Chapter 22 - Nyawa Rania.

1.6K 132 1
                                    

Rania baru saja selesai berbicara dengan pemilik rumah yang akan dijual perihal rumah sederhana yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah bunda dan ayah. Rumah lama yang memiliki kesan sederhana dengan satu kamar yang luas, ruang makan, kamar mandi dan dapur tentu saja menarik perhatian Rania, terlebih sang pemilik rumah memang akan menjual murah rumah tersebut karena sedang ada kebutuhan mendesak.

"Oke mas David, besok sore kita ketemu lagi di restoran saya ya, sekalian saya lihat sertifikat tanah, saya udah buat janji sama PPAT," ucap Rania yang diangguki mas David, pemilik rumah.

"Mas, pamit dulu ya,"

Rania meninggalkan rumah sederhana tersebut, hujan mulai turun dengan deras, membuat udara di mobil bertambah dingin.

Rania menyadari ada mobil lain yang mengikutinya dari belakang, dan mobil Alfi nampak dengan jelas sekali mengikutinya, membuat Rania otomatis keringat dingin.

Mobil Alfi mengejar mobil Rania beberapa kali dikarenakan jalanan yang lenggang, Rania buru-buru mengaktifkan GPS, lalu menghubungi ayahnya.

"Sial," sambungannya masuk kedalam pesan suara.

"Bunda, angkat, Rania takut bunda," Rania berkali-kali merapalkan nama bundanya yang masih tak kunjung mengangkat panggilan telepon darinya.

Rania akhirnya memilih nomor ponsel milik Rian selanjutnya.

'Mas, mas Rian!'

'Halo? Putus putus ran suaranya'

'mas Rian tolongin Rania,'

'Hah?!'

Mobil Alfi berhasil memberhentikan jalan mobil Rania, membuat Rania buru-buru mengunci semua pintu mobilnya.

"Buka!" Alfi menggebrak kaca mobil milik Rania dengan tenaga yang cukup kuat.

'HALO RANIA?!!! KAMU DIMANA?!!!!' sambungan telepon Rian masih belum terputus.

'Mas Rian, ada Alfi yang ngejar-ngejar, mas Rian Rania udah nyalain GPS, mas Rian bisa liat lokasi Rania di zenly,'

'Sambungan ini putus, kamu telfon polisi!'

Dug
Dug

Rania buru-buru menghubungi nomor telepon polisi yang sialnya sedang sibuk.

Rania menangis sambil sesekali tersentak ketika suara Alfi menembus kaca mobilnya.

"RANIA BUKA! KITA BERDUA BISA NIKAH, GUE AKAN DATENGIN ORANGTUA LO ABIS KITA BICARA!!"

Alfi mengambil batu besar yang ia temui di pinggir jalan, suasana hujan deras membuat badan Alfi yang terus memukul jendelanya basah kuyup bukan main, dan suara teriakan Rania tersamarkan oleh hujan.

Alfi baru saja ingin mengayunkan tangannya yang berisikan batu ke kaca jendela mobil Rania, tetapi teriakan seorang pria yang Rania tahu betul itu siapa menghentikannya.

"WOI!!!!!!" Rian menerobos hujan berniat menghajar Alfi, disusul Fajar dari belakang, mencoba menahan Rian.

Sirine polisi terdengar semakin mendekati Rian, Fajar, Alfi dan Riani.

Rania langsung membuka pintu mobilnya, dan gerakan itu langsung terbaca oleh Alfi yang kemudian membuka pintu mobil Rania lalu menariknya, dengan batu besar yang ia pegang, Alfi mengancam semua orang yang melihat akan memukul kepala Rania dengan batu besar tersebut.

Rania menangis takut, badannya menggigil hebat, belum lagi suhu tubuhnya turun drastis karena hujan.

"Alfi," Rania mencoba berbicara dengan Alfi.

𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang