengan si kecil membuat Chenle terdiam, tangan nya merapikan rambut sang anak dengan lembut.
"Mom, ada apa?"
Pertanyaan yang keluar dari mulut si kecil menghentikan gerakan tangan Chenle. Dia menatap sang anak lama, hingga akhirnya membuka suara.
"Tidak ada."
Bohong! Chenji tau jika mom nya tengah menyembunyikan sesuatu. Terlihat dari mata itu yang tersirat rasa sedih, takut dan gelisah. Mata itu kian memerah selama si kecil menatap nya dalam.
Hati nya sakit melihat mom nya yang menyembunyikan sesuatu yang sangat membuat lelaki manis itu terlihat kacau.
"Berbohong itu dosa, mom."
Hati Chenle mencelos akan perkataan sang anak. Dia menunduk, berusaha menyembunyikan raut wajah nya. Poni panjang Chenle berhasil menyembunyikan nya.
Tapi itu semua sia-sia. Karena pundak bergetar itu berkata yang sejujurnya, tangan mungil Chenji mengusap pelan pundak mom nya.
"Tidak apa mom, cerita saja pada Chenji. Itu akan lebih melegakan dari pada mom memendamnya, rasanya sakit bukan?"
Suara isak tangis itu terdengar jelas di telinga si kecil, walau suara isak itu sudah Chenle tahan mati-matian.
Bagaimana bisa dia memiliki anak seperti Chenji? Chenle bahkan merasa tak pantas memiliki anak secerdas dan seperhatian Chenji. Di masa lalu dia hanya seorang yang merebut calon suami orang lain di saat hari pernikahan nya.
Bagaimana bisa Chenle memiliki malaikat kecil yang sangat baik ini? Dulu dia hanya bisa menyusahkan banyak orang, membuat orang lain menunda pernikahan mereka hanya demi seseorang berpenyakitan macam dirinya. Dia bahkan tidak pernah menolong orang lain, justru dirinya lah yang selalu meminta pertolongan pada orang lain.
Orang seperti dirinya kenapa bisa memiliki sesuatu yang begitu berharga seperti Chenji, tapi Chenle bersyukur. Tuhan memberikan seorang anak yang baik saat dia kehilangan seorang kekasih yang telah baik merawat dan menjaga dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPRING [jichen] END
FanfictionAku tidak butuh menjadi cinta pertama mu, yang aku butuhkan adalah menjadi yang terakhir. • sebelum baca ini silahkan baca Snow December dulu.. BxB!