Chapter 4 - MasterChef.

1.9K 139 5
                                    

Rania mengganti kemeja putihnya dengan jascook miliknya begitu sampai di lokasi, kemudian ia menyalami satu persatu para juri yang berada di lokasi sembari mengobrol kecil tentang restoran milik Rania.

"Halo!! Udah berapa lama kita nggak ketemu?!" chef Renata memeluknya antusias, kebetulan sekali Rania dan Renata acap kali bekerjasama di suatu acara yang diadakan pemerintahan.

"Tiga bulan kayaknya, apa kabar?! Makin cantik aja lo Bu!" ucap Rania.

"Ngaca kali! Yang suka dikejar cowok-cowok kan elo!" jawab Renata.

"Eh, sama yang kemarin gimana?" tanya Renata.

"Selingkuh sama model cyin," ucap Rania sambil tertawa.

"HAHAHAHA" Chef Renata tertawa lepas.

"Asiette gimana sekarang? Belum bisa main lagi, tau sendiri jadwal shooting kaya gimana, ampun deh," ucap Renata.

"Asiette aman, main Bu kalo ada waktu," ucap Rania saat wajahnya mulai di makeup.

"Ntar deh kalo MasterChef udah selesai, atau nggak nanti pas lo nikah aja," ucapnya.

"Yaudah bentar lagi gue nikah deh," balas Rania membuat Renata tertawa.

Shooting pun dimulai, Rania mulai masuk ke studio tersebut dengan tampang galak yang ia usahakan sedemikian rupa karena telah diperingati oleh Chef Arnold.

"Iya, perkenalkan, disini ada Chef Rania, sahabat saya, beliau ini sudah beberapa kali kerjasama sama tim saya untuk beberapa acara pemerintahan, kerjasama beliau dan tim sangat-sangat hebat, restoran Chef Raina juga memiliki pamor yang luar biasa besar di dunia kuliner sekitaran Jakarta," ucap chef Renata.

"Beliau juga lulusan culinary university dengan beasiswa penuh sampai lulus, dan kontrak kerja menjadi sous chef di salah satu hotel bintang lima di Prancis," lanjutnya.

"Iya, halo semua, perkenalkan nama saya Arshinta Kirania Pratista, kalian bisa panggil saya Chef Rania, hidangan yang saya sajikan kali ini adalah salah satu menu favorit di restoran milik saya, yaitu"

Rania membuka kotak di hadapannya, berisikan Bavvete Steak with Rosemary Chimmichurri andalan restorannya.

"Iya, ini dihadapan kalian udah ada Bavvete Steak with Rosemary Chimmichurri, hidangan yang prosesnya mungkin akan tricky menurut saya sendiri, karena bavette steaknya sendiri harus medium rare,"

"Selebihnya menurut saya, resepnya standar aja, cuma rada tricky di kematangan daging aja sih," ucap Rania.

"Untuk platting, saya pengen kalian pake konsep fine dining dan dihias secantik mungkin ya,"

"Oke, karena Chef Rania udah jelasin, kalian bisa maju ke depan untuk langsung cobain rasanya," ucap chef Juna.

Beberapa peserta sedang sibuk mengolah bahan makanannya, beberapa dari mereka terlihat bingung karena harus memanfaatkan waktu 45 menit dengan sebaik-baiknya.

"Bu Nita, gimana?" tanya Rania.

"Bingung chef, nggak pernah denger nama makanannya, nggak punya bayangan," ucapnya sembari memotong portobello mushroom dengan potongan tipis.

"Oke, goodluck ya Bu," ucap Rania meninggalkan Bu Nita.

"Oke waktu tinggal 10 detik lagi, hurry up!" teriak Chef Arnold.

"3"

"2"

"1"

"Tangan diatas kepala semua!!"

Winda membawa piring berisi masakannya ke hadapan juri dengan raut wajah murung.

"Gimana? Puas sama hasilnya?" tanya Rania mengambil fork dan knife.

"Nggak Chef," ucapnya.

"Loh, kenapa nggak puas?" ucapnya.

"Daging saya kayaknya tingkat kematangannya well done, jamur saya juga potongannya tipis-tipis, platting saya belum all out,"

Rania memotong dagingnya.

