Rian dan Fajar berhasil lanjut ke babak berikutnya setelah berhasil mengalahkan Kevin dan Marcus dengan perolehan poin 22-20. 21-17.
Tapi, Rian dan Fajar belum berhasil untuk memenangkan pertandingan di Malaysia open, membuat Indonesia tidak memiliki perwakilan MD yang tersisa.
Di tempat lain, Rania memutuskan untuk makan di restoran bandara karena telah melewatkan kesempatan sarapan dan makan siangnya di pesawat, Rania memilih bakmi untuk menjadi menu sarapannya.
Rania tahu beberapa orang memotretnya, sebagian lagi melakukannya dengan diam-diam, dan beberapa orang ketahuan karena blitz lampu ponselnya menyala membuat Rania yang iseng malah berpose menghadap kamera tersebut.
Rania berencana akan menyertakan menu Ala Carte di Asiette, ia sudah berdiskusi selama di Sydney dengan karyawannya melalui video meeting. Sembilan hari di Sydney, Rania berhasil membuat enam resep main course baru, ia benar-benar produktif di sana.
Rania menikmati sepiring bakmi di hadapannya, ponselnya bergetar, nama Reni muncul dari caller id nya.
'Halo?'
'Mas Rian kalah lagi di Malaysia open,'
'Tau darimana kamu?' tanya Rania santai.
'Tadi ada beritanya di tv,'
'Oh,'
'Mbak Rania nggak kecewa sama mas Rian?'
'Saya nggak pernah kecewa sama Rian, omong-omong Jeno udah jalan belum?!' tanya Rania.
'Udah dari 20 menit yang lalu kok mbak,'
'Yaudah, mbak tutup. Makasih infonya,'
TUT
Sambungan telepon mereka terputus, Rania kembali sibuk memakan bakminya sembari menunggu Jeno menjemputnya.
"NO!" panggil Rania pada Jeno yang terlihat kebingungan.
Jeno berjalan menuju restoran bakmi tersebut lalu duduk di bangku yang kosong dan berhadapan langsung dengan Rania.
"Oleh-oleh mana?" ucap Jeno begitu duduk yang dibalas dengusan dari Rania.
"Heh! Orang tuh nanyain kabar dulu, gimana disana? Sehat nggak? Mana ada yang langsung malak oleh-oleh," omel Rania.
"Yaelah mbak! Jeno liat mbak dari jauh juga udah tau kali keadaan mbak! Badannya makin subur gitu kok!" ledek Jeno, membuat Rania mengancam untuk menyiramnya dengan kuah bakmi.
Rania tidak langsung pulang ke rumah, ia dan Jeno malah bergegas menuju Asiette sebelum jam makan malam.
"Apalagi yang abis di depan, tolong liatin lagi Akmal," ucap Rania sembari memotong champignon untuk persediaan mushroom sauce.
"Mbak, stuffed chickennya masih ada nggak?" tanya Akmal.
"Masih ada itu di hotbox 2 ekor lagi, potongnya nggak usah besar-besar banget, " ucap Rania yang diangguki Akmal.
"Mbak, nasi goreng kambing abis," ucap Jeno begitu masuk ke dapur.
"Itu tinggal di masak aja, udah diaduk duluan kan tadi sama Jane,"
"Itu makanan yang masih ada di hotbox, sama yang di depan masih utuh dan layak, bungkusin, di taruh di box nasi, biar nanti mbak bagiin pas pulang sekalian, yang mau bawa buat makan di rumah, ambil aja," ucap Rania yang langsung dikerjakan.
Makanan yang dibagikan Rania adalah makanan yang masih dalam bentuk baik dan sangat amat layak untuk di makan.
"Eh kue masih ada Lang?" tanya Rania yang melihat Gilang sedang membereskan meja kerjanya di area cuci piring.
"Masih ada beberapa mbak, udah dibungkusin sama Joy di depan, nanti Gilang suruh Joy kesini," ucap Gilang yang dibalas acungan jempol dari Rania.
Rania membawa 40 box makanan kearah jalan pulang, sesekali ia memberhentikan mobilnya di pinggir jalan untuk turun dan langsung membagikan kotak nasinya.
Rania sampai di rumah pukul sebelas malam, keadaan rumah yang sepi menandakan bahwa penghuninya yang lain sudah pasti sedang terlelap.
Rania bergegas memasukkan bajunya ke mesin cuci, lalu pergi mandi.
Rania yang belum bisa tidur, sedang asyik menatap langit-langit kamar dengan diiringi alunan musik milik Arash buana dari ponselnya.
Rania dan tim berhasil memasak hampir 1000 piring setiap minggunya untuk orang lain nikmati dengan keluarga dan teman-temannya, sementara dia dan tim seringkali makan seadanya diatas ember eskrim kosong yang diwrapping, atau bahkan duduk diatas panci dekat tempat sampah. Rania bahkan jarang sekali makan malam saking sudah terlalu lelah badannya. Jadi mungkin saat ditemani makan oleh orang lain terdengar seperti hal sepele, tetapi hal itu akan terdengar sangat berarti untuk para Chef.
Rania menikmati proses yang ia lakukan hingga sampai di titik ini, ia bahkan tidak pernah menyangka bahwa ia mampu berdiri di atas kakinya sendiri di umurnya yang ke 24 tahun, benar-benar terasa seperti mimpi.
Rian membanting ponselnya diatas kasur saking kesalnya, saat ini dia sedang di teror oleh telfon dari penggemar perempuannya yang fotonya sempat ramai di perbincangkan beberapa hari yang lalu.
Awalnya Rian memang berniat bersikap ramah untuk mengangkat teleponnya beberapa Minggu yang lalu, tetapi ia tak pernah menyangka bahwa niat baiknya malah membuat perempuan tersebut merasa bahwa Rian memiliki perasaan padanya.
Rian akhirnya memutuskan untuk memblokir nomornya, dan ternyata, perempuan tersebut menghubunginya dengan nomor yang berbeda, membuat Rian emosi dibuatnya.
Rian meninggalkan ponselnya di kamar saat Kevin mengajaknya pergi ke mall untuk menemaninya membeli jaket yang beberapa hari terakhir tak pernah berhenti Kevin bicarakan ke dirinya.
"Woi, lo mau misah buat beli barang lain nggak? Gue masih mau lihat-lihat yang lain soalnya" tanya Kevin.
"Gue mau nyari oleh-oleh dulu," ucap Rian yang disambut ledekan dari Kevin.
"Buat ayang beb?" tanya Kevin yang diabaikan oleh Rian.
Rian berhenti di toko baju perempuan setelah melihat dress cantik berwarna putih yang terlihat sederhana terpajang di kaca depan toko, Rania adalah satu-satunya wanita yang muncul dibenak Rian satu detik setelah ia melihat dress tersebut.
Rian ingat sejak pertama kali mereka bertemu, Rian sudah menghakimi Rania sebagai wanita yang centil dan senang menganggu ketenangan orang lain.
Tapi, siapa sangka bahwa sifat itulah yang membuat jantung Rian berdegup tak karuan saat berhadapan dengannya? Sifat centil dan berisik itulah yang membuat Rania terasa spesial dan beda dari wanita lainnya di mata Rian.
"Terimakasih," ucap Rian setelah membayar barang belanjaannya.
Sebuah kotak kado berwarna hitam dengan campuran warna abu-abu berisi gaun cantik untuk Rania sudah berhasil ia dapatkan, Rian kemudian kembali menyusul Kevin.
"Beli apaan Jom?" tanya Kevin begitu melihat Rian.
"Baju," jawab Rian singkat.
"Buat?" tanya Kevin berusaha menggali.
"Buat gue lah, emang buat siapa lagi," ucap Rian berusaha mengelak.
Rian tahu bahwa Kevin sedang mencoba mengelabuhinya agar ia mau berbicara perihal belanjaannya, untuk kali ini, ia tak mau jadi bulan-bulanan Kevin dan partner satu lapangannya itu.
"Tapi Jom," ucap Kevin membuat Rian menatapnya bingung.
"Sejak kapan Charles and Keith jual baju untuk cowok?!" ucap Kevin menahan tawanya.
Rian syok saat melihat paper bag berisi kadonya tersebut bertuliskan toko baju khusus wanita. Rian kalah lagi. Lawannya terlalu mahir membaca gerakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑬𝒌𝒔𝒕𝒓𝒐𝒗𝒆𝒓𝒕
FanfictionMuhammad Rian Ardianto, pria yang harusnya bisa menikmati hidup tenangnya lebih lama kini harus dihadapkan kenyataan bahwa dunia mengirimkannya perempuan tidak bisa diam, cerewet, banyak tingkah yang mampu memporak-porandakan kehidupannya yang tenan...