"Iya, bisa diliat sendiri kan? Ini yang saya sebut medium rare? Well done?" Rania berusaha serius dengan menahan mati-matian jokes yang berada di kepalanya.

"Dagingnya tastenya kacau, cuma wangi Rosemary aja yang kuat," ucap Rania.

"Iya, makasih chef" ucapnya.

Kali ini giliran Chef Renata menyuapkan potongan dagingnya.

"Jarang banget kejadian kaya gini, daging hambar," ucap chef Renata.

"Oke balik ke tempat kamu," ucap Chef Arnold.

"Makasih chef,"

Setelah tiga jam, shooting telah selesai, Rania buru-buru pamit dari studio karena restorannya akan ramai saat jam dinner.

"Chef, aku langsung balik ya, Asiette ramenya ampun-ampunan kalo udah dinner time," pamit Rania pada Chef Arnold, Chef Renata dan Chef Juna.

"Oke siap chef Rania, hati-hati, nanti mampir ke soft opening usaha saya ya kalo sempet," ucap chef Arnold yang diangguki Rania.

"Siap-siap,"

Jam menunjukkan pukul lima sore, dan Rania hampir gila melihat mobilnya berada di tengah lautan kemacetan di jalanan Jakarta, sesekali ia menyesap ice americano miliknya yang mulai mencair.

Setelah berkutat dengan keramaian Jakarta selama hampir satu jam, Rania sampai di Asiette, adzan Maghrib kebetulan sedang berkumandang, ia buru-buru mengambil wudhu untuk menunaikan kewajibannya.

"Mbak Rania balik lagi?" tanya Jeno seusai Rania keluar dari musholla.

"Malem Minggu, aku mau bantuin aja, nanti aku ambil alih Chinese food deh no, chef Riky kan lagi libur," ucap Rania.

Asiette sengaja Rania lengkapi dengan fasilitas seperti kamar inap perempuan dan laki-laki untuk para karyawannya, tujuannya adalah agar memudahkan mereka jika besok hari harus mengoperasikan restorannya saat ada katering dadakan. Asiette memiliki ruang bersantai dilengkapi dengan televisi, sofa dan karpet yang menambah kesan nyaman, Jeno bahkan sering kali memilih tidur di Asiette daripada di kosan.

"Mbak Rania nanti malem nginap?" tanya Jeno.

"Besok mau nganter ibuku arisan no, sama aku mau beberes rumah," jawab Rania.

Rania telah membeli rumah dengan hasil jerih payahnya sendiri beberapa bulan yang lalu, walaupun belum melengkapi perabotan di dalamnya, dan dirinya pun belum bisa menempatinya karena ibu dan ayahnya masih belum merestuinya keluar dari rumah kecuali Rania menikah. Obrolan waktu itu terekam jelas di kepalanya.

"Bu, tapi kan Rania beli rumah itu biar belajar mandiri?" tanya Rania bingung saat ibunya tidak memperbolehkannya tinggal di rumah barunya.

"Enam tahun di Prancis, kurang mandiri apa kamu?" tanya bundanya.

"Ya gimana atuh Bun, kan niatnya Rania beli rumah mah kitu," ucap Rania.

"Ntar aja nempatinnya, pas udah nikah sama suami, kalau belum nikah udah sini aja, temenin ibu sama ayah," ucap ibu final.

Rania sedang memanaskan wok dengan minyak panas, lalu mulai menumis daun bawang, bawang putih dan sedikit jahe, kemudian memasukkan tauge dan menumisnya sebentar, menambahkan sedikit air dan tak lupa garam, dan lada.

"Mal, inset mal, nanti langsung taruh di depan," ucap Rania.

"Mbak Ran, ayam mentega abis," ucap Akmal setelah menaruh makanan tadi di depan.

"Itu di hotbox kayaknya masih ada sedikit, tapi kamu ambilin yang di chiller dulu deh, kayaknya udah di marinate, mau aku tepungin,"

Rania menaruh ayam menteganya hangat hasil masakannya ke inset, lalu membawanya langsung ke restoran.

"Loh! Ini cewe yang nyuapin mas Rian di IGS nya Kevin sama Fajar kan?!!!!!" ucap satu gadis yang tiba-tiba histeris setelah melihat Rania, membuat semua tamu melihat kearah Rania.

𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